Your's To Claim

Por Cebongkun

36.3K 2.3K 849

PASSION FANFICTION! By : Cebong-chan Title : Your's to Claim Pair : Ilay RieGrow x Jeong Taeui Rate : M (Mat... Más

[[Cebong-chan's Note]]
[[CHAPTER 1]]
[[CHAPTER 2]]
[[CHAPTER 3]] : "Ilay RieGrow..."
[[CHAPTER 4]] : Antara Takdir dan Kebetulan
[[CHAPTER 5]] : Perjanjian Dengan 4 Faksi
[[CHAPTER 6]] : Kesalahan Kedua
[[INFORMASI TENTANG UNHRDO]]
[[CHAPTER 7]] : Gairah
[[CHAPTER 8]] : Hold Me Tight, Cry Baby
[[CHAPTER 9 : Wet Dream]]
🔞[[CHAPTER 11]] : "IMBALAN"🔞
🔞[[CHAPTER 12]] : Apa Karena Gil Sang Cheon?🔞
[[CHAPTER 13]] : Patung Porcelain Indah yang Suram
[[CHAPTER 14]] : Kesepakatan Rahasia
[[CHAPTER 15]] : "Teman Masa Kecil Ilay"
[[CHAPTER 16]] : TROUBLE MAKER
[[CHAPTER 17]] : CRAZY RIEGROW
[[CHAPTER 18]] : Mutiara Hitam Tarten
[[CHAPTER 19]] : Analgesia
[[CHAPTER 20]] : Greed, Lust, and Anger
[[CHAPTER 21]] : END SEASON 1

[[CHAPTER 10]] : Kunjungan Tak Terduga

1.3K 114 77
Por Cebongkun

"Ah, Disana kau rupanya, Taeil."

Sungguh iblis. Bahkan kalaupun saat ini pria itu mencoba bersikap ramah, Jeong Taeui dapat menebak bahwa ia akan segera mendapat MASALAH karena kemunculan Iblis tampan nan sialan ini.

Jeong Taeui mengumpat sejadi-jadinya.

KENAPA ILAY ADA DI KELASNYA?!

>>>>>>>>><<<<<<<<

CHAPTER 10 : Kunjungan Tak Terduga

>>>>>>>><<<<<<<

Ini adalah sesuatu yang tak pernah di sangka siapapun. Bahkan Jeong Taeui masih merasa dirinya melihat sebuah Ilusi yang begitu menakutkan.

Seorang Pria Eropa berdiri di depan pintu ruang kelasnya dan tampak terlibat cekcok dengan beberapa temannya. Karena tubuhnya yang jangkung dan setinggi hampir 2 meter, membuat sosoknya terlihat sangat mencolok. Di tambah dengan rambutnya yang berwarna kelabu dan kulit putihnya yang terpapar langsung oleh lampu dari lorong-- membuat siapapun dapat memastikan bahwa pria ini bukanlah pria berdarah Asia. Pakaiannya sendiri tampak sangat rapi-- Setelan seragam sekolah berupa blazer berwarna abu-abu gelap dipadukan oleh kemeja hitam dan dasi berwarna putih. Kemeja dan vest yang melekat dan membentuk tubuhnya dengan sempurna terkancing seluruhnya. Tatanan rambutnya juga tampak sangat kontras dengan sosoknya yang penuh pesona.

Tak mungkin tak ada yang mengenali siapa pria dengan penampilan luar biasa itu. Ditambah dengan adanya armband yang melingkar di lengan blazernya-- armband berwarna biru dengan bordir bintang yang menandakan pimpinan dari salah satu faksi.

Jeong Taeui jarang memperhatikan, tapi saat mengingatnya, ia sadar bahwa Shinru dan Pria Arab yang bersama dengan Hyung nya juga mengenakan armband dengan model yang sama.

Hanya warna nya saja yang membedakan.

Merah untuk menandakan faksi Asia yang penuh semangat. Emas melambangkan faksi Eropa yang makmur dan berkelas. Hijau melambangkan faksi Afrika yang tenang dan damai.

Dan warna biru melambangkan faksi Amerika dengan filosofi kepercayaan diri dan kecerdasan intelektualnya.

Warna biru itu, entah mengapa sangat cocok dengan Ilay RieGrow walaupun pria itu bukanlah pria berdarah Amerika. Tapi tetap saja, semua ini membuat Jeong Taeui masih sangat terkejut dengan kenyataan yang ia lihat di depan matanya sendiri.

Kenapa pria itu-- Ilay RieGrow ada di depan kelasnya?

