Putra Bajingan Duke Adalah Ps...

By 00lyan00

107K 14.5K 592

Ketika ia datang ke desa, seorang penduduk memujinya, "Bagaimana bisa Anda tahu apa yang dipikirkan para krim... More

Prolog
BAB 1 JADI SEBUTANNYA REGRESI ATAU TRANSMIGRASI?
BAB 2 CASIUS DAN PEDANG
Bab 3 Alter
BAB 4 RAHASIA CASIUS
BAB 5 RAHASIA CASIUS (2)
BAB 6 ELFREDA
BAB 7 CUMA UNDANGAN MAKAN, TAPI MENCURIGAKAN
BAB 8 MAKAN DENGAN TENANG (?)
BAB 9 JALAN-JALAN
BAB 10 YUSHE (1)
BAB 11 YUSHE (2)
BAB 12 YUSHE (3)
BAB 13 DEEP TALK
BAB 14 MALAM BULAN BARU
BAB 15 BULAN DAN SERIGALA (1)
BAB 17 KISAH SEORANG CASIUS (1)
BAB 18 KISAH SEORANG CASIUS (2)

BAB 16 BUKA MULUT! AAAA~

5.7K 773 23
By 00lyan00

YEAAAHHH!!!! TUGAS GUA DAH KELARR!!

...Ehem! Btw, maap molor beberapa hari. Oke, selamat membaca~

Vote, comment, follow!

Typo tandai!

.

.

Tok tok.

"Tuan Muda, ini saya, James. Boleh saya masuk?"

"!!!"

Semua orang membeku. Elfreda dan Gilbert mengalihkan pandangannya dari pintu. Mereka menatap manusia serigala, Yushe yang juga balik menatap mereka.

Selang beberapa detik-

"Bagaimana ini?!" –Gilbert.

"Sembunyikan! Sembunyikaaannnn!" –Elfreda.

"Tidak ada tempat untuk sembunyi di sini, nona!" –Gilbert.

Ya. Dua sosok itu berteriak tertahan sambil uring-uringan memikirkan cara untuk menyembunyikan Yushe. Namun itulah yang membuat Casius bingung.

"Kenapa kalian panik?"

Satu pertanyaan itu membuat Elfreda dan Gilbert menatap Casius. Elfreda yang duduk di samping pemuda itu bahkan sampai mencengkram kedua bahu kakaknya. Ekspresinya mengatakan seolah dia sangat serius sekarang.

"Kakak... Bukankah kakak tidak ingin identitas Yushe diketahui secepat ini?"

Casius mengangguk. Itulah mengapa ia ingin meminta Yushe kembali ke wujud serigalanya. Dan tampaknya Elfreda juga menyadari pikiran kakaknya itu.

Gadis kecil itu menatap Casius lebih tegas lagi. "Kakak..."

Casius mengangkat sebelah alisnya.

"Bayi werewolf tidak bisa kembali ke bentuk serigalanya setelah 'menjadi' manusia."

Casius mengedipkan matanya,

"Hah?"

Elfreda: "... (mengangguk)"

Casius: "?!!!!"

'Mampus lo, Cakra!'

***

Sementara orang-orang di dalam mengalami perang batin yang serius, beberapa pihak yang sejak tadi berdiri di luar kamar kebingungan karena tak ada balasan dari dalam.

James mengerutkan alisnya samar, namun ekspresi itu segera kembali karena profesionalitasnya. Menunggu dan menunggu, akhirnya James berinisiatif mengetuk pintu sekali lagi.

Tok tok.

"Tuan muda?"

Belum ada jawaban. Hingga beberapa saat kemudian, pintu tiba-tiba terbuka. Terpampanglah wajah prajurit muda yang kaku di sana.

"... Masuklah!" pinta Casius dari dalam.

"..."

Walau masih dalam keadaan bingung, James masih ingat dengan tugasnya. Pelayan itu mendorong troli yang penuh dengan makanan masuk ke kamar. Dua orang lagi mengikutinya dari belakang. Satu seorang pria tua dengan pakaian putih khas tabib, satu lagi seorang gadis muda dengan mata tertutup. 'Buta?' Ada bekas sayatan vertikal di masing-masing mata gadis itu.

"Saya membawakan makanan untuk Anda-"

Brakkk!

"?!"

James dan dua orang yang mengikutinya terperanjat ketika Gilbert menutup pintu dengan kasar. Tak hanya itu, Elfreda juga menutup gorden di kamar itu, menghalangi pandangan orang dari luar kamar.

