KELAS TERAKHIR

By Lambesherilsvtrg

190 14 0

Mengapa semua tampak cemas terhadap kelasku? Mengapa persepsi umum menyatakan bahwa kelasku dianggap sebagai... More

PROLOG
PENGHUNI 1
PENGHUNI 2
PENGHUNI 3
PENGHUNI 4
PENGHUNI 5
SELINA NITA KUSUMO
PENGHUNI 6

PENGHUNI 7

8 0 0
By Lambesherilsvtrg

Kalian pernah ga sih, merasa lelah dengan kehidupan kalian sendiri ?

🧠

Seluruh peserta telah dikumpulkan di
dalam satu ruangan aula, mereka pun telah duduk dengan tertib di kursi masing-masing, dan di atas meja mereka terletak selembar kertas ujian beserta satu bolpoin. Sebanyak 12 tim telah ditugaskan untuk menjaga ruangan ini, tim panitia yang terdiri dari anggota osis berada di belakang peserta untuk mengawasi mereka.

Ilona sebagai penanggung jawab ujian menjelaskan. "Di atas meja kalian sudah tersedia kertas ujian dengan 50 soal yang harus kalian jawab. Tidak ada toleransi terhadap tindakan mencontek atau berkerjasama. Jika ada yang ketahuan, akan ada konsekuensi yang diberikan. Silakan mulai mengerjakannya sekarang dengan waktu 40 menit.'"

Setelah peserta melihat soal, mereka bereaksi dengan berbagai ungkapan kekecewaan dan kekhawatiran.

"Gak waras!"

"Pertanyaan macam apa ini."

"Setres."

"Gila."

"Arghhh "

"Frustasi gue, lama kelamaan."

"Kin, bagi nomor 20 dong." Bisik Fachri berada di kursi belakang Kinara.

"A." Balas Kinara dengan pelan.

Aku dengan Reynald yang mengetahui hal itu, langsung menghampiri mereka, lalu aku menyobek kertas ujian Fachri, dan Reynald menyobek kertas ujian Kinara.

Dengan suara lantang, Reynald berkata. "Kinara, dan Fachri terbukti bekerja sama.'"

Kinara dengan Fachri yang tak terima kertas selembar ujian nya di robek, ia langsung beranjak berdiri.

"Gue udah capek capek, ngerjain ujian itu, lo malah seenaknya, sobek kertas ujian gue!" protes Fachri suara yang meninggi.

"Ngapain marah? Dari awal sudah diberitahu, jika ada yang berkerja sama, akan mendapatkan resiko," sambungku membantu menjelaskan.

Sementara beberapa peserta fokus pada ujian, dan aja juga yang menonton kejadian tersebut dengan antusias, sementara yang lainnya tidak memperdulikan sama sekali.

Kemudian, kedua tim Agim dan Fajri mendekati mereka untuk mendampingi keluar dari ruangan dan mengantarkan mereka ke dalam ruang hukuman. Fachri dan Kinara mengikuti mereka, sementara aku dengan Reynald kembali ke tempat kami masing-masing.

Beberapa saat kemudian, Laura, Nesya, Marsel, dan Aksan juga terbukti bekerja sama. Mereka pun dihukum dengan cara yang sama seperti Fachri dengan Kinara.

Beberapa menit kemudian, bel berbunyi menandakan waktu ujian telah habis.

"Dengan ini, ujian telah selesai. Mohon letakkan kertas ujian tersebut di atas meja, masing masing. Para anggota osis dan peserta lainnya diizinkan untuk beristirahat dan kembali ke asramanya masing-masing," ucap Ilona memberikan arahan.

Kami pun satu per satu mulai meninggalkan ruangan tersebut.

                             ____

"Terus sekarang gimana?" tanya kinara dengan rasa frustasi.

"Lo bisa diem ga sih? Tunggu aja hukumannya sampai selesai," tanggapan Marsel malas dengan acuh.

"Kok jadi marahnya ke gue," sergah Kinara tak terima.

"Gue juga gak bakalan marah sama lo, kalau lo diem!" ujar Marsel dengan suara meninggi.

Selama beberapa jam berada di sana, tidak ada yang berbicara. Mereka hanya memikirkan kapan mereka akan bebas dari hukuman ini.

Lemari di dekat dinding menjadi pusat perhatian Laura, Laura beranjak berdiri untuk menghampiri lemari itu, dan mereka menatap ke arah Laura.

Ketika Laura mendekati lemari, ia mencoba membukanya dan menemukan dua buah roti. Tanpa banyak basa-basi, ia mengambilnya sambil tersenyum.

Laura menunjukkan roti itu kepada mereka. "Ada roti di sini."

Lalu aku segera mendekati mereka. "bagaimana kalau roti ini, dibagi menjadi tiga bagian?"

Mereka mengangguk-anggukkan kepala.

"Satu roti untuk kalian, dan roti yang satu ini, untuk aku, Nesya, dan Kinara," saran Laura, sambil terduduk.

Laura dan Marsel membuka bungkus roti itu dan membaginya menjadi tiga bagian, kemudian setelah dibagikan, mereka menyajikannya.

"Kalian pernah ga sih, merasa lelah dengan kehidupan kalian sendiri?" tanya Laura akhirnya.

"Pernah," jawab mereka bersama-sama.

"Gue capek, karena keluarga gue gak bisa utuh lagi," kata Nesya.

"Mengapa?" tanya kami sambil memandangnya.