"Ah, disana kau rupanya, Taeil. "

Ketika pria itu melihat dirinya, pria itu memanggilnya. Nada suaranya terdengar lembut dan tenang. Bibir yang tadinya tergaris dingin melengkung dengan kesan senyum simpul yang begitu menawan. Mengabaikan orang-orang yang sebelumnya cekcok dan masih meneriakinya, Ilay segera berbalik memunggungi mereka dan berjalan santai ke arah Jeong Taeui. Bahu Taeui tampak tersentak kecil ketika melihat pria Jerman itu berjalan ke arahnya seakan telah menunggu kedatangannya.

Akan tetapi, seseorang yang berada di sampingnya dengan cepat menarik lengannya dan menyembunyikan Jeong Taeui di balik punggungnya.

"Shinru? "

Ling Shinru, dengan penuh waspada menatap ke arah Ilay RieGrow. Menghalangi pria itu untuk mendekati Jeong Taeui. Mata besar itu memicing dengan kesan tak bersahabat dan seolah siap mencabik siapapun yang ada di depannya.

Bibir mungilnya yang berisi terbuka, menyuarakan kalimat penuh nada mengancam.

"Apa yang kau lakukan di wilayahku? "

Ilay RieGrow menatap Ling Shinru yang menggeram seperti rubah kecil. Itu adalah reaksi murni dari seseorang yang merasa wilayah kekuasaannya diusik oleh orang asing. Namun seolah tak peduli, Ilay bahkan tak membalas. Sepasang iris keabuannya melirik acuh dan beralih menatap ke arah Taeui yang berada di balik punggung kecil bocah Cina itu.

"Kau tak muncul di hadapanku, jadi kupikir kau sengaja menghindariku. Karena itu aku memutuskan untuk mencarimu."

Jeong Taeui masih tertegun dengan kenyataan bahwa Ilay RieGrow benar-benar mencarinya, sedangkan Ling Shinru mulai berwajah semakin kesal dan menarik kerah kemeja Ilay yang tersembunyi di balik blazernya. Tangan kecilnya terkepal kuat dengan buku-buku yang mencuat, seakan siap menghantam wajah dari Pria Jerman kurang ajar yang ada di hadapannya ini.

"Beraninya kau mengabaikanku--! "

"Tunggu Shinru! " Jeong Taeui langsung meraih kepalan tangan Shinru. Bahkan kalaupun bukan dirinya yang terlibat cekcok langsung dengan pria Jerman ini, jantungnya tetap berdebar gila seakan merasa ketakutan!

Itu karena Jeong Taeui sesaat dapat melihat sudut bibir lembut Ilay tertarik begitu melihat Shinru menaikkan sumbu amarahnya dan mencoba melakukan kekerasan.

Ling Shinru melirik ke arah Jeong Taeui. Amarah yang coba ia tahan di depan Taeui masih dengan jelas terpantul lewat tatapannya yang bengis dan keji.

"Minggir Hyung. Jangan halangi aku. "

"Shinru, tolong tenangkan dirimu. "

"Saat ini aku dalam keadaan paling tenang. Tapi aku tak bisa lagi bersabar karena bajingan ini memasuki wilayahku dan bahkan mencarimu! "

Jeong Taeui meneguk ludahnya. Sial! Kenapa anak-anak jaman sekarang sangat suka membantah perkataan orang yang lebih tua sih?!

"Hey, dia kesini karena mencariku. Aku lah yang seharusnya berurusan dengannya. Jadi tolong turunkan sedikit amarahmu dan lepaskan dia, Shinru."

Ling Shinru tampak masih kesal. Taeui perlahan mengusap kepalan tangan Shinru dan melepaskan setiap jemari yang menarik kemeja Ilay dengan ibu jarinya. Tatapannya penuh permohonan.

"Shinru, orang-orang melihat. Ini bisa jadi masalah nantinya."

"Siapa yang peduli dengan mereka? Aku hanya peduli pada Hyung. "

Argh!!! Tolong... Bersabarlah Jeong Taeui! Tak mungkin kau marah dan mengacak-acak wajah manis anak menggemaskan ini kan?

Jeong Taeui berharap bocah bersumbu pendek di hadapannya ini setidaknya memahami situasi saat ini dan segera melepaskan tangannya. Karena berada di lorong, secara otomatis mereka menjadi tontonan dari anak-anak yang berbondong-bondong keluar kelas.

Lihat saja Maurer, Tao, dan Alta yang tadi cekcok dengan Ilay, sekarang gantian melihat ke arah mereka seperti menonton bioskop.

