Surrogate Mother || MewGulf

By Gween_Kanawut

34.1K 4.2K 786

Kana sekretaris pribadi yang menyewakan rahimnya pada pasangan suami istri yang menginginkan keturunan dalam... More

Chapter 1 🌻
Chapter 2 🌻
Chapter 3 🌻
Chapter 4 🌻
Chapter 5 🌻
Chapter 06 🌻
Chapter 07 🌻
Chapter 08 🌻
Chapter 09 🌻
Chapter 10 🌻
Cahpter 12 🌻
Chapter 13 🌻
Chapter 14 🌻
Chapter 15 🌻
Chapter 16 🌻
Chapter 17 🌻
Chapter 18 🌻
Chapter 19 🌻
Chapter 20 🌻
Chapter 21 🌻
Chapter 22 🌻
Chapter 23 🌻
Chapter 24 🌻
Chapter 25 🌻
Chapter 26 🌻
Chapter 27 🌻
Chapter 28 🌻
Chapter 29 🌻
Chapter 30 🌻

Chapter 11 🌻

1.2K 195 87
By Gween_Kanawut

Senengnya chap kemarin bisa pecah telor 🥰🥰

Semoga Chap ini bisa ngalahin chap kemarin yang pecah telor..

Lope lope pokonya sama kalian semua.. jadi semangat nulisnya wkwkwk.. kalo bisa yuk 200 voted biar makin semangat.. wkwkw..

Kalo ad typo tolong koreksi okeh karna aku udh males koreksi. Tangan aku sampe keriting nulis chap ini 2x wkwkwk..

.
.

DESA Z

Rumah sederhana di bawah kaki gunung dengan pemandangan yang sangat indah. Menjadi hunian Kana saat ini, entah untuk selamanya atau sesaat. Kana pun tak tau itu.

Tay membawa Kana ke tempat kelahirannya untuk menyembunyikan Kana dan bayi nya dari pria yang sudah mencampakkan Kana begitu saja.

Tanpa memikirkan resiko apapun Tay membawa Kana bersamanya, keputusan yang saat ini Tay ambil hanyalah untuk melindungi adiknya saja.

Tay mengundurkan diri dari pekerjaannya dengan alasan bahwa orang tuanya yang sedang sakit keras dan meninggalkan Kana seorang diri di Penthouse mewah itu.

Namun kenyataannya adalah kedua orang tua Tay memang sudah tiada sejak Tay menginjak usia 20 tahun akibat kecelakaan beruntun.

Sebelum Tay membuat alasan pengunduran dirinya seperti itu, ia sudah berhasil menghapus jejak Kana di setiap sudut Penthouse dan menyisakan rekaman CCTV dimana saat Kana tinggal di sana. Bahkan Tay juga sudah menghapus jejak Kana di rumah sakit tempat Kana memeriksakan kehamilan dan kesehatannya.

" kak Tay."

" hm."

" rumah siapa ini??"

" rumah ini adalah peninggalan kedua orang tua kak Tay dan di sinilah kak Tay di lahirkan dan di besarkan oleh kedua orang tua kak Tay."

" tempat ini sangat indah sekali."

" apa kau menyukainya?"

" tentu saja. Rasanya Kana bisa bernafas dengan lega saat ini."

" syukurlah jika Kana menyukainya. Anggaplah ini adalah rumah kedua untuk Kana dan mungkin akan menjadi rumah pertama dan terakhir untuk bayi Kana nanti."

" kak Tay."

" ada apa."

" terima kasih."

" terima kasih untuk apa."

" untuk semuanya."

" ???? "

" terima kasih sudah membawa Kana dan bayi ini pergi dari sana. Kana sudah berhutang banyak pada kak Tay. Sejak Kana mengenal kak Tay. Kana selalu merepotkan kak Tay terus menerus."

Menunduk sedih mengingat hal apa saja yang ia habiskan bersama Tay setelah kepergian Mew.

" Kana."

Kana yang menundukkan kepalanya kini memusatkan perhatiannya pada Tay yang ada di hadapannya yang sedang menyentuh kepalanya lembut.