"Nyokap gue udah gak ada, dan bokap gue lebih sering ada waktu bareng istri barunya. Jujur aja gue jarang punya waktu bareng bokap gue, dan prestasi gue aja jarang dihargai," ungkap Nesya dengan mata berkaca-kaca.

Laura dan Kinara yang berada di sebelahnya merangkul bahu Nesya.

"Lo pasti bisa Nes, tanpa di apresiasikan sama bokap lo, almarhum nyokap lo, udah pasti bangga di alam sana." kata Aksan sambil menatap Laura dengan penuh arti.

"Kita juga bangga banget sama lo," tambah Laura yang berada di samping Nesya.

Nesya tersenyum tipis. "Makasih ya. Eh, kalian capek karena apa sih? Ceritain dong."

"Gue capek selalu dibandingin sama kaka gue sendiri," ujar Kinara.

"Kok bisa gitu?"

"Gue punya kakak yang lebih pintar dari gue. Dia juga engga pernah tuh, mau bagi bagi ilmunya ke gue. Tiap hari juga gue dibanding-bandingin terus sama kedua orang tua gue, bahkan kata-kata mereka nyakitin banget. Tapi kalau nilai gue bagus, engga pernah tuh mereka muji gue," cerita Kinara dengan hati yang sesak.

"Keluarga lo toxic banget, gak seharusnya mereka mendidik seperti itu. Harusnya adil, dan engga bikin anak-anaknya down. Santai aja, ada kita. Kita teman sekelas lo, anggap aja kita keluarga lo . Tapi, yang dateng akan menghilang," ujar Marsel.

Laura terus memandang Kinara. "Ternyata pembully seperti kamu, memiliki banyak luka, yang belum tentu semua orang tau."

"Makasih ya," lirih Kinara dengan kedua air matanya yang merah.

Mereka terdiam sejenak, merenungi nasib masing-masing.

"Kenapa ya, setiap kali gue ngelakuin sedikit kesalahan, gue selalu dibalas dengan pukulan," celetuk Fachri, membuat kami semua menoleh padanya.

"Serius?" tanya Laura.

"Oh iya, gue kan anak dari panti asuhan, berharap apa gue. Gue tau, karena gue gak sengaja lihat buku diary ibu gue, di mana ibu gue pengen banget punya anak laki-laki, tetapi ayah gue nolak. Dan, itu alasan gue, sering dikasarin," ungkap Fachri dengan gemetar.

Marsel dan Aksan yang duduk di sebelahnya segera mengusap bahunya, mencoba menenangkannya.

"Gue bingung, dengan orang tua seperti itu. Mereka mau nya apa, sih? Bokap lo seharusnya bisa menerima, bukannya memperlakukannya seperti itu," kesal Marsel, tidak terima melihat temannya diperlakukan dengan cara tersebut.

Fachri hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah. "Gue juga udah pasrah."

"Sabar ya, gue tau lo pasti bisa melewati ini semua," sahut Nesya dengan penuh keyakinan.

"Terima kasih."

"Kalau kalian mau curhat, silakan saja," usul Laura lembut.

"Gue sedih, kenapa ya gue di umur segini, harus punya penyakit gegar otak," Marsel mengeluh pelan sambil menundukkan kepala.

Aksan, yang mendengar itu, langsung memukul meja dihadapannya dengan keras. "Sialan, kenapa lo baru cerita!"

Fachri segera menarik lengan Aksan, mencoba menenangkannya. "Tahan emosi lo."

Aksan menghela nafas panjang. "Sejak kapan lo punya penyakit itu?"

Marsel menatap Aksan perlahan. "Dua tahun yang lalu."

Aksan mengepalkan kedua tangannya. "Kenapa ga dari dulu lo bilang? Gue khawatir sama lo, gue sayang, gue udah anggap lo sebagai adik gue sendiri."

"Gue ga kasih tau, karena gue tau, lo juga lagi berjuang, buat sembuh dari penyakit kanker darah lo," ungkap Marsel sambil menahan air matanya.

Keduanya pun akhirnya larut dalam tangis.

Di situlah kami terdiam, saat mengetahui hal yang begitu menyakitkan, bahkan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, air mata kami mengalir deras.

Aksan dengan langkah ragu-ragu mendekati Marsel, lalu memeluknya, mereka tenggelam dalam kepedihan yang sama. Kemudian, Fachri bergabung dalam pelukan mereka dengan getir.

Laura, dengan gemetar, meraih Nesya dengan Kinara untuk berbagi beban kesedihan. "Kalian begitu kuat," bisiknya serak, mencoba menenangkan hati yang hancur.

                              🧠

KUAT BANGET MEREKA..

MAU TAU KELANJUTAN PERJUANGAN MEREKA??

VOTE DULU DONG, TERIMAKASIH GUYS 🤩

NEXT...

Continue Reading

You'll Also Like

30.1M 660K 33
For months Summer is trapped in a cellar with the man who took her - and three other girls: Rose, Poppy, and Violet. His perfect, pure flowers. His f...
38K 2.8K 23
البيت أظلم وبس گلوب واحد مشتغل وضعيف وگوة اشوف عبرت الدرج صعدت جبت القفل أفتح باب الغرفة خليت المفتاح بالباب حسيت واحد واگف وراي ! التفتت ماشفت شيء...
104K 4.1K 28
[yandere serial killers x reader] You're staying with a friend's uncle for a few days for a school project. You have to describe what he does for a...
6.2K 156 20
This is mainly focused around Reece and his eating disorder but they will be some other sensitive topics mentioned. I will give trigger warnings at t...