Dan-- dari mana mereka mendapat popcorn dan cola itu?! Hey! Siapa juga yang sudah menggelar karpet untuk rebahan?!!

Mungkin menyadari bahwa hal ini dapat membuat Jeong Taeui dalam kesulitan, Shinru akhirnya menurunkan sedikit ego nya dan melepaskan kerah Ilay dengan gerakan menyentak. Jeong Taeui sempat merasa takut ketika Shinru melepaskannya, pria itu akan mencekik Shinru atau menghantam kepala bocah manis ini.

Namun Ilay hanya menegakkan punggungnya kembali. Ada kerutan kekesalan di dahi mulusnya yang tertutup helaian poni keabuan gelap. Namun tak ada reaksi yang mengancam bahaya.

Melihat bahwa situasi mulai terkendali, Jeong Taeui beralih kepada Ilay.

"Sampai membuat keributan di kelas lain begini, Komite Disipliner seharusnya memberimu hukuman. "

"Aku tak membuat keributan. Mereka hanya terlalu heboh menyambutku di depan kelas. "

"Kemunculanmu saja sudah jelas menimbulkan masalah..." Gumam Taeui di dalam hatinya.

"Jika memang penting secara personal, kau bisa menemuiku setelah selesai jam pelajaran. "

Ilay tampak melirik ke arah kerumunan yang ditatap oleh Jeong Taeui. Pria ini jelas menyadari bahwa kedatangannya menimbulkan keributan dan menjadi tontonan. Namun seolah tak peduli, dia malah menjawab,

"Bukankah kau terlalu dingin untuk seseorang yang berhutang sesuatu padaku? "

Jeong Taeui mengerutkan dahinya, tampaknya tak begitu memahami perkataan Ilay. Sedangkan orang-orang yang mendengar Itu tampak mulai tertarik mendengarkan isi pembicaraan Itu. Bahkan Alta dan Maurer sudah memasang mata dan telinga baik-baik demi menambah bahan gosip panas minggu ini!

Ilay RieGrow tersenyum geli. Itu sungguh membuatnya tergelitik dan ingin menggoda Jeong Taeui lebih jauh lagi.

"Kau seharusnya mengembalikannya sesuai janji. Aku membutuhkannya segera, tapi kau bahkan tak ke kantin belakangan ini. Kau juga tak mampir untuk meminjam buku. Aku tak tahu kamar asrama mu, jadi bukankah lebih baik kalau aku menagihnya langsung di tempat di mana kau berada dengan jelas? Lagi pula, mampir ke kelas mu bukanlah hal yang sulit karena kelas kita hanya berbeda lantai."

Perkataannya berbelit-belit tapi justru menambah semangat para penguping dan penggosip untuk mengilik lebih jauh pembicaraan itu. Jeong Taeui sendiri masih berpikir keras dengan apa yang coba disampaikan oleh Ilay. Ketika dirinya melihat pria itu menggerakkan tangan untuk menyentuh kerah blazernya yang berantakan.

Seketika Jeong Taeui teringat.

Benar juga Blazer Ilay yang ia pinjam-- dipinjamkan secara terpaksa-- masih berada di Taeui.

Blazer yang ia gunakan untuk menutupi--

Blushh--!!

Seketika wajah Jeong Taeui memerah sempurna. Kejadian di malam ketika dirinya digendong oleh Ilay dalam balutan blazer kebesaran pria itu memenuhi isi pikirannya.

Dan gambaran akan hal panas yang mereka lakukan di dalam kamar mandi.

Jeong Taeui menampar dirinya.

Menyadari perubahan ekspresi di wajah polos Taeui membuat Ilay tersenyum puas. Jeong Taeui, dengan wajah teramat malu juga tampaknya sadar bahwa Ilay tersenyum dengan kesan mengejek-- menjadi gelagapan dan buru-buru membalas,

"A-ah, itu. Aku ingat kok. Hanya saja aku agak sibuk belakangan karena harus menyelesaikan hukuman dari Komite Disipliner. Ja-jadi aku belum sempat menemuimu--"

Ah, sial! Kenapa senyum di wajah Pria Jerman ini begitu mengganggunya?!

Jeong Taeui yang masih gelagapan, bahkan ragu untuk menatap sepasang mata Ilay yang begitu dipenuhi kesenangan dan seperti ingin terus menggodanya.

"Jadi kapan kau akan mengembalikannya? "

"Be-besok? Bagaimana? "

Ilay tampak memasang pose berpikir sebentar, "Hm... Kalau diingat lagi, aku membutuhkannya besok pagi. Apa kau bersedia mengantarnya ke kamarku sebelum kelas dimulai? Ah tidak, aku harus menemui Professor sebelum ke kelas, jadi kau harus mengantarnya pagi-pagi sekali."