" jika Kana ingin tau. Kak Tay sudah menganggap Kana sebagai adik kak Tay sendiri. Jangan pernah menyebut kata terima kasih lagi pada kak Tay. Kak Tay melakukan ini karena tanggung jawab kak Tay sebagai kakak untuk melindungi adiknya yang rapuh ini." Memberi elusan lembut pada pucuk kepala Kana.

" apa presdir akan mencari Kana?? Ah tidak!! Presdir tidak akan pernah mencari keberadaan Kana. Justru presdir hanya akan mencari dan mengkhawatirkan bayi yang ada di rahim Kana saja dan bukan Kana yang presdir cari apa lagi khawatirkan Kana. Itu sangat mustahil." Menatap perutnya yang sudah sangat membesar.

" apa Kana menyesal sudah pergi dari sisi presdir?" Gelengan Kana.

" kalau begitu berhentilah mikirkan tentang presdir, yang harus Kana pikirkan adalah bayi ini dan kesehatan Kana. Kana hanya harus kuat untuk bayi ini. Kana tidak perlu memikirkan apapun apa lagi tentang presdir. Fokuslah pada bayi ini dan kesehatan Kana saja."

" kak Tay benar. Mulai saat ini Kana hanya harus memikirkan bayi ini. Tapi....."

" tapi apa."

Mata Kana yang indah sudah membendung air sungai yang sudah meluap.

" jika Kana tidak selamat. Bisakah kak Tay menjaga bayi ini untuk Kana??"

Tes. Tes. Tes.

Tetesan air mata tepat jatuh di tangan Tay yang di genggam erat oleh Kana.

Tay segera memeluk tubuh ringkih Kana dengan erat walau terganjal oleh perut Kana yang membesar.

" hiks hiks hiks.." tangisan pilu Kana membuat Tay ikut menangis.

" menangislah."

Mendengar ucapan Tay. Kana meneteskan air matanya begitu deras hingga tak terkontrol. Getaran di tubuh Kana seolah menggambarkan betapa ringkih dan rapuh pria muda ini setelah mendapatkan kenyataan pahit dalam hidupnya yang ia pikir akan bahagia namun sebaliknya Kana yang tak akan pernah merasakan kebahagiaan sedikit pun. Mungkin?!

Cukup lama Kana menangis di dalam pelukan Tay hingga tangisan itu mereda.

" apa sudah puas."

" hiks hiks eung."

" jika Kana belum puas. Kana bisa menangis kembali sampai Kana merasa puas dan berjanji untuk tidak akan pernah menangis lagi setelah ini dan Kana juga harus berjanji pada kak Tay bahwa Kana akan bahagia setelah hujan badai ini terjadi."

Kana kembali menangis sampai dirinya merasa puas dan tenang. Mengingat momen dimana Mew selalu memberikan kehangatan pada tubuhnya saat bersama dengan pria yang telah mencuri hatinya dengan secara paksa.

Semua momen bahagia yang Kana rasakan sirna akan kenyataan pahit yang sangat begitu memilukan bagi dirinya.

" Kana..."

" hiks hiks.. Kana kuat kak Tay hiks hiks.."

" kak Tay tau. Adik kak Tay ini sangatlah kuat, Kana tidak perlu khawatir karena kak Tay akan terus berada di sisi Kana sampai kapan pun."

" hiks kak Tay hiks hiks.."

" mengenai kedua orang tua Kana. Mereka hanya mengetahui bahwa kak Tay adalah suami Kana. Ini semua kak Tay lakukan agar mereka tak merasa curiga tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Kana. Awalnya mereka tak percaya dengan apa yang kak Tay ucapkan sebelum mereka bertemu dengan Kana. Tapi saat kak Tay mengatakan kondisi Kana yang sesungguhnya walau ada kebohongan besar di sana. Mereka akhirnya percaya pada apa yang kak Tay katakan."

" Kana sangat merindukan mereka kak Tay hiks hiks.."

" jika waktunya sudah tepat mereka akan berkunjung ke rumah ini."

" apa kak Tay memberi alamat rumah ini pada mereka??"