Suhu ruang turun sangat cepat. Ketegangan meningkat secara bertahap. Tiga orang yang baru masuk, terutama tabib dan gadis muda yang mengikuti James merasa tidak nyaman dengan suasana ini. Dan saat itulah mereka melihat sesuatu yang membuat bulu kuduk mereka berdiri.

Apa yang orang-orang itu lihat adalah ekspresi dingin Casius yang menatap lurus ke arah mereka.

Casius tidak melakukan apapun. Dia hanya duduk menyamping di sisi tempat tidur dan menatap mereka 'santai'. Namun, mungkin cahaya terhalang oleh gorden, mata darah Casius berkilat sangat tajam.

Itu membuat semua orang tak ingin membuka mulut lebih dahulu. Mereka membeku, jantung mereka berdebar kencang karena kalut. Sementara Casius, pemuda itu menumpukan sikunya di atas paha dan mengaitkan jari-jemarinya.

"James."

"-?! Disini, Tuan Muda!" Meski cukup terkejut dengan nada dingin dan tajam Casius, James tetap menjawab tuannya sesuai etika yang ia pelajari.

Casius diam sejenak sembari mengamati James.

"Kamu tidak mengetahui APAPUN!" tegasnya.

James yang mendengar itupun tersentak. Matanya secara tak sadar menangkap gundukan di balik punggung tuannya. Itu tertutupi selimut hingga James tak bisa memastikan apa yang ada di dalamnya. Meski begitu, tak ayal ia tetap mengangguki 'pernyataan' Casius.

"Saya tidak melihat apapun, Tuan Muda."

Casius menatap James dengan puas. Ia tak perlu sumpah atau semacamnya karena Casius percaya dengan karakter 'kaku' James yang selalu taat aturan. Kecuali Sang Duke yang bertanya lebih dulu, James tidak akan mengatakan apapun yang ia lihat di sini.

Setelah James, giliran sang tabib dan gadis di sampingnya yang diterpa angin dingin Casius.

"... Saya, Yohan, tidak melakukan perkerjaan lain diluar tugas untuk memeriksa kondisi tubuh Anda, Tuan Muda. Asisten saya, Lumine, juga akan melakukan hal yang sama." Lumine, gadis di belakang Yohan mengangguk begitu mendengar penuturan gurunya.

Tabib, Yohan, masih ingat betul sejuta rumor buruk yang mengelilingi tuan mudanya itu. Ia tak ingin memprovokasi Casius tanpa alasan.

"... Bagus."

"Untuk pemeriksaannta, lakukan dengan cepat!" lanjut Casius.

Pemuda itu tidak mengubah ekspresinya sedikitpun dan itu membuat Yohan menunjukkan raut ketakutan yang ketara. Pria tua itu mendekati Casius dengan ragu-ragu. Ia memegang salah satu pergelangan tangan Casius dan bersiap untuk mengalirkan mana, namun-

"Lakukan saja dengan pemeriksaan biasa!"

Nada dingin Casius membuat aksi Yohan terhenti. Ia mengangkat kepalanya dan memberanikan dirinya untuk menatap mata Casius.

"T-Tapi Tuan-"

"Apa?"

Yohan menahan napasnya tanpa sadar, lalu menghembuskannya seperti orang tertekan.

"... Saya akan melakukannya seperti yang Anda katakan, Tuan Muda."

Mengalirkan mana ke tubuh adalah salah satu metode pemeriksaan yang biasa dilakukan dokter atau tabib untuk memeriksa kondisi pasien mereka secara detail dan terperinci. Luka dalam, racun, bahkan kutukan sekalipun dapat diidentifikasi dengan mengalirkan mana ke tubuh seseorang. Jadi tak heran jika metode itu adalah yang paling efektif untuk memeriksa kondisi tubuh seseorang. Namun apa yang bisa tabib tua itu lakukan jika Casius menolak keras?

Akhirnya Yohan hanya memberikan pemeriksaan fisik biasa seperti yang dikatakan Casius. Ia mengecek denyut nadi, kulit, dan mata Casius. Yohan juga menanyakan beberapa hal seperti "apakah masih pusing?" atau "masih lemas?", namun ia hanya mendapat gelengan sebagai balasan.

"Tidak ada masalah. Anda hanya perlu minum lebih banyak air putih dan makan makanan bergizi dan jangan lupa untuk istirahat secara teratur. Tubuh Anda sedikit kelelahan, Tuan Muda."

Casius mengangguk. Mata darahnya melirik singkat pada gadis 'buta' di belakang Yohan. Ia merasa ada sesuatu pada gadis yang sejak tadi hanya menunduk itu.

'Rasanya kek kenal.' Alter ragu.

"... Kalian bisa pergi sekarang."