Ke kamarnya? Maksudnya Villa Faksi Amerika?!

Bagaimana mungkin Jeong Taeui bisa kesana?! Tidak, bahkan jika bisa Jeong Taeui takkan mau berada di sana! Memikirkan keributan apa yang mungkin akan terjadi jika orang-orang dari faksi Amerika melihatnya saja sudah membuat perut Jeong Taeui mulas minta ampun!

"I-itu..."

"Kenapa? Ah, apa kau belum membersihkannya? Atau masih ada sisa cum--"

Jeong Taeui panik dan buru-buru membekap mulut Ilay. Wajahnya benar-benar memerah sempurna. Telinga dan tengkuknya berubah warna dengan lucu. Jeong Taeui menatap Ilay dengan waswas, kemudian melirik ke balik punggung Ilay.

Morer, Alta, Tao, dan teman-teman sekelasnya-- dan bahkan orang-orang dari kelas sebelah benar-benar menonton mereka dengan wajah di penuhi rasa penasaran! Tapi mungkin Jeong Taeui tak tahu bahwa rasa penasaran itu lebih di dominasi oleh rasa terkejut.

Lagi pula bagaimana mungkin mereka tak terkejut melihat Jeong Taeui dengan begitu berani memotong perkataan seorang Ilay RieGrow dan bahkan membekap mulutnya begitu!

Ilay menatap Jeong Taeui yang gugup gagap di hadapannya. Jelas sekali Jeong Taeui tak ingin rahasia malam itu diketahui orang lain-- walaupun kenyataannya kejadian mengenai malam itu bahkan sama sekali tak terdengar ke telinga siapapun. Bagaimana mungkin hal itu akan di dengar orang lain jika Ilay sendiri sudah turun tangan mengurus masalah itu?

Hanya saja Jeong Taeui tak mengetahuinya. Karena itu wajar bagi Taeui bersikap waswas dan waspada. Yah, lagi pula Ilay juga tak memiliki keinginan untuk menceritakannya pada Jeong Taeui. Entah mengapa melihat pria Korea di hadapannya ini kebingungan begini terasa cukup menyenangkan sebagai hiburan sampingan.

Dan tangan yang dengan begitu berani membekap mulutnya saat ini--

Bagaimana reaksinya jika Ilay secara tiba-tiba menjilat telapak tangannya dan menggigiti jari-jari kapalan ini? Apa mungkin wajahnya akan semakin manis karena menumpuknya rasa malu yang bertubi-tubi?

Merasa bahwa keadan semakin mengkhawatirkan, Jeong Taeui akhirnya menarik lengan Ilay.

"Baiklah, baiklah. Ayo ikut aku. Aku akan mengembalikannya padamu. "

"Benarkah? Jadi itu sudah bersih dari--"

"Argh! Iya! Sudah bersih tanpa noda! Sudah kurendam dengan softener suklin dan rinzo anti noda membandel! Lagi pula mana mungkin aku mengembalikannya dalam keadaan kotor begitu, sialan! "

Jeong Taeui yang sudah sangat malu berniat menarik Ilay bersamanya. Namun Ling Shinru yang sejak tadi hanya menonton mereka karena tak memahami arah pembicaraan itu menghentikannya.

"Hyung! " Panggilnya. Curiga, dia menatap Ilay dan Jeong Taeui bergantian. "Ada apa ini? Apa yang sudah kau pinjam dari orang ini? "

Jeong Taeui berkeringat dingin, "Bukan hal penting kok. Maaf ya Shinru kami harus segera pergi. Besok setelah hukumanku selesai, aku akan menemuimu untuk mulai belajar bersama, ya? "

Setelah itu Jeong Taeui mengencangkan tangannya yang masih melingkari lengan Ilay.

Ah, tidak. Tangan Taeui kesulitan menangkup lengan pria itu karena cukup besar dan keras jadi Taeui menarik lengan blazernya. Shinru melihat pemandangan Jeong Taeui yang melakukan kontak LANGSUNG di depannya dengan seorang ILAY RIEGROW. Matanya membola dengan tak percaya.

"Hyu--"

Namun punggung lebar seseorang segera menghalangi pandangan Ling Shinru.

Punggung lebar milik pria bernama Ilay RieGrow yang memang sengaja menghalangi Shinru untuk melakukan kontak dengan Jeong Taeui lagi. Dia memunggungi Shinru tepat ketika Jeong Taeui menoleh karena mendengar suara yang memanggilnya.