" hmm. Sebaiknya Kana istirahat di dalam kamar. Perjalanan kita sangat memakan waktu yang cukup lama untuk sampai ke tempat ini. Pasti tubuh Kana sangat lelah."

" perjalanan yang memakan waktu lama terbayar sudah dengan pemandangan yang sangat cantik ini. Kana sangat suka dengan tempat ini."

" kak Tay tau itu. Tapi sebaiknya Kana istirahat. Kak Tay akan membuat makan malam untuk kita. Apa Kana ingin makan sesuatu??"

" tidak. Kana tidak ingin apapun."

" baiklah, istirahatlah. Kamar Kana ada di sebelah sana."

" hmm." Kana berjalan ke arah kamar yang berada paling dekat dengan pemandangan bukit yang sangat indah.

Saat masuk ke dalam kamar, Kana berjalan ke arah jendela yang mengarah pada padang rerumputan hijau.

Walau langit akan menghitam namun pemandangan rerumputan hijau yang ia lihat sangatlah indah saat di sore hari seperti saat ini.

Dengan tangan gemetar Kana menyentuh perutnya untuk pertama kalinya. Selama ini Kana tak berani menyentuh perutnya karena takut akan melukai apa yang bukan menjadi miliknya. Tapi saat ini, bayi yang ia kandung adalah miliknya seutuhnya.

" mulai saat ini kita akan tinggal di tempat ini. Menjauh dari Dady mu, menjauh dari bayang-bayang pria yang selalu memberikan kehangatan untukmu. Mungkin suatu saat nanti kau akan membenciku karena menjauhkanmu dari keluargamu yang sesungguhnya. Tapi bukankah aku berhak atas dirimu juga?? Kau adalah anakku. Darahku mengalir deras di tubuhmu. Apa kau akan bahagia bersama dengan ku?? Hiks hiks.. aku takut hiks hiks.. aku takut kau akan membenciku begitu dalam nanti hiks hiks.."

Meremat kuat perutnya seolah enggan kehilangan harapan satu-satunya dalam hidupnya. Bayi ini adalah lambang cintanya pada presdir, cinta yang tak akan pernah tebalaskan sampai kapan pun.

" akhh!" Sebuah tendangan kencang mengagetkan Kana.

" sakit hiks hiks.." memegang sisi jendela yang ada di hadapannya begitu kuat.

Rasa sakit ini muncul kembali, rasa sakit yang tak bisa Kana tahan sedikit pun.

" aakhh hiks hiks sakit hiks hiks.. presdir hiks perut Kana sakit hiks hiks.." tangisan pilu memanggil sang cinta yang tak akan pernah datang ke dalam pelukannya.

" kak Tay hiks hiks perut Kana sakit kak Tay hiks hiks.." berusaha berjalan dengan tertatih-tatih sambil memegang tembok berbahan kayu tebal.

Tay yang sedang berada di dapur mendengar suara samar-samar dari arah kamar Kana.

" Kana."

Tay menghentikan aktivitasnya di dapur.

Berlari ke arah kamar Kana, namun saat Tay berada di pintu dapur ia melihat Kana sedang bersandar di tombok dengan tangisan kecil.

" KANA!!" Dengan cepat Tay menopang tubuh Kana yang hendak ambruk di atas lantai.

" hiks kak Tay hiks hiks.. perut Kana sakit kak Tay hiks hiks.."

" kita ke rumah sakit sekarang!!" Tegas Tay mengambil tindakan membawa Kana ke rumah sakit yang berada di pusat kota.

Menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke sebuah rumah sakit kota. Kana yang berada di kursi penumpang sudah tak sadarkan diri akibat rasa sakit yang selalu menyerang perutnya secara tiba-tiba.

" bertahanlah Kana. Maafkan kak Tay yang sudah membawa Kana begitu jauh dari pusat kota. Sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit. Bertahanlah Kana."

Wajah pucat pasi Kana setiap menahan rasa sakit di tubuh ringkih itu. Membuat pemandangan yang sangat menyayat hati bagi siapa saja yang mengetahui takdir yang Kana jalani saat ini.

