Marriage On Rules

By Alphaawordl

116K 13.9K 7K

Aturan dan tugas yang berlaku dalam pernikahan ini, yakni; 1. Kedua mempelai diwajibkan saling menguntungkan... More

[ PREFACE ]
[ BAB - 01 ]
[ BAB - 02 ]
[ BAB - 03 ]
[ BAB - 04 ]
[ BAB - 06 ]
[ BAB - 07 ]
[ BAB - 08 ]
[ BAB - 09 ]
[ BAB - 10 ]
[ BAB - 11 ]
[ BAB - 12 ]
[ BAB - 13 ]
[ BAB - 14 ]
[ BAB - 15 ]
[ BAB - 16 ]
[ BAB - 17 ]
[ BAB - 18 ]
[ BAB - 19 ]
[ BAB - 20 ]
[ BAB - 21 ]
[ BAB - 22 ]
[ BAB - 23 ]
[ BAB - 24 ]
[ BAB - 25 ]
[ BAB - 26 ]
[ BAB - 27 ]
[ BAB - 28 ]

[ BAB - 05 ]

4.5K 525 350
By Alphaawordl

Bantu koreksi typo, ya!

[ BAB 05 — ABNORMAL REACTION ]











La Lula menyampul mulut dengan telapak tangan. Perempuan itu mode speechless. Kemarin, ia hanya me-request Radhyan datang ke sekolah untuk memperkenalkan diri kepada guru. Tujuannya— membersihkan nama baik La Lula yang disangka berhalusinasi menggaet salah satu cucu pendiri PT. Sumberjaya Sawit Tbk; perusahaan swasta yang menempati urutan 20 sebagai produsen sekaligus pengolah kelapa sawit terbesar di negara.

Namun, Radhyan nampak tak segan menunjukkan keseriusan dengan membawa hampers—berisi minyak dan berbagai bahan pokok sembako. Ia juga bisa melihat watermark logo perusahaan sang calon.

“A'Ian, hampers-nya se-truk?”

Radhyan manggut-manggut. “Ya, biar tercukupi, Bu. Satpam, cleaning service dan petugas lain.”

“Enggak harus gini, kok, A', aku—”

“Aman, Bu,” pungkas Radhyan.

Apanya yang aman? Duh! Kurir yang mengantar hampers, menurunkan benda tersebut di depan gerbang sekolah. Terpaksa, La Lula memerintah siswa-siswa memindah hampers ke dalam ruang guru. Kebetulan, jam istirahat begini—guru-guru tengah berkumpul di kantor.

Assalamualaikum, Ibu guru dan Bapak guru,” sapa La Lula. “Calonku ngebawain bingkisan kecil buat dibagi-bagiin. Oh, iya—A'Ian, ayo masuk.”

Radhyan yang berdiri di ambang pintu, melangkah memasuki ruang guru. Ia sempat terfokus kepada satu orang guru ber-hijab cokelat tua yang mimik wajahnya begitu terkejut.

Assalamualaikum,” ucap Radhyan, otomatis semua pasang mata serentak menilik dirinya.

Guru-guru yang baru melihat Radhyan sontak saja membatu. Proporsi tinggi yang menjuntai ibarat tiang penyangga, berparas aktor Hollywood, kulit putih pucat serta aura yang berwibawa. Sungguh, Radhyan adalah sosok attention stealer.

Radhyan terlampau bersinar, menyebabkan orang sekitarnya meredup.

“Saya Radhyan Mahendra Sapati.”

Baritone beratnya mendebarkan. Semisal Radhyan seorang pemimpin—ia memiliki sisi intimidatif; hanya dengan suara, dirinya seolah mendominasi.

Sutradara pasti memilih Radhyan sebagai aktor yang cocok memerankan karakter villain yang berhati dingin.

“Calon suaminya Ibu La Lula,” lanjut Radhyan, ia berpaling—menyorot La Lula yang tersenyum, lalu kembali menghadap audiens, “Kami akan menikah sebentar lagi. Kami mohon do'a restu.”

“Sah! Semoga lancar, Pak Radhyan,” seru Anton, ia merupakan guru PJOK.

Teriakan Anton mencairkan suasana, atmosfer canggung tak pelak melebur, bertempiar menjauhi ruangan.

Setidaknya, perkenalan singkat Radhyan di depan guru-guru, meluruskan kesalah-pahaman mereka. La Lula melirik bu Ismi, yang komat-kamit di kursi.

Salahnya sendiri menyebarkan rumor jelek. Kini—terbukti siapa yang dapat dipercaya. Lagipula, kurang kerjaan sekali La Lula jika berbohong mengenai calon suami.

Selepas memperkenalkan diri, membagi hampers, dan menyalami para guru satu persatu—La Lula mengajak Radhyan ke ruang konsultasinya di gedung seberang kantor.

Thankyou, A'Ian, maaf ya? Aku ngerep—”

Tatkala La Lula berujar, Radhyan yang berencana duduk pun membatalkan niat. Ia meraih pulpen di meja dengan gerakan yang mengundang tanya.

Alih-alih melanjutkan kalimat, La Lula mengganti topik bahasan.

“Kenapa, A'Ian?”

“Saya amaze, Bu,” papar Radhyan, retina hijaunya mengedar, menyapu ruangan La Lula. Tak satupun luput dari pemantuan dirinya. “Kondisi ruang BK begini, ya, Bubu?”

Katanya, Radhyan terpukau—tetapi poker face yang ia gurat di wajah sekarang; tidaklah menampilkan tanda-tanda ia tengah tertarik.