"Sebentar Taeil. "

Namun Ilay dengan cerdik berhasil memotong Ling Shinru dan membuat Jeong Taeui berfokus padanya.

"Aku perlu merapikan pakaianku lagi. "

Ilay seakan sengaja memamerkan kemeja dan dasinya yang berantakan karena ditarik secara kasar sebelumnya oleh Shinru. Dengan wajah setengah menyesal-- seakan merasa penampilannya menjadi begitu buruk hanya karena beberapa kerutan di seragamnya dan dasi yang tertarik keluar dari vest nya.

Hey, bajingan, bahkan kalaupun tak mengenakan pakaian, wajahmu masih tetap terlihat tampan tanpa cela!

"Tch, kau ini...! "

Jeong Taeui yang terlanjur kesal dan terburu-buru akhirnya mendecak dan segera menampik tangan Ilay yang berniat merapikan dasinya yang hampir terlepas. Semua orang termasuk Ling Shinru melotot semakin tak percaya melihat pemandangan SAKRAL di depan mata mereka.

Itu adalah pemandangan seorang Jeong Taeui yang berwajah tertekuk tengah merapikan seragam Ilay RieGrow dan bahkan memakaikan dasinya! Itu benar-benar sesuatu yang akan menjadi topik hangat di seantero sekolahan selama beberapa minggu kedepan!

HOT NEWS!!!

Karena untuk pertama kalinya, ada seseorang yang berani melakukan KONTAK LANGSUNG dengan pria gila bernama ILAY RIEGROW tanpa rasa takut! Kesampingkan wajah kesal Taeui-- si pria Korea satu ini benar-benar tak terlihat takut sama sekali! Jika dalam keadaan NORMAL seharusnya Ilay akan memelintir tangan Taeui sampai patah lalu membantingnya atau mencekiknya hingga setengah mati. Tapi hal itu sama sekali tak terjadi. Ilay justru hanya berdiri diam dengan sikap KELEWAT TENANG dan bahkan memasang wajah YANG ANEH di mata orang-orang.

Lagi pula, ada apa dengan Ilay RieGrow yang membiarkan orang lain menyentuhnya?! Kemana perginya wajah dingin dan tatapan keji nya yang haus darah dan kekerasan lahir batin?!

Tatapan penuh keheranan tak lepas dari interaksi ANEH antara Ilay RieGrow dan Jeong Taeui.

Dan Jeong Taeui menyadari semua tatapan itu. Mana mungkin ia tak menyadarinya jika tatapan mereka jelas-jelas seperti menusuk punggung Ilay dan sampai ke arahnya!

Tapi Jeong Taeui terlalu TIDAK PEDULI karena lebih ingin segera pergi dari tempat itu.

Sembari mengikatkan dasi putih di kerah kemeja Ilay, ia bergumam, "Kau tak khawatir aku akan mencekikmu dengan dasi ini? "

"Hm? Apa kau serius akan melakukannya? Kulihat kau tak memiliki keberanian sebesar itu. Lagi pula semua orang melihat ke arah kita. "

Jeong Taeui menatapnya dengan sengit, "Lain kali aku pasti akan mencekikmu, lihat saja. " Ujarnya lirih, namun dalam bahasa Korea. Hal itu membuat alis Ilay naik sebelah karena tak paham dengan apa yang dikatakan Jeong Taeui. Namun Ilay tak mempermasalahkannya dan hanya terkekeh kecil.

"Kau pasti mengutukku barusan. "

Set--! Jeong Taeui selesai mengikat dasi dan menariknya hingga ke leher Ilay dengan kencang.

Itu terlihat cukup kencang, tapi tak sampai mencekik leher tebal Ilay. Setelah merapikan kerahnya dan menarik kembali posisi blazernya yang sedikit berantakan, Taeui kembali meraih tangan Ilay.

"Sudah selesai. Sekarang ikut aku. "

Tangan yang melingkari pergelangan tangan Ilay itu tampak begitu asing di mata semua orang. Kulit bersentuhan dengan kulit, tanpa rasa risih sama sekali. Bahkan Ilay juga sedikit tak menyangka bahwa Taeui akan membawanya pergi dengan cara seperti ini.

Tapi tak ada kesan negatif yang ditunjukkan oleh wajah Ilay. Dia terlihat santai saja dan bahkan menurut ketika Jeong Taeui menariknya menjauh dari kerumunan sembari memberengut dengan lucu.

Meninggalkan keheranan di benak semua orang.

