I WANT YOU (END)

By SriNNingsih

1.8M 140K 1.9K

Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak d... More

PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
EPILOG
Persiapan untukmu, Ace!
Hello

80

4.5K 508 7
By SriNNingsih

Thalia melongo, "Bisa-bisanya berkata seperti itu disaat kondisi genting begini." Ujar Thalia kesal-ia memang tak menyadari kondisi serta penampilannya saat ini.

Thalia mencoba bangkit dan duduk sendiri tanpa bantuan Ace. Ia sedikit meringis ketika merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.

"Rasanya aku ingin sekali di pijat. Seluruh tubuhku sakit." Gumam Thalia kesal.

Ace tersenyum samar, "Aku akan memijatmu nanti." Tawar Ace membuat Thalia menatapnya horor.

"Terima kasih." Jawab Thalia singkat tanpa ada perlawanan.

Portal kegelapan semakin membesar hingga membuat keseimbangan alam menjadi terganggu. Angin berhembus kencang membuat seluruh tatanan istana menjadi kacau. Kobaran api semakin membesar karena hembusan angin besar tersebut. Kerajaan Orthello perlahan-lahan berubah menjadi puing-puing hitam dan berabu, asap membumbung tinggi membuat siapapun yang mendekat merasa pedih di mata dan pernafasan mereka.

"Paman Sandiano gila! Hancur semua kerajaan ini." Ujar Thalia masih terdiam melihat kehancuran Orthello.

Wanita itu berdiri, ia bersiap untuk menyerang kembali. Tidak ada rasa takut menyelimutinya karena ia sudah memiliki apa yang tidak ia punyai. Thalia fokus memusatkan kekuatan sihirnya di sebilah pedang yang ia genggam di tangan kirinya. Aura merah kegelapan menyelimuti pedangnya.

"Apakah aku bisa melakukan teleportasi?" Tanya Thalia asal.

Ace menggelengkan kepalanya, "Tetap tidak bisa. Keahlian itu spesial karena memang diturunkan sesuai garis keluarga mereka."

Thalia menghela nafas, "Kalau perkara bawaan gen. Aku tidak bisa membantahnya."

"Gen?" Tanya Ace.

"Iya, Gen. Seperti pewarisan sifat dasar dari keturunan." Jawab Thalia singkat. "Lekas bawa aku kesana, aku tidak ingin portal itu terbuka sempurna." Sambungnya sambil meraih tangan Ace-mengajak pria itu untuk berteleportasi bersama.

"Tapi, kamu tetap bisa berpindah tempat dengan memanfaatkan perpindahan dimensi." Sahut Ace mengingatkan.

"Memang benar. Tapi, aku selalu meleset jika menentukan lokasi untuk kembalinya." Balas Thalia dengan ekspresi malas.

"Setelah hampir kehilangan nyawa, kamu masih tidak merasa takut?" Tanya Ace.

Thalia menggelengkan kepalanya, ia tersenyum manis. "Aku sudah pernah mati sebelumnya. Dan itu karena dia." Jawab Thalia dengan nada kesal.

Ace tidak lagi bertanya. Ia pun melakukan teleportasi dan kembali menyerang monster yang sudah membuat kerajaan Orthello hancur berkeping-keping.

"Apakah aku bisa melayang atau melompat-lompat seperti seorang penyihir dan ninja?" Pertanyaan random Thalia kembali terlontar.

Ace terdiam, sebelah alisnya terangkat. "Aku tidak tahu pasti. Tapi, kamu bisa mencobanya." Jawab Ace masih memegang Thalia agar wanita itu tidak jatuh.

Thalia terdiam, ia mencoba fokus membuat berat badan ringan di pikirannya-mencoba hal yang tak pasti memang diperlukan meskipun hal itu merupakan tindakan paling konyol yang ia perbuat.

"Coba lepaskan tanganku, Ace." Celetuk Thalia.

Ace menatap lamat-lamat istrinya, Thalia menyadari suaminya terdiam menatapnya lekat. "Jangan khawatir. Tidak akan terulang. Aku janji." Jawab Thalia mencoba menenangkan.