Sesapainya di rumah sakit, Tay langsung membawa Kana masuk ke dalam ruang UGD. Dokter mulai memeriksa keadaan Kana yang tak sadarkan diri di dalam sana.

" apa Anda keluarga dari pasien di dalam."

" saya kakaknya dokter. Bagaimana keadaan adik saya di dalam sana."

" kita hanya harus berdoa untuk kesembuhan pasien. Saya harus memberi perawatan intensif pada pasien sampai ia melahirkan nanti. Tubuhnya sudah benar-benar sangat lemah. Hanya Tuhan yang bisa menyembuhkannya. Kami tim dokter hanya berusaha yang terbaik untuk pasien."

" apa sudah tidak ada harapan lagi untuk adik saya dokter."

" hanya Tuhan yang bisa memberikan keajaiban untuknya."

" Kana, maafkan kak Tay." Menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

Tay merutuki kebodohannya, ia pikir membawa Kana menjauh dari Mew akan membuat Kana akan baik-baik saja tanpa memikirkan resiko apa yang akan Kana hadapi di kemudian hari.

Tay salah, Kana adiknya kini sedang bertarung antara hidup dan mati hanya untuk bayi yang sedang di kandung adiknya.

" kita hanya harus banyak berdoa pada Tuhan untuk keselamatannya saat peroses persalinannya nanti."

" tolong lakukan yang terbaik untuk adik saya dokter hiks. Tolong selamatkan mereka."

" kami akan berusaha untuk menyelamatkan kedua nyawa yang kini sedang di ambang kematiannya. Jika kondisinya semakin memburuk kami tim dokter harus mengambil tindakan tegas untuk pengangkatan bayi secepatnya."

" lakukan saja apa yang terbaik untuk adik saya dokter."

" saya akan melakukan yang terbaik untuk pasien. Saya harus pergi untuk melihat kondisi pasien saat ini."

" baik dokter."

Baru saja dokter membalikkan tubuhnya kearah ruang UGD, seorang suster berlari sambil berteriak.

" DOKTER!! PASIEN TIDAK MEMILIKI DETAK JANTUNG!!" Panik suster.

" KANA!!" Tay teriak histeris mendengar apa yang suster itu katakan.

" tuan saya harus pergi."

Dokter segera berlari masuk ke dalam ruang UGD untuk menyelamatkan nyawa pasiennya. Sedangkan Tay tengah di tahan oleh seorang suster yang berusaha untuk masuk ke dalam ruang UGD untuk bertemu dengan Kana.

" hiks Kana. Adikku ada di dalam sana. Menyingkirlah dari hadapan ku!!" Tay berusaha untuk masuk ke dalam ruang UGD namun di halangi oleh suster.

" tuan tolong tenanglah, pasien sedang di tangani oleh dokter di dalam sana. Jika Anda masuk dan mengacaukan keadaan di dalam sana. Maka kami tidak akan bisa bekerja dengan maksimal."

" BAGAIMANA SAYA BISA TENANG KALAU ADIK SAYA TIDAK SADARKAN DIRI!! MENYINGKIR LAH!!"

" saya tau saat ini Anda sedang kalut. Tapi tolong percayalah pada kami. Dokter sedang membantu adik Anda untuk kembali."

" hiks Kana hiks hiks.. maafkan kak Tay, Kana." Tangisan pecah Tay di luar ruang UGD.

Di dalam ruang UGD, dokter sedang berusaha memompa detak jantung Kana yang tak terdeteksi oleh monitor dengan alat pacu jantung.

Hingga 5 menit berlalu akhirnya jantung Kana sudah kembali berdetak walau detak jantungnya masih melambat.

" siapkan ruang operasi sekarang!"

" tapi dokter. Detak jantung pasien sangat lemah. Kita tidak bisa mengambil tindakan operasi saat kondisi pasien belum stabil."

" sebelum nyawa dua pasien ini hilang, kita harus menyelematkan salah satu dari mereka. Cepat lakukan apa yang saya katakan dan cepat minta tanda tangan pada pihak keluarga untuk mengisi formulir sesegara mungkin sebelum semuanya terlambat."