La Lula terkikik. “A'Ian, enggak pernah masuk BK?”

Nope, saya ketemu guru BK pas guru masuk kelas, aja,” terang Radhyan, menjelaskan; selama remaja, ia hanya bertemu guru BK di kelas, entah karena ada razia dadakan, atau pembagian kertas yang mesti siswa isi. “Enggak ke ruang BK.”

“Ih! Sayang banget—” La Lula mengerjap. “Aku ..., pas SMA sering keluar-masuk BK. Gegara bolos, lah, ketahuan tidur di kelas, terus banyak bikin ulah.”

Kening Radhyan bertaut. “Bubu?” tanyanya.

Artikulasi si bapak titan terdengar tidak yakin, baik gesture-nya pun turut meragukan. Tak terbersit di benak Radhyan, tampang seperti La Lula, menjadi siswi buronan guru BK.

“Ih, beneran tau, A'! Malahan, aku hampir enggak lulus, hampir di drop-out. Tapi, daddyku bermohon, karena kasian liat daddy, aku tobat,” ungkap La Lula.

“Kamu berhenti nakal, Bu?”

“Aku tobat, enggak tidur di kelas, enggak bolos dan enggak macem-macem, A'Ian.”

Glad to hear that,” kata Radhyan.

“Em—dan ..., enggak dateng ke sekolah. Aku tidur di kamar, macam-macamnya di kamar.”

Astagfirullah.”

Radhyan refleks ber-istighfar, ia shock berat. Mana si lawan bicara tertawa lebar. Ekstrim sekali, calon ibu dari anak-anaknya kelak.

“Kalau A'Ian gimana di sekolah? Aku tebak, deh— siswa teladan yang selalu tepat waktu, berprestasi, suka ikut cerdas-cermat, pendiem. Siswa idaman guru, siswa kesayangan—”

Sudut bibir Radhyan terangkat, meskipun senyum pria itu teramat tipis—bagi La Lula, pemandangan yang ia saksikan agak langka.

“Bener?”

Radhyan meraih sticky note bermotif beruang di meja La Lula. Ia menulis angka 100 yang dilingkari, lantas menempelkan secarik kertas barusan di dahi sang calon istri.

Adegannya mirip scene artis menempel kertas jimat di jidat vampire.

Lho?” La Lula mencabut sticky note. “Seratus? Ah! Aku bener—yeeeyy!” Ia menjeda. “First time aku dikasih nilai seratus, makasih, Bapak Radhyan.”

Radhyan menukik alis. Ia mengambil sticky notes di tangan La Lula. Menambahkan tanda mines pada angka—merevisi ulang nilai tadi. Lalu, menempel kembali sticky notes tersebut, kedua kalinya di pipi sang lawan bicara.

“A'Ian, A'Ian,” tuturnya, menekan kosa-kata. Seolah, menerangkan kesalahan yang diperbuat La Lula, hingga ia memutuskan mengubah nilai yang ia beri. “A'Ian.”

“Enggak seru, masa mines, sih, A'Ian~?” Intonasi La Lula mendayu, “Ngambekan.”

La Lula menulis huruf di lembar sticky notes. Si mungil juga mau memberi 'nilai' kepada Radhyan.

Radhyan yang berdiri, mencoba melihat sesuatu yang ditulis La Lula. Tertera huruf B mines.

Berniat menaruh sticky notes di pipi, sayangnya— tinggi badan La Lula tidak sampai. Ia lumayan kesulitan—alhasil ia menempel sticky notes ke dagu si bapak titan.

“B mines, intelektualnya oke—tapi attitude-nya ..., masih perlu bimbingan khusus,” pungkas La Lula.

“Seenggaknya, bukan C, Bu,” balas Radhyan.

“Iya, aku baik—enggak tega sama kamu, A'.”

La Lula mengulurkan tangan, hendak mencomot kertas sticky notes di wajah Radhyan. Karena, ia ingin mengajak pria itu berkeliling di lingkungan sekolah.

Namun ..., respons yang ia saksikan membuat La Lula mematung.

Radhyan bergerak mundur secepat kilat, menjauh dari La Lula, bahkan punggungnya menuburuk dinding. Kelopak mata si pria terpejam erat, serta ia berpaling ke samping—jangan lupakan lengan kanan yang menyilang melindungi dirinya.

Radhyan nampak defensif untuk hal sederhana yang dilakukan La Lula.

“A'Ian?”

Radhyan menurunkan tangan, deru napasnya tak beraturan—retinanya mengedar acak; ia tidak fokus memandang satu objek; ketika manik mereka bertaut satu sama lain, sesuatu tak kasat mata bak tengah mencekik leher sang pria.

Ratusan komen + ratusan vote buat next!

Buna usahakan rajin up kalau komennya ramee, tapi kalau nggak, Buna bakal up seminggu 3 kali, yaps!

Spam emot subakkk di sini🍉🍉🍉

Continue Reading

You'll Also Like

9.7M 77.3K 13
2015 Β© S A F I E They never did fall into love. They were forced to marry each other for the sake of their companies. He hated her impulsive and sil...
3.3M 89.7K 53
"Lana i want you to be on my wedding day, there's no excuse I don't want to hear it anymore. You graduated from med school a few months ago and i kno...
1.4M 47.2K 35
Hate surrounded us. Why wouldn't it after everything that happened in the past? Rhys Archer had already ruined my life once, and he was about to do...
2.6M 88.1K 45
Brielle is the beloved daughter of the town's Pastor. The perfect church girl. The angel child. To the world. River is the prince of Ashbourne. The d...