Pria itu menuruti Thalia, ia melepas genggamannya. Tak menunggu lama Thalia menghilang di hadapan Ace, ia berpindah dimensi-memanfaatkan kekuatan yang pernah Ace berikan padanya. Thalia benar-benar menfokuskan pikirannya, ia tak mau berakhir salah dalam mendaratkan langkahnya yang akan membuatnya berakhir mengenaskan.

Thalia muncul kembali setelah ia berpindah dimensi, ia melayang tepat diatas kepala monster berwajah seram tersebut.

"Kau rindu padaku, paman?" Sahutnya. Thalia mengambil kuda-kuda untuk menyerang pamannya. Ia memegang sebilah pedangnya dengan kedua tangan.

Pandangan Mictlan segera terlempar kearah Thalia yang sudah tersenyum miring. "Kenapa bisa?"

Thalia tertawa, "Aku disini seperti kucing, paman. Memiliki sembilan nyawa." Jawabnya.

Dengan cepat Thalia menghunuskan pedangnya, Mictlain berhasil menghindar akan tetapi pelipisnya terluka akibat pedang beraliran sihir milik Thalia berhasil melukainya.

Ace tidak tinggal diam, ia kembali berteleportasi dan menyerang monster tersebut. Bertubi-tubi bergantian dengan Thalia istrinya.

Mictlain mendapatkan banyak luka di tubuhnya, tak mengeluarkan darah. Tapi kepulan asap hitam keluar dari luka-lukanya yang terbuka lebar. Sorot mata marah menatap nyalang pada pasangan suami-istri yang masih berusaha menyerangnya.

Mictlain membuka telapak tangannya. Ia mengucapkan mantra sihir yang mampu memunculkan bola sihir berwarna api dengan kilatan petir di sekitarnya. Semakin lama bola api itu membesar.

Thalia mendekati Ace, ia berpindah teapt di sampingnya. Ace segera menggenggam tangan Thalia, ia tidak mau kecolongan lagi. Mictlain segera melemparkan bola sihirnya.

Duarrr

Ledakan dahsyat membuat Kerajaan Orthello semakin hancur dikarenakan serangan Mictlain yang meleset dan Ace menghindar dengan teleportasinya.

Serangan demi serangan monster itu kerahkan, ledakan demi ledakan sudah membuat tempat yang awalnya indah sudah berakhir hancur. Kobaran api semakin meninggi, pohon-pohon serta tanaman hias tidak luput dari kobaran api yang berkobar.

Ace dan Thalia melayang tepat di depan portal dimensi. Kemarahan Mictlain tidak terbendung, karena tidak ada satu serangan yang berhasil mengenai mereka berdua. Ia kembali merapalkan mantranya. Bola sihir berukuran dua kali lipat berada di kedua telapak tangannya.

Thalia tertegun melihat kekuatan pamannya-ia merasa takjub dan juga tidak percaya. "Hebat sekali!" Ujar Thalia kagum. "Tapi inilah dunia fiksi." Sambung Thalia lagi. Ace hanya menggelengkan kepalanya melihat istrinya berceloteh sendiri.

Mictlain segera melemparkan serangannya dengan penuh kemarahan kearah suami-istri yang sedari tadi tidak pernah serius dalam menghadapinya.

"Ace!" Thalia refleks berteriak. Ia mengeratkan genggamannya. Ace kembali melakukan teleportasi.

Bola sihir yang terlempar tak bisa di kendalikan berakhir mengenai portal, seketika terserap seluruhnya dan hening seketika. Sejenak portal dimensi tidak bergerak serta melebar lagi.

"Eh, Bola sihirnya lenyap." Thalia terperangah menatap bola sihir ukuran besar terserap tanpa sisa ke dalam portal tersebut.

Mictlain kembali membuka telapak tangannya dan membuat bola sihir untuk kesekian kalinya. Ia tidak menyadari portal dimensi menyusut secara perlahan. Pasangan suami-istri tetap menghindari segala serangan yang mengarah pada mereka. Jika ada celah, baik Ace maupun Thalia akan menyerang balik monster besar tersebut.