" ya dokter."

Suster di sana segera mendatangi Tay untuk meminta persetujuan darinya untuk mengambil tindakan operasi pada pasien.

" maksud kalian apa?! Kenapa harus salah satu dari mereka yang di selamatkan. Saya hanya ingi mereka berdua selamat." Amarah Tay.

" tuan. Jika Anda mengulur waktu seperti ini keadaan pasien akan semakin memburuk. Jadi tolong bekerjasamalah dengan kami."

" apa kalian bisa menyelamatkan mereka? Jaminan apa yang akan kalian berikan untuk saya jika saya menandatangani formulir ini."

" kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien dan juga bayi nya. Tolong cepat tanda tangani formulir ini karena kami harus mengambil tindakan pada pasien secepatnya sebelum semuanya terlambat."

Dengan tangan bergetar, Tay membubuhkan tanda tangannya di atas kertas putih. Suster kembali masuk ke dalam ruang UGD.

Tak lama suster masuk, tubuh tak sadarkan diri Kana di bawa menuju ruang operasi.

" Kana bertahanlah. Kak Tay mohon bertahanlah Kana." Menggenggam tangan Kana kuat sepanjang jalan menuju ruang operasi.

Lampu merah di ruang operasi kini menyala. Kana sudah dibawaa masuk ke dalam ruang operasi. Tay hanya menunggu dengan penuh kecemasan dalam dirinya. Rapalan doa tak pernah terputus dari mulut Tay sejak Kana di masukkan kedalam ruang operasi.

1 jam 2 jam hingga 3 jam sudah akhirnya Tay mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruang operasi.

" syukurlah." Lega Tay saat mendengar suara tangisan bayi yang begitu lantang dari dalam ruang operasi.

Namun rasa lega di hati Tay masih belum bisa teratasi dengan baik. Kana, adiknya masih di dalam sana yang tak ia tau bagaimana keadaannya saat ini.

Apa Kana selamat atau sebaliknya. Mengingat kondisi lemah Kana yang sangat membuat Tay berpikiran yang tidak-tidak.

" keluarga pasien atas nama Kana." Suara seseorang yang keluar dari ruang operasi memakai pakaian medis tertutup.

Tay bangkit dari kursi tunggu.

" saya keluarganya."

" bisa ikut saya sebentar tuan."

" apa terjadi sesuatu pada adik saya." Panik Tay.

" sebaiknya Anda ikuti saya saja."

" ya."

Tay pun di bawa masuk ke dalam ruangan ganti pakaian steril sebelum masuk ke dalam ruang operasi oleh suster yang menjaga di luar kamar ruang operasi.

Saat ini Tay benar-benar sangat gelisah saat mendengar suara yang begitu bising dari dalam kamar operasi.

" silakan masuk tuan."

Dengan langkah perlahan Tay masuk ke dalam kamar operasi yang mana di sana banyak sekali orang yang mengelilingi tubuh yang tak sadarkan diri di meja dingin operasi.

Tay tau siapa yang ada di meja dingin itu. Tubuh Tay bergetar hebat seolah tak ingin mendengar apa yang akan para dokter itu katakan padanya.

" mendekatlah tuan."

Tay kembali mendekat ke arah tubuh yang tak sadarkan diri itu. Saat arah pandang mata Tay bertemu dengan wajah Kana yang sudah banyak selang di mulutnya. Membuat Tay lemas tak berdaya.

" kami tim dokter dan teman-teman yang ada di ruangan ini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa kedua pasien." Dokter menjeda ucapannya.

Tutt tutt tutt tutt..

Suara monitor yang berada di sisi Kana begitu bising di telinga Tay. Mata Tay masih tertuju pada wajah pucat pasi Kana.

" pasien kami nyatakan koma saat pengangkatan bayi dari dalam rahimnya."

" hiks hiks hiks.." tangisan pilu Tay pecah saat mendengar apa yang dokter katakan tentang kondisi adiknya.