Yohan, Lumine, serta James yang baru selesai menata makanan di atas meja pun menundukkan kepalanya hormat sebelum pergi meninggalkan kamar.

Setelah mereka pergi, Gilbert yang berjaga segera menutup pintu kamar itu. Sejenak, terjadi keheningan antara orang-orang yang tersisa di ruangan itu.

Elfreda & Gilbert: "... Hahhhhhh~"

Berbeda dengan dua orang itu yang menunjukkan kelegaannya terang-terangan, Casius memilih diam. Namun jelas terlihat bahwa dirinya juga lega dari tatapan matanya yang melembut.

Casius berbalik. Ia akan menyibak selimut di belakangnya. Ada seseorang yang ia tutupi dengan selimut itu, anehnya ia tenang. Bahkan sejak tadi orang itu hanya diam seperti batu. Apa yang sebenarnya ia lakukan-

"?!!"

Meluhat keterdiaman Casius, Elfreda dan Gilbert pun ikut penasaran. Jadi dua orang itupun mendekati tempat tidur Casius.

"Tuan muda?"

"Kakak? Ada ap- ?!"

Mereka sama-sama terdiam ketika melihat apa yang dilakukan Yushe sekarang.

'Oh... Pantes...'

"Yah... Tidur ternyata."

Elfreda menggelengkan kepalanya.

Di atas kasur, bocah serigala yang dibicarakan tengah meringkuk dengan nyaman. Telinga serigalanya bergerak ketika Elfreda menyentuhnya, membuat gadis itu terkikik namun tak menghentikan aksinya.

Casius menggelengkan kepalanya, lalu menatap Gilbert.

"Gil, apakah kamu luang sekarang?"

"Uhuk!"

Gilbert tahu tuan mudanya tidak meiliki niatan apapun ketika menanyakan itu, tapi hati nuraninya tetap sakit. Apakah dia tampak begitu menganggur?! ... Ehem, sebenarnya dia memang menganggur. Nasib rektutan baru. Hanya disurih bantu angkat barang terus ditinggal.

Gilbert mengangguk dengan berat hati.

"Kamu bisa berjaga di luar?" tanya Casius.

Gilbert awalnya bingung, namun ia tetap mengangguk dan berdiri di luar kamar. Begitu pintu ditutup, Casius menoleh untuk melihat 'keributan' di belakangnya. Itu adalah Elfreda yang mengganggu tidur Yushe. Anehnya anak itu tidak bangun sama sekali.

"El, hentikan itu dan bangunkan Yushe. Ayo kita makan!"

Elfreda yang mendengar itu langsung mengembangkan senyumnya. Makan bersama. Terlebih hanya berdua dengan kakak ketiganya- Tunggu, bukankah ada tambahan satu bocah lagi sekarang?

'Satu atau dua bocah lagi tidak masalah~'

Membayangkan keimutan Yushe, Elfreda langsung melenyapkan kecemburuannya. Heheh, bukankah bagus melihat pipi kurus itu menggembung karena mengunyah sesuatu?

"El? Apakah ada sesuatu yang menarik?" Casius menaikkan sebelah alisnya. Pasalnya sejak tadi Casius melihat adiknya itu terkikik sambil menatap wajah Yushe.

Elfreda yang merasa ditanyapun menoleh, lalu menggeleng. "Tidak ada~"

Casius ragu, namun hanya mengangguk. Ia lebih fokus untuk menyiapkan makanan untuk dua anak di kamarnya.

"Tapi kakak..."

Casius menoleh lagi. "Hm?"

"Itu... sangat sulit untuk membanunkan anak ini. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana," jelas Elfreda. Tangannya masih mengguncang tubuh Yushe untuk membangunkan anak itu. Dan seperti yang dikatakan Elfreda, Yushe hanya terganggu sesaal sebelum kembali tidur.

"..."

Casius terdiam sejenak, lalu mengambil hidangan daging dari meja. Pemuda itu mengiris steak di tangannya menjadi kotak-kotak kecil, menusuk salah satunya dengan garpu, lalu membawanya mendekati Yushe.

"Apa yang kakak lakukan?" Elfreda mengerutkan keningnya ketika melihat gelagat Casius yang seolah ingin menjejali Yushe dengan makanan.

Dugaal itu hampir benar. Tepatnya Casius tidak menjejalkan daging itu.

Setelah ia membuka mulut Yushe, Casius mengoleskan potongan daging itu ke lidah Yushe sebelum menariknya kembali. Dan terbukti bocah serigala itu langsung membuka matanya dan duduk dengan ekor berkibas.

"-?! Krrrrrr. Kiang!"