Ling Shinru yang menatap kepergian Taeui dan Ilay bahkan tak mampu mengatakan apapun dan hanya mengepalkan tangannya.

>>>>>>><<<<<<<<

"Ini. Terimakasih sudah meminjamkannya padaku. "

Jeong Taeui mengulurkan blazer yang sudah terliapat rapi ke arah Ilay. Ilay menerimanya dengan senang hati. Menatap lipatan blazernya yang rapi kemudian mendekatkannya ke wajah.

Ilay membaui aroma asing yang sangat berbeda dari biasanya.

"Aromanya seperti tubuhmu. Kau yakin tak memakainya untuk berguling-guling dan masturbasi sembari memikirkanku dengan mesum kan? "

Jeong Taeui melotot horor ke arah Ilay dan refleks melayangkan pukulan ke wajah tampan yang menjengkelkan itu sembari berkata, "Tentu saja tidak, dasar orang gila! "

Ilay RieGrow terkekeh. Pukulan Taeui-- yang setengah serius berhasil ditangkapnya dengan mudah. Taeui menarik tangannya dengan wajah memberengut. Bergumam sejenak mengutuk pria Jerman di hadapannya dalam bahasa Korea. Kemudian menarik tangannya dengan kasar dari kepalan tangan Ilay. Jeong Taeui pun menutup pintu kamarnya lagi.

Rasanya sangat percuma berbicara NORMAL dengan pria sinting seperti di dekatnya ini. Entah apa saja yang ada di dalam kepalanya, tapi pria ini benar-benar selalu berpikiran mesum! Jika waktu itu bukan karena keadaan, Jeong Taeui bahkan tak sudi meminjam blazernya! Lagi pula itu juga salah pria sinting ini karena telah membuat Jeong Taeui berantakan karena dogerayangi secara brutal!

Tapi lihat bajingan ini, dia bersikap seolah semua itu bukanlah apa-apa! Padahal Jeong Taeui sudah waswas  sejak awal!

Memikirkannya saja membuat Jeong Taeui kembali merasa kesal dan malu di saat bersamaan.

Jeong Taeui mengusap wajahnya dengan lelah. Lebih baik ia segera berpisah dengan bajingan ini dari pada isi kepalanya ikutan menjadi aneh karena terus memikirkan kejadian malam itu.

Saat ini Jeong Taeui dan Ilay berada di asrama faksi Asia. Jeong Taeui pindah ke tempat ini beberapa hari yang lalu dengan dibantu Yuri Gable dan Ling Shinru. Wajar saja jika Ilay berkata tak mengetahui letak kamarnya. Maurer, Tao, dan Alta yang tergolong cukup dikenalnya di kelas bahkan baru tahu bahwa Jeong Taeui sudah pindah kamar. Tapi mereka juga tak tahu ada di kamar mana Jeong Taeui saat ini.

Tapi, sial! Kalaupun ada yang tahu, Jeong Taeui tak berharap bahwa bajingan di depannya ini lah orangnya. Namun semuanya sudah terlanjur. Jeong Taeui benar-benar kurang berhati-hati dan malah menuntun orang ini sendiri ke kemarnya secara tidak langsung.

Tapi ya sudahlah. Toh sudah terlanjur. Lagi pula Ilay tak mungkin melakukan hal-hal aneh atau apapun atau muncul di depan kamarnya kan?

Jeong Taeui melirik ke arah arlojinya. Jam sudah menunjukkan pukul 1.30 siang. Kelas sudah dimulai sejak beberapa puluh menit lalu. Jadi sepertinya tak mungkin bagi Jeong Taeui untuk kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran tanpa mendapat hukuman dari guru yang mengajar di jam ini.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini? " Tanya Ilay tiba-tiba ketika melihat Jeong Taeui keluar kamar tak hanya membawa Blazernya, tapi juga buku tulis dan pulpen.

"Aku skip hampir semua pelajaran hari ini. Sepertinya percuma jika aku kembali. " Jawab Taeui. Ia segera mendengar decakan dari bibir Ilay yang kini tengah menggelengkan kepala seakan memberikan penilaian kepada Taeui.

"Ck ck... Bukankah murid baru seharusnya menunjukkan sikap baik di depan guru ? "

Jeong Taeui memutar bola matanya malas. Ia benar-benar tak ingin berdebat dengan bajingan satu ini lebih jauh. Karena itu Taeui memutuskan untuk pergi tanpa mengatakan apapun pada Ilay setelah mengunci kamar asramanya. Ilay mengikutinya di belakang.