" bayinya berjenis kelamin laki-laki. Wajahnya sangat tampan. Kami berhasil menyelamatkan bayi nya walau sempat ada kendala saat menyelamatkan nyawa ibunya."

" kapan adik saya bangun dari masa komanya."

" kami tidak bisa memastikan kapan adik Anda akan bangun dari masa komanya. Kami tim dokter dari pihak rumah sakit ini akan melakukan yang terbaik untuk pasien. Pasien akan kami pindahkan ke ruang  ICU."

" bisakah saya bertemu dengan bayi nya."

" Anda bisa bertemu dengannya. Kondisi bayi sangat sehat dan kuat. Anda akan di antar ke ruang Perinatologi."

" terima kasih dokter."

Tay mendekat ke arah Kana dan berbisik di telinga Kana.

" cepatlah kembali, kak Tay dan bayi akan menunggu Kana di sini. Sesuai yang Kana inginkan, kak Tay akan menjaga bayi Kana dengan baik dan penuh kasih sayang. Cepatlah kembali." Tetesan air mata jatuh kembali saat melihat adiknya seperti mayat hidup.

" tuan. Mari ikuti saya." Seorang suster membawa Tay pergi dari ruang operasi menuju ruang Perinatologi.

Perinatologi

" ini bayi pasien atas nama Kana tuan." Suster menunjuk salah satu bayi yang berada di dalam box bayi.

Tay berjalan mendekat ke arah box bayi. Bayi yang tak ingin Kana sentuh karena takut melukainya, kini sudah berada di hadapan Tay saat ini.

" sangat tampan." Gumam Tay.

Wajah bayi yang begitu tampan serupa dengan wajah Kana dan Mew membuat Tay kembali menangis.

" hiks hiks.. Kana. Dia begitu mirip dengan mu hiks hiks.. bayi ini anakmu, bukan anak Nyonya Davika. Dia adalah anakmu dan juga presdir. Kau salah, dia adalah anakmu, Kana."

Tay ingat. Bagaimana Kana menyebutkan bahwa bayi itu bukanlah anaknya melainkan anak Davika dan juga Mew.

Tay segera mengambil ponselnya dan memotret wajah bayi sesuai apa yang Kana inginkan dulu. Ucapan Kana memang benar, Kana tak bisa melihat wajah bayinya setelah ia melahirkanya dan menjauh dari presdir nya.

" hay Baby, bisakah kau mendoakan ibumu agar ia segera bangun dari mimpi indahnya. Ibu mu sangat ingin bertemu dengan mu, tapi takdir memisahkan kalian untuk beberapa waktu kedepan. Hadirlah di dalam mimpi indah ibu mu dan bawa ia kembali."

Bisikan Tay di telinga Bayi mungil itu.

" tuan. Waktu Anda sudah habis untuk bertemu dengannya."

" ya suster. Saya akan pergi. Tolong jaga bayi ini dengan baik."

" itu sudah menjadi tanggung jawab saya tuan. Anda tidak perlu khawatir, karena sang ibu tidak bisa memberi Asi padanya. Maka dengan terpaksa pihak rumah sakit akan memberikan susu formula untuk asupan bayi ini."

" lakukan apa saja yang terbaik untuknya."

" baik tuan."

" Baby. Paman Tay akan pergi, ingat pesan paman Tay untuk membawa ibu mu kembali."

Tay pergi dari ruang Perinatologi.

Kediaman Mew...

Davika selalu saja menempel pada Mew seolah tak ingin melepaskan Mew sedikit pun. Malam ini Mew merasa sangat gelisah.

Meninggalkan Kana hingga berbulan-bulan tanpa memberi kabar padanya membuat Mew selalu memikirkan keadaan Kana. Tay sudah berhenti dari pekerjaannya dan saat ini pasti Kana seorang diri di dalam Penthouse miliknya.

Kondisinya yang sangat tidak memungkinkan untuk Kana seorang diri di dalam Penthouse membuat Mew merasa khawatir.

" Mew~"

" hmm." Jawaban sederhana Mew.

" kenapa kau tidak tidur. Ini sudah malam."

Melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 02:10 dini hari.

" nanti saja. Aku belum mengantuk, sebaiknya kamu tidur saja." Sibuk membaca buku.

" jangan tidur terlalu malam. Itu tidak baik untukmu."

" sebentar lagi aku akan tidur. Sebaiknya kamu tidur kembali."

Tak ada sahutan dari Davika lagi. Sejak Davika menahan dirinya di dalam rumah itu, Mew selalu saja memikirkan keadaan Kana di dalam Penthouse miliknya.

Selama ini Mew sudah berusaha untuk bertemu dengan Kana. Tapi Davika selalu memiliki segala cara untuk menahan Mew agar tidak pergi meninggalkannya kembali.

Dirasa Davika sudah benar-benar tertidur pulas. Mew segera pergi menuju ruang kerjanya.

Berjalan mendekat kearah jendela dan menghubungi Kana melalui telepon Penthouse karena ponsel Kana sudah tak aktif sejak ia menelepon Mew beberapa bulan lalu.

Tak ada sahutan dari panggilan telepon itu, hingga Mew menelepon pihak resepsionis Penthouse untuk mengetahui kabar Kana.

" hallo selamat malam dengan Xxxx Sandra di sini."

" bisakah Anda mengecek unit saya di lantai 5."

" baik tuan saya akan mengeceknya."

" kabari saya secepatnya."

" baik tuan."

Panggilan terputus. Mew sedang menunggu apa yang sebenarnya terjadi di Penthouse miliknya, kenapa Kana tak ingin menjawab teleponnya. Apakah dia baik-baik saja atau tidak.

" Kana. Maafkan saya." Gumam Mew menatap potret Kana yang bermain dengan seekor kucing keinginan Kana saat mengandung usia 3 bulan.

Mew memotret Kana tanpa sepengetahuan pria itu dan menyimpannya sangat rapi tanpa sepengetahuan siapa pun.

" presdir. Bukankah kucing ini sangat imut sekali. Hihihi.. lihatlah ekspresi wajahnya yang kesal seolah menolak untuk Kana gendong. Hihihihi.."

" presdir!! Kante menyebalkan. Cepat buang dia. Dia menggigit kaki Kana terus menerus. Cepat keluarkan Kante dari penthouse ini. Hiks hiks.. kita tidak berteman Kante."

" presdir. Bayi ini ingin di peluk oleh presdir."

" presdir. Kana ingin makan buah mangga muda."

" presdir. Kana ingin_____"

" presdir Kana ingin___"

Mew mengingat apa saja yang Kana inginkan saat sedang mengandung benihnya. Mengingat bagaimana Kana manja dengan dirinya, mengingat senyuman manis Kana saat mendapatkan apa yang ia inginkan.

Mew merindukan sosok pria cantik yang ia sembunyikan di dalam Penthouse miliknya. Ia merindukan suara maja yang selalu ia dengar setiap hari tanpa henti.

Mew benar-benar merindukan sosok pria cantik itu. Mungkin hatinya sudah menerima pria cantik itu sebagai bagian dalam hidupnya. Walau egois tapi Mew lebih nyaman bersama dengan pria cantik itu.

Perubahan dalam diri Mew mulai terasa saat bersama pria cantik yang ia sembunyikan dari publik yang tengah mengandung benihnya.

Seutas senyum terpatri di wajah Mew saat mengingat kenangan manisnya bersama pria cantiknya.

Ponselnya bergetar dan Mew segera memeriksa siapa yang menelepon dirinya. Ternyata dari Xxxx.

" bagaimana. Apa yang kau dapat dari sana."

" unit Anda kosong tak berpenghuni. Semua barang tertata rapi dan tak ada tanda-tanda kehidupan di sana."

" tidak mungkin." Mew tak percaya.

" apa kau sudah mengecek setiap kamar di unit saya."

" sudah tuan. Saya sudah mengecek setiap sudut unit Anda dan tak ada tanda-tanda kehidupan di sana."

" argh sial!!" Mew segera mematikan ponselnya.