"Woooahh." Elfreda tidak menyangka akan semudah itu.

Sementara Casius, pemuda itu menarik sudut bibirnya sedikit. Terimakasih pada teman satu kontrakannya 'dulu'. Berkatnya yang juga sulit dibangunkan, Casius berhasil menemukan trik ini walau butuh beberapa waktu dan usaha.

"Ayo makan!" ajak Casius setelah memasukkan potongan daging tadi ke mulut Yushe. Kali ini Yushe benar-benar memakannya.

(gambar dari google)

Elfreda berlari lebih dulu ke meja dan melihat-lihat menu makanan mereka. Dan ketika ia melihat isi piringnya sendiri, wajah tersenyum Elfreda semoga berubah kecewa. Gadis kecil itupun mendongakkan kepalanya dan menatap Casius sedih.

"Kaak~ Aku nggak suka sayuran~"

Casius yang baru mendudukkan Yushe ke kursi menoleh pada Elfreda. Ia tentu tahu itu. Casius sudah memperhatikan apa saja yang dimakan Elfreda sebelumnya. Itu benar-benar tanpa sayuran. Karena itu Casius memberikan banyak sayur ke piring Elfreda sekarang.

Ketika Elfreda protes, Casius hanya diam. Pemuda itu mengambil piring Elfreda lalu duduk di antara dua bocahnya.

"Mendekatlah!" pintanya pada Elfreda.

Gadis kecil itupun mendekatkan kursinya pada Casius, menatap pemuda itu bingung dan khawatir. Ia sungguh takut kakaknya marah. Mungkin seharusnya ia tak mengatakan kalau dirinya tidak menyukai sayur.

Namun apa yang dilakukan Casius jauh berbeda dari perasangka Elfreda.

Pemuda itu menyendok makanan di piring, kemudian mengulurkan tangannya yang memegang sendok ke mulut Elfreda.

"Buka mulut. Kakak akan menyuapimu."

"..."

Psssssss-

"... Aku akan makan karena kakak 'memaksa'. Ehem-"

Elfreda membuka mulutnya untuk mengambil suapan dari Casius. Salting dikit nggak ngaruh.

Di sisi lain, Casius sama sekali tak menyadari anak lain yang menatap interaksi itu dengan telinga dan ekor terkulai.

Yushe menatap makanannya sendiri yang dipenuhi dengan daging, kebalikan dari Elfreda. Setelah menyadari perbedaan makanan di piringnya dengan milik Elfreda, Yushe terpikirkan sebuah ide. Anak itu diam-diam mengambil daun-daunan yang seharusnya hanya digunakan sebagai hiasan steak dan makanan lainnya ke piringnya... dalam jumlah yang CUKUP banyak.

Setelah melakukan aksinya, Yushe mengangguk puas. Anak itu mendongak dan menarik lengan Casius di sampingnya.

Casius yang baru selesai menyuapi Elfreda menoleh saat merasakan sentuhan di tangannya.

"Ada apa?"

Yushe tak paham apa yang dikatakan Casius. Ia hanya menyodorkan piring makanannya pada Casius dan menatap pemuda itu sedih, persis seperti yang dilakukan Elfreda sebelumnya.

"Awuwuwuwuw~"

"UHUKK! Uhuk uhuk-"

Casius dan Yushe menatap Elfreda yang tiba-tiba tersedak.

Casius sendiri segera mengambil gelas kosong dan mengisinya dengan air sebelum memberikannya pada Elfreda. Ia juga memperingatkan adiknya agar tak minum dengan buru-buru.

"Lanjutkan lanjutkan," pinta Elfreda setelah melegakan tenggorokannya.

Akhirnya Casius berbalik. Ia masih malihat mata sedih Yushe saat itu. Dan ketika Casius melihat isi piring Yushe, ia tak punya pilihan selain menghela napas tanpa daya.

"Apa kamu membuat gunung di piringmu?" Casius menggelengkan kepalanya. Ia ingin tertawa sekarang. Bagaimana tidak? Ia melihat setumpuk sayuran mentah yang kira-kira setinggi jengkal orang dewasa di atas piring Yushe.

"Awuwuw?" Yushe memiringkan kepalanya.

"Hhh. Tidak apa-apa."

Tanpa menunda lagi, Casius mengambil suapan demi suapan dan memberikannya pada Yushe. Tentu ia mengurangi porsi sayuran mentah yang ditumpuk Yushe di piringnya.

Walau werewolf itu omnivora, serigala adalah karnivora. Mungkin akan lebih baik jika Yushe memperbanyak makan daging daripada sayur. Itulah yang dipikirkan Casius.