Thalia menghilang berpindah dimensi, sementara Ace dengan lincah mengayunkan pedang sihirnya kearah Mictlain. Terjadi pertarungan sengit antara Ace dan wujud dewa kematian. Di balik punggung Mictlain, Thalia muncul kembali melayang tepat diatas tubuh monster tersebut. Dengan senyum miring terukir di wajahnya, Thalia menghunuskan pedangnya di punggung Mictlain.

"Argghhhh.." Teriak monster tersebut. Ia merasakan sakit menjalar akibat tusukan pedang beraliran sihir tersebut.

Ace segera menarik tangan Thalia. Ia menggunakan teleportasinya untuk menolong Thalia ketika tangan besar milik monster tersebut mengayun kearahnya—monster tersebut ingin menghajar Thalia dengan tangan kosongnya.

Saat Ace berhasil membawa Thalia mendarat di atas tanah. Sebuah ledakan amat besar terjadi membuat apapun yang berada di dekatnya terpental jauh kebelakang, dan menghanguskan segala puing-puing bangunan yang ada di istana.

Netra heterochromia milik Thalia terpejam sempurna, ia tidak mampu melihat keadaan kala ledakan terjadi. Semua amat silau dan terlalu mendadak. Tapi, ia tidak merasakan sakit ketika tubuhnya terpental bersama Ace—suaminya.

Portal dimensi yang perlahan menyusut tanpa seorang pun yang mengetahuinya berakhir menjadi bom waktu. Portal tersebut meledak dengan ledakan yang mampu menghancurkan kerajaan Orthello.

Thalia perlahan membuka kedua matanya. Tubuhnya seperti melayang dan indera perabanya merasakan sesuatu yang sangat lembut dan hangat. Thalia mengedarkan pandangannya, ia terkejut ketika mendapati dirinya di tempat aneh. Ia duduk di tempat yang berbulu berwarna merah keemasan-sangat lembut dan hangat.

Perlahan ia berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya untuk berdiri. Tubuhnya seketika menegang, ia berada diantara tumpukan bulu-bulu halus yang mengeluarkan aura merah keemasannya. Perlahan bulu-bulu halus itu bergerak, membuat Thalia terjatuh ke tanah.

"Ugh." Keluh Thalia yang beranjak bangun dan mengelus siku kanannya yang terluka.

Netra heterochromia-nya menyusuri sosok kaki burung besar di depannya. Ia mendongak dengan mulut terbuka lebar—Thalia sukses melongo. Perwujudan burung raksasa dengan untaian bulu-bulu halus berwarna merah keemasan yang mengeluarkan sinarnya.

Warnanya sangat cemerlang. Ada ungu, kuning, dan merah yang memang mendominasi warnanya. Thalia tahu makhluk mitologi tersebut, karena diasosiasikan dengan terbitnya matahari dan api.

Burung besar di depan Thalia membentangkan sayapnya yang lebar. Ia nampak seperti burung yang sangat kuat dengan bulu-bulunya berwarna merah keemasan bila terkena matahari akan tampak seperti nyala api.

Thalia terpesona, "Cantiknya." Ia menatap setiap sudut dari keelokan burung cantik yang menjadi burung mitologi di dunianya.

"Akhirnya, Ace bisa menjadi sosok dirinya yang lain." Ujar Raja Helium yang selamat dari ledakan karena bersembunyi di tempat yang aman.

"The Red Phoenix." Gumam Thalia takjub.

🌹🌹🌹

Detik-detik Tamat masih lama ini kayaknya.. 😵‍💫😵‍💫
Aku masih pingin kesana dan kemari berpetualang sama si Thalianya...

Maaf yah kalau membosankan, lama menunggu, dan yahhh makin kesana-makin kesini..

Salam Manis Dariku
Ning Sri 😘

Continue Reading

You'll Also Like

10.1K 1.3K 42
Ada seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Da...
603K 21.2K 27
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
642K 59.9K 32
Ibuku bilang, selama ini kami harus hidup susah dan terus-menerus bersembunyi karena ayahku sangat membenci kami dan ingin membunuh kami. Namun ... K...
443K 38.1K 52
Rate: 16+ Elefthería series 1 •|•|• Negeri Elefthería, penuh kebebasan dan kedamaian, dipimpin oleh empat kekaisaran besar yang agung. Kehidupan dama...