" apa yang sebenarnya terjadi. Kemana Kana pergi!? Tidak mungkin dia pergi dalam keadaan seperti itu. Tidak ini tidak mungkin." Mew masih tak percaya dengan apa yang di katakan oleh pihak Penthouse.

Mew segera mengecek CCTV yang ia pasang di Penthouse itu. Rekaman CCTV menunjukan bahwa Kana masih berada di dalam Penthouse itu dan kenapa pihak Penthouse mengatakan bahwa tak ada tanda-tanda kehidupan di sana.

Mew keluar dari ruang kerjanya dengan tergesa-gesa menyambar kunci mobilnya dengan piama yang menempel di tubuhnya.

Mengendarai mobil seperti sedang kesetanan dengan kecepatan di atas rata-rata menuju Penthouse miliknya.

Tak memakan waktu lama Mew sampai di unit Penthouse miliknya. Mew segera lari menuju Lift dan menekan angka 5.

Ting!

Pintu Lift terbuka.

" KANA!!! KANA!! KAU DIMANA!!" Teriakan Mew di dalam Penthouse.

Sunyi, senyap dan hening.

" KANA!! KAU DIMANA!! CEPAT KELUAR LAH. PRESDIR KEMBALI!! KANA!! " Mew masih saja berteriak sambil mencari Kana di dalam Penthouse itu.

Mew tak menemukan Kana nya di sana. Mew segera menyambar ponselnya dan menghubungi Tay, namun ponsel Tay berada di luar jangkauan.

PRANG!!

AARGHHH!!!

Pecahan meja kaca dengan teriakan histeris Mew tak menemukan Kana nya.

" kau dimana Kana." Penyesalan Mew.

Mew segera pergi meninggalkan Penthouse menuju rumah sakit untuk mencari informasi Kana di sana.

" maaf tuan. Pasien atas nama Kana sudah tidak datang ke rumah sakit ini untuk mengecek komdisi kehamilannya sejak 4 bulan lalu." Resepsionis.

" cari dengan benar!! Jangan membuat saya marah!! Cepat cari kembali data informasi itu!!" Amarah Mew tak terbendung lagi.

" b-baik tuan."

Cukup lama Mew menunggu namun hal serupa tak ia dapatkan di rumah sakit itu. Mew pergi dari rumah sakit dan kembali mengecek panggilan telepon dari Tay mantan sekretarisnya.

Beberapa pesan yang belum Mew baca membuat Mew tercengang dengan isi pesan itu.

" Kana maafkan saya. Saya sudah meninggalkan mu. Maafkan saya Kana. Hiks hiks.." tangisan penyesalan Mew untuk pertama kalinya.

" kembalilah Kana. Hiks maafkan saya. Jika kau kembali, saya akan segera menikahimu. Selama ini saya buta akan cinta yang kau berikan pada saya. Bahkan saya juga buta akan perasaan cinta ini untuk mu Kana hiks hiks.. maafkan saya." Tangisan Mew di dalam mobil.

Pikiran Mew buntu dan kacau ia tidak tau harus mencari Kana kemana lagi. Salah satu tempat yang belum Mew kunjungi adalah rumah Kana. Namun tidak mungkin Kana datang ke rumah itu dalam keadaan hamil besar tanpa seorang suami.








Bersambung.....

Rabu, 17 April 2024..

Yok banyakin voted sama komennya melebihi chap kemarin..

Kalo sepi aku stop lanjutin cerita ini sampe satu minggu kemudian..

Bye 😡

3700 kata..

mantep gak tuh ngetik sampe jari pada keriting kaya gini... 😖

Continue Reading

You'll Also Like

6.2K 486 28
FOLLOW DULU BARU BACA!!! Ragu dalam menentukan pilihan hati membuat salah satu dari ketiga sahabat itu memilih pergi. Bukan berarti ia menyerah akan...
1.5M 121K 153
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
2.2M 107K 45
β€’Obsession Seriesβ€’ Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
5.8K 713 26
" aku tidak bisa melihatmu seperti orang orang tapi aku bisa tebak kau pasti sangat tampan " -kavin " dan kau sangat cantik " - Julian