"Kau ingin ke perpustakaan? "

Entah hanya kebetulan, atau memang Ilay memiliki pemikiran yang sangat tajam, pria itu dapat menebak dengan jelas kemana arah tujuan Jeong Taeui yang sebelumnya memberengut dengan tak puas.

"Ya. Masih ada sisa hukuman yang harus ku kerjakan."

"Begitukah? Ku kira kau ingin tidur di perpustakaan karena kulihat kantung matamu tampak lebih hitam dari pada biasanya."

Jeong Taeui tampak malu mendengar teguran itu. Ia berhenti dan langsung berbalik menghadap Ilay dengan kerutan di dahinya.

"Hei, bisakah kau--"

Jeong Taeui terkejut. Ilay tiba-tiba mengulurkan tangannya. Jeong Taeui tak sempat mundur atau menghindar ketika tangan pucat itu sampai di wajahnya.

Jeong Taeui merinding ketika merasakan jemari Ilay bersentuhan dengan pipi nya. Ibu jari besar yang tampak cantik dengan kukunya yang bening mengkilap itu mengusap lembut kantung bawah matanya yang menggelap. Membentuk garis mata Jeong Taeui yang tampak lelah dan mengantuk.

"Lihat ini, kau benar-benar tampak seperti Zombie. Sepertinya kau benar-benar mengantuk dan kelelahan. "

Jeong Taeui buru-buru menjauhkan wajahnya dari tangan Ilay yang hangat. Jantungnya berdebar kencang dengan sangat mengganggu.

"A-aku nggak apa. Hanya.. Be-begadang karena belajar. " Jawab Jeong Taeui gugup. Ia bahkan merasa sangat malu secara tiba-tiba untuk menatap mata Ilay yang tampak hangat saat ini. Jeong Taeui berbalik lagi dan segera berjalan meninggalkan Ilay secepat yang Ia bisa.

"Kau pikir gara-gara siapa aku kesulitan tidur hah?! " Batinnya kesal. Namun Jeong Taeui memilih diam dan terus berjalan ke tempat tujuannya.

Hanya saja, Ilay ternyata masih mengikuti dirinya dengan keras kepala.

Ilay benar. Jeong Taeui memang menuju ke perpustakaan. Itu adalah tempat dimana Ia dan Ilay pertama kali bertemu. Perpustakaan 2 yang terpisah dari ruang kelas dan berada lebih dekat dengan kelas Asia. Tempat yang paling cocok untuk bersembunyi dari guru mata pelajaran dan suasana sekolah yang masih terasa begitu asing baginya.

Ketika Jeong Taeui masuk, penjaga perpustakaan langsung menatap ke arahnya dengan sengit dari sudut meja kerjanya. Namun tatapan sengit itu segera berubah menjadi penuh keterkejutan dan pria tua itu buru-buru mengalihkan pandangannya. Jeong Taeui menaikkan alisnya, tak paham dengan reaksi bertolak-belakang yang ditunjukkan dalam waktu bersamaan.

"Maaf pak--"

"--?!! "

Pria itu tersentak. Jeong Taeui juga kaget karena melihat reaksi yang sepertinya cukup berlebihan itu. Namun pria ini tampaknya benar-benar kaget secara alami.

Jeong Taeui yang sedikit merasa tak enak hati karena mengira telah mengejutkan Pria ini mencoba tersenyum dengan canggung,

"Anu... Bolehlah saya tahu dimana letak buku yang berisi peraturan UNHRDO? "

Pria itu menatap Jeong Taeui sejenak, kemudian melirik ke orang yang berdiri di belakangnya. Wajahnya tampak semakin pucat sebelum memutus kontak mata.

"I-itu.. Di rak paling atas dekat sudut. Berdekatan dengan deretan ensiklopedia. "

Setelah mengucapkan terimakasih dengan sopan, Jeong Taeui langsung menuju ke tempat yang disebutkan. Itu adalah rak yang paling besar dan paling tinggi. Rak itu sendiri tampaknya setinggi tiga meter dan buku yang Jeong Taeui cari ada di bagian paling atas. Jeong Taeui mendongakkan kepalanya. Mengulurkan tangan untuk melihat apakah tangannya dapat meraih buku itu.

"Sial! Kenapa dia menaruhnya di tempat setinggi itu! " Gumam Taeui jengkel. Ia mencoba mencari kursi atau tangga untuk dapat meraih buku yang ia cari.

"Biar ku ambilkan. "

Jeong Taeui terkejut ketika merasakan punggungnya menabrak dada seseorang. Gesekan antara serat kain yang terjadi membuat tubuhnya tersentak kecil. Sebuah tangan besar yang jauh lebih panjang darinya terulur. Tangan pucat itu meraih samping buku yang bertulis "PERATURAN PENTING UNHRDO" dan menariknya keluar dari tatanan dengan mudah.