"Selesai."

Casius meletakkan piring di tangannya. Akhirnya ia bisa makan makanannya sendiri sementara dua bocil hanya menatapnya dalam diam.

Setelah selesai, barulah Casius buka suara.

"Elfreda."

Yang terpanggilpun mendongak. Elfreda memiringkan kepalanya seolah bertanya "kenapa?".

"Malam ini jangan keluar dari kamar. Kakak akan mengunjungimu sebentar."

Elfreda tidak terlalu mengerti namun ia tetap mengangguk. Tatapan Casius sedikit melunak tanpa ia sadari.

"Terimakasih. Tidak akan lama." Lagi-lagi Elfreda mengangguk.

Tanpa diduga, Casius mengusap kepala Elfreda.

"Kamu ada pelajaran setelah ini, kan? Segera bersiap dan belajar dengan baik!"

Mendengar itu, Elfreda sontak menegakkan tubuhnya. Tampak binar antusias yang terpancar di mata safirnya.

"Tentu saja! Aku akan dapat nilai A nanti! Lihat saja, kakak!"

Setelah mengatakan itu, Elfreda keluar dari kamar secepat angin.

'Kenapa anak sekecil itu sangat bersemangat untuk belajar?'

Ya, tentu saja karena dia tidak sepertimu-

'APA MAKSUDNYA HAH?!'

Casius berdeham.

Pemuda itu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar. Tempat ini begitu luas dan mewah meski bukan kamar utama, berbeda sekali dengan kamarnya di paviliun. Namun Casius tak iri. Karena dialah yang meminta pada Sang Duke untuk memindahkan tempat tinggalnya ke paviliun.

Sangat sulit membuat orang itu menyetujuinya.

Ngomong-ngomong...

"Kiangg!"

Brakk.

"Krrrr- Kruang!"

Tap.

Brak!

Bruk-

"Rawrrr! Kruang-"

"... Hahhh."

Casius ingin berpura-pura tidak tahu tentang 'kerubutan' di kamarnya. Diam-diam ia bersyukur tidak ada banyak barang di kamar ini. Meski Casius lebih bersyukur karena tempat ini kedap suara.

Ketika terus memperhatikan bocah serigalanya bermain, mata Casius lambat laun terasa berat. Tak lama, pemuda itupun terlelap.

Sementara itu, Yushe yang akhirnya kelelahan akhirnya menoleh. Manik emasnya menangkap Casius yang duduk dengan mata terpejam.

Yushe yang melihat itupun ikut naik ke atas tempat tidur. Anak itu berusaha keras agar tak menimbulkan suara yang bisa mengganggu tidur Casius. Setelah naik ke kasur, Yushe ikut membaringkan tubuhnya di samping Casius, ia meringkuk sebelum akhirnya tertidur juga.

Yushe sama sekali tak menyadari kegelisahan Casius dalam tidurnya.

Alis pemuda itu berkerut dalam sementara keringat dingin membasahi dahi dan punggungnya. Saat inilah Casius mengeluarkan berbagai macam ekspresi. Namun yang pasti, pemuda itu sangat tersiksa dalam tidurnya.

Apa yang kau mimpikan... Casius?

.

.

TBC

~Pojok cerita~

Cakra anak beruntung: "Hm hm~"

Casius anak penasaran: "Lu ngapa dah? Girang bener?"

Cakra anak beruntung: "Hm? Tidak apa-apa... hanya teringat seseorang yang melupakan 'sesuatu'. Haha~"

[Di tempat lain...]

Penulis anak pelupa: "Anj- akhirnya gua inget! (seringai) Cobaanmu sudah dekat, abangku tersayang~ HUAHAHAHAHA!"

Continue Reading

You'll Also Like

21.8K 1.8K 7
Transmigrasi jadi protagonis ❎ Transmigrasi jadi Antagonis ❎ Transmigrasi jadi kembaran Figuran ✅ Bagaimana jika seorang mafia berkedok CEO muda beru...
237K 28.9K 31
Setelah menjalani kehidupan selama 27 tahun, Luke tidak punya penyesalan apapun dalam hidupnya. Ketika mengalami kecelakaan dan nyawanya terenggut di...
4K 721 7
Menceritakan Keyla yang begitu menyukai Wafda, salah satu anggota BEM. Namun tanpa disadari, Satya yang selalu membuatnya kesal justru menaruh perasa...
40.9K 4.2K 14
Ditto Caller, pemuda dingin tak tersentuh yang bunuh diri setelah kematian adik kesayangannya, bertransmigrasi ke tubuh Zergio Vestian Axellard pria...