ARSHAKA

By strowberymilky

12 3 8

tentang sebuah semu yang kian menjadi pilu, entahlah semuanya terlalu menggebu-gebu hingga aku tersesat tanpa... More

CHAPTER 1
CHAPTER 2

prolog

9 1 3
By strowberymilky

haii semuanya kembali bersama aku hehe, oiya ini lapak kedua ya setelah cerita ' titik semu ' ayo ramaikan cerita aku. jangan lupa share ceritanya yaa
terimakasih sanak ♡

ayo bantu vote + comment up to 100

happy reading
.
.

tentang sebuah asa yang entah bila akan menjadi nyata, kini aku terpaku pada keadaan yang tak tentu arah. dirimu layaknya poros kehidupan sungguh aku bergantung atas segalanya terhadap mu.

bukan salahku, bila aku terlanjur tak tentu arah mencintaimu, salahkan saja mengapa engkau yang terlahir sempurna.

gadis dengan netra coklat dan surai lebat itu mengayunkan kakinya pada tenang nya danau hingga menciptakan gelombang-gelombang kecil pada tiap ayunan kecil kakinya.

hari sudah mulai gelap, matahari perlahan-lahan mulai tergelincir berganti dengan malam yang akan menggantikan tugas siang. namun, tenang nya berada di tepi danau itu seolah-olah membuat perasaan takut akan gelap itu sirna.

gadis itu mengadahkan kepalanya menatap langit yang di hiasi oleh warna jingga— sekilas menciptakan lengkungan tipis yang entah apa menjadi alasan penyebabnya.

"ayo, aku pasti bisa"

"nikmati saja hidup penuh drama ini, aku yakin aku akan berhasil."

selalu saja, walaupun entah sampai kapan namun kalimat itu senantiasa akan menjadi penyemangat nya.

"berjuang sendirian itu susah, tanpa ada siapa-siapa, aku tau aku hanya manusia biasa yang tak punya apa-apa, tetapi aku yakin, segalanya akan berubah hanya butuh menunggu waktu yang lama saja hingga segala-galanya akan benar-benar berubah."

getaran notifikasi di saku rok sekolahnya menghentikan sejenak aktifitas menciptakan narasi indahnya.

from : papa
pulang, udah larut jangan keluyuran saya tunggu di rumah

to : papa
sebentar lagi, esa lagi liat senja pa. cantik

from : papa
di rumah ada shela dengan sheli, nanti mereka bakal nginap di rumah. Katanya kangen sama bunda jadi mereka ke sini.

bunda juga nyariin kamu, pulang makanya ada problem apa lagi sama bunda?

gadis itu menghela napas lelah, selalu saja seperti itu.

rumah tanpa lampu saja gelap, apalagi rumah tanpa ibu. meskipun selalu saja ada pertengkaran namun rasanya raga ini takkan kuasa bertahan jika tanpa ibu di rumah.

gadis itu akhirnya bangkit, memakai kembali sepatunya, dan mulai mengambil langkah menuju Ducati hitam nya yang terparkir tak jauh dari tempat ia berada.

saat ini tujuannya adalah kembali kerumah.

entah itu akan lebih melelahkan atau tidak ia tidak peduli—kasur adalah solusinya.

perjalanan menuju bangunan tempat ia bernaung sedari ia di lahirkan itu sungguh membuat luka lama kembali terbuka. Dinginnya sorai angin menjelang malam itu seperti menyayati kulit putihnya.

"Kalo gue pendidikan sa, kan lama tuh 4 tahun-an kalo gue lupa gimana sama Lo?" ujar cowok itu sambil menatap manik mata gadis di sebelahnya—tatapan yang sungguh selalu dapat membuat jiwa raga gadis itu luruh begitu saja, tatapan yang menyejukkan, tatapan itu punya sejuta makna dalam satu kata.

"Nanti dateng ya ke rumah, bilang ke gue 'sayangg ini cewe kamuu' terus peluk gue ya sa, gue yakin pelukan itu bakalan bantu gue untuk ingat segalanya. Karena sampai saat ini, obat terampuh untuk gue itu pelukan Lo."

gadis itu terpaku beberapa saat, tubuhnya seperti mati rasa—seluruhnya. bagai tersengat listrik yang entah dari mana asalnya, ucapan itu entah mengapa memiliki makna yang sulit di terka oleh nya.

entahlah, semuanya terlalu samar untuk di genggam dan di rasakan.

"Lo amnesia sama cewek lo sendiri ? Tega banget" ujar gadis itu lesu sambil mengerucutkan bibirnya—lucu.

"Gue aja suka lupa napas, gimana kalo gue ninggalin Lo?tanpa kabar dari Lo? " ujar cowok itu lagi.

"tandanya lo nggak serius dong sama gue"

"serius, banyak omongan gue yang harus gue pertanggungjawabkan gue mungkin bisa lupa sama orangnya, tapi gue nggak akan pernah bisa lupa sama kenangannya."

cowok itu kemudian mendekat, mulai merapatkan tubuh keduanya, hingga tak ada celah lalu sebelah tangannya merangkul pundak yang selama ini menjadi tempat ternyaman nya untuk bersandar.