Tangan dengan kulit kecoklatan menyinggung pergelangan tangan pucat yang terlihat kontras dengan lengan blazer gelapnya. Punggung dan dada saling bersinggungan. Jeong Taeui pernah merasakan sensasi panas yang sama seperti ini ketika dada keras dan bidang Ilay menekan punggungnya.

Perasaan menggelitik yang sama ketika Pria itu menghimpit dirinya di bilik kamar mandi.

"Disini tak ada tangga dan orang itu takkan memperbolehkanmu menginjak kursi. Sebaiknya kau memikirkan cara lain untuk mengambilnya lain kali, seperti bagaimana membuat tubuhmu lebih tinggi mungkin? "

Napas panas Ilay merebak ke daun telinganya. Suaranya begitu dekat dan membuat Jeong Taeui merinding. Wajahnya seketika memerah sempurna karena rasa geli yang datang seakan daun telinganya tengah digerayangi oleh lidah panasnya yang nakal.

Ya... Lidah Ilay pernah menggerayangi daun telinganya juga malam itu.

Melihat Jeong Taeui yang tak bergerak karena terkejut membuat Ilay tersenyum puas. Pria Jerman itu sekaan sengaja menghimpit tubuh Jeong Taeui hingga hampir menyinggung rak buku. Tubuh liat mendorong tubuh yang jauh lebih kecil dan mulai dengan nakal meremas pinggangnya.

Pinggang yang begitu pas ketika tertangkup oleh tangan besarnya.

"Taeil..."

Suara itu dalam, rendah, dan terdengar begitu lembut. Jeong Taeui seperti kehilangan akal sehatnya ketika tangan besar itu bergerak ke atas, meraba tubuhnya dari luar serat kemeja. Rasanya panas.

Sedangkan di bagian bawah, serat celana Ilay yang tampak mengeras bagian depannya menyinggung pantat Jeong Taeui yang kencang.

Itu mulai sesak.

Kemudian Jeong Taeui mendengar suara mendengkus lemah. Buku yang tadi berada dalam jarak pandangnya ditarik ke bawah dan ditekankan ke dada Jeong Taeui. Jeong Taeui secara refleks memegangi buku itu. Tangan mereka pun saling bersinggungan.

Tangan Ilay benar-benar panas.

"Jika tak bisa membuat tubuhmu lebih tinggi, kau harus meminta orang yang lebih tinggi darimu untuk mengambilkannya. "

Setelah mengatakan itu Ilay menarik dirinya dan meninggalkan Jeong Taeui dengan wajah memerah sempurna.

Jeong Taeui merasa ingin memukul wajahnya bertubi-tubi.

Sial! Kenapa dirinya begitu malu sekarang?!

>>>>>>>><<<<<<<

Cebong-chan's note~

Aloha minna~ cebong-chan kombek pagi" Yaaa 😂🙏

Keknya banyak yang udah gak sabar nungguin update an fanfik Yours To Claim ya hem... Padahal baru up seminggu lalu wkwkwk

Sesuai janji bong-chan bakal lebih rutin up dan berusaha buat gak bikin fanfik ini hiatus kok 🥺🙏

Big thanks buat semua dukungan dan antusiasme kalian dalam mengikuti fanfik Iltae ini yaa ❤❤

Oh iya sama buat pemberitahuan, TL an Passion sama CodeAna udah kembali up dan jalan di A*3 yaa ^^ jadi kalain bisa cek kesana kalau mau baca Novel Passion ama CodeAna ^^

Btw jangan lupa juga buat terus meninggalkan jejak berupa komentar atau lainnya yaa ^^ dan tungguin aja untuk next update fanfik ini ^^

Salam, Cebong-chan

Seguir leyendo

También te gustarán

11.3K 882 143
Jing Heguang, yang mengira dirinya akan selalu lajang, terikat oleh sistem transformasi Zha Gong. Jadi... Cendekiawan tak berperasaan yang membalas k...
82.3K 6.7K 35
tidak semua rumah berbentuk bangunan dan tidak semua bangunan bisa di sebut rumah. selamat membaca ini hanya fiksi jangan di bawa bawa ke dunia nyata...
43.3K 3.8K 19
Seorang pesepak bola internasional yang sombong, Kaiser michael merasakan dunia selalu berada di genggamannya. Apa pun yang di inginkan selalu ia dap...
101K 9.8K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...