"Naesa, makasih ya! Makasih untuk segalanya perasaan gue habis di elo sa." ujarnya lirih lalu memeluk dan mengecup singkat kening gadis nya itu.

"Mari habis kan, hidup yang cuma sekali ini dengan menjadi dua insan yang saling mencintai hingga ajal menjadi alasan kita untuk terpisah sa."

gadis itu menambah kecepatan kendaraannya, ingatan itu selalu saja muncul di saat ia seorang diri.
tentang siapa yang menjadi tokoh utama, jawabannya tetap sama—hanya dia yang menjadi tokoh utamanya.

sekarang, hanya ada kenangan.

cerita lama yang entah mengapa seperti memiliki jiwa hingga mampu bersemayam lebih lama dalam memori ingatan dan terus-menerus menebar luka tak kasat mata.

hingga sampai, motor hitam itu tiba di pelataran rumah sederhana yang begitu nyaman untuk di tinggali. Dengan taman yang lumayan luas, dan di hiasi oleh bunga-bunga hias dan beberapa pohon yang tidak begitu besar namun rindang di bibir pagar.

gadis itu menghela napas berat, pintu yang terbuka dan lampu yang menyala dari dalam seperti menghidupkan kembali suasana pada benda mati yang di huni oleh keluarga itu.

HAHAHAHA

samar-samar Indra pendengar nya menangkap suara gelak tawa bahagia yang mendominasi keadaan di dalam rumah itu.

Berusaha tidak memperdulikan keadaan tersebut, gadis itu mengambil langkah gontai menuju kedalam bangunan itu.

"Assalamualaikum, esa pulang" ujarnya memberi salam lalu tanpa ingin bergabung dengan insan yang sedang asik bercengkrama itu ia melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Sa, kamu kemana aja? Pantas anak gadis pulang se larut ini? Kalo kamu gak mau pulang ke rumah bilang aja biar sekalian kamu keluar dari rumah ini!" Ujar wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa dan di apit oleh dua orang gadis yang memiliki paras cantik dan serupa.

"Bund, udah esa baru pulang" ujar gadis itu lirih.

Wanita itu berdiri dan menghampiri anak gadisnya, " kamu pergi sekolah tadi kesiangan, pulang sampai selarut ini, siapa yang nggak khawatir hah? Kalo emang kamu gak senang tinggal di rumah ini, bilang aja." ujarnya ketus.

gadis itu menatap wanita yang melahirkannya itu dengan tatapan kesal, entah apa sebenarnya yang bunda nya itu ingin kan dirinya tak tahu. Selalu saja salah, apapun yang dirinya lakukan selalu saja salah di mata bundanya.

Kali ini dirinya menyadari bahwasanya dirinya memang salah, namun terlepas dari itu semua gadis itu terlalu muak untuk sekedar berdebat hebat dengan sang bunda.

dirinya terlalu muak untuk kembali ke rumah dan mendengarkan Omelan sang bunda. ia terlalu muak untuk selalu di salahkan atas kesalahannya walau sedikit saja.

"tiba aku buat baik aja, bunda ga pernah notice, coba aku buat salah sekali aja 7 hari 7 malam bunda omelin" ujarnya kesal.

"Loh ya terserah bunda dong, kalo kamu tinggal di rumah ini ya ikutin peraturannya, lagian kamu itu anak gadis, bukannya ngerjain kerjaan rumah malah asik sama dunia kamu sendiri—dulu ya bunda—" namun belum selesai wanita itu melanjutkan kalimatnya sudah terlebih dahulu di sela oleh anak gadisnya.

"Bunda—bedain bund zaman bunda kecil sama zaman sekarang, jangan kolot please " ujarnya pelan, nadanya terdengar begitu lelah.

"Udah ya esa masuk dulu." Ujarnya lagi lalu berlalu begitu saja meninggalkan sang bunda yang berdiri dengan tatapan kesalnya.

"Bunda, jangan sedih ya, kan ada shela sama sheli di sini, kita siap kok bantuin bunda kalo bunda lagi butuh apa-apa." Ujar seorang gadis yang sedari tadi hanya menonton pertengkaran antara ibu dan anak kandung di ruang keluarga itu.

wanita itu tersenyum manis, senyuman itu begitu teduh, walau sudah memasuki era setengah abad wanita itu tetap saja cantik—usianya tidak mampu melunturkan kecantikan dalam dirinya.

TBC

hai, gimana perasaan kalian baca prolog ini?

kira-kira siapa ya shela dan sheli ini, kok—hmm

oiya, cowok yang ada di ingatan naesa juga siapa ya?

penasaran sama kelanjutannya?

ayo vote+comment !

terimakasih yaa

Continue Reading

You'll Also Like

43.9M 1.3M 37
"You are mine," He murmured across my skin. He inhaled my scent deeply and kissed the mark he gave me. I shuddered as he lightly nipped it. "Danny, y...
11.5M 298K 23
Alexander Vintalli is one of the most ruthless mafias of America. His name is feared all over America. The way people fear him and the way he has his...
329K 9.8K 105
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
613K 9.6K 88
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...