RESHEL

By putrihearts

266 8 0

"Kenapa kamu mau menikahi saya?" Wanita centil dan periang yang nasibnya berubah kala harus menikah dengan pr... More

1. Pertama dan selamanya
2. Tidak ada pilihan
4. Harus sakit
Cast
5. Perkenalan pernikahan
6. Suami-istri
7. Sebagai Istri
8. Mengurus Aklan

3. Harus bersiap

29 2 0
By putrihearts

♡♡♡

Jika biasanya pagi-pagi buta Reshel harus bergegas berangkat kerja, untuk kali ini tidak. Reshel masih santai dan bermain dengan Pisu. Gadis itu sudah rapih, takut-takut Aklan sudah menjemputnya.

Sebenarnya tanpa Reshel beritahupun dimana rumah Reshel, sudah pasti Aklan tahu. Ia memegang data semua karyawan, bahkan ia juga bisa bertanya kepada orang tuanya.

"Hey, Pisu hati-hati." Peringat Reshel Kala Pisu hampir menjatuhkan gelas kaca.

Reshel yang sedang asik bermain ponsel, langsung bergegas keluar kala bel rumahnya bunyi. Sedetik saja seharusnya Reshel sudah bisa membuka pintu, tanpu jantungnya kini berdebar tak beraturan.

Kedua kalinya bel berbunyi, Reshel masih ragu.

"Bisa Ecel, Bisa!" monolog Reshel meyakinkan.

Lima detik selanjutnya, Reshel membuka pintu lalu berlari kecil membuka pagar.

"Maaf lama Pak," katanya.

"Stop panggil gue Pak."

Reshel mengangguk paham.

"Mau masuk dulu?" tawar Reshel, berharap di tolak. namun Aklan melangkah masuk menjawab pertanyaan Reshel.

Reshel pergi kedapur guna membuat minum untuk Aklan, namun langkahnya terhenti ketika lengannya di tarik Aklan. Gadis itu langsung terduduk di sofa sebelahnya.

Merasa risih, Reshel berpindah tempat di depan Aklan yang di batasi meja "Maaf."

"Gue mau lo bilang ke Nyokap Bokap gue, kalo lo ngga ada paksaan apapun dari gue."

"Tapi P-p.." Reshel melipat mulutnya. Ia harus memanggil Aklan apa? Reshel orang jawa, biasanya ia memanggil lelaki yang lebih tua Mas.

"Lo nikah sama gue ngga rugi, Reshel."

"Atau lo mau rumah peninggalan satu-satunya orang tua lo gue ambil? lo bakal jadi gelandangan." sambung Aklan.

Reshel masih diam. Dia benar bodoh jika harus begini.

"Lo ngga punya harta lagi Reshel, Lo cuma punya rumah ini, kan?"

Kali ini Reshel harus banyak bicara, ia sudah mempersiapkan dirinya tadi. Dari umur 14 tahun Reshel hidup sendiri, ia sudah banyak usaha untuk melunasi hutang kedua orangtuanya. Ia tak mau harga dirinya di minta begitu saja.

"Apa saya boleh tau, apa alasan bapak ingin menikah dengan saya?"

Aklan menatap netra hitam pekat Reshel, sekarang ia tahu bentuk indah mana yang dimiliki Reshel, Bibir kecilnya dan matanya.

"Kalo gue bilang lo cantik? apa lo akan percaya?"

Jelas Reshel percaya, dia adalah orang yang sangat amat percaya diri.

"Reshel Alizsya, Lo adalah satu-satunya orang yang tersisa disini."

"Anda mau apa?"

Aklan berdesis "Lo mau tau?"

Reshel menangguk penasaran.

"Gue jatuh bangkrut kala itu Reshel, Karna bokap lo."

"Sekarang anda sudah mendapatkan lagi, Pak. Harta yang dibawa orang tua sayapun kembali kepada anda, walau hanya setengah. Saya pun berusaha mencicil, saya tidak pernah telat bayar sesuai tanggal yang di tentukan di pengadilan."

"Ada satu hal yang keluarga lo bikin, Gue hampir gila Reshel."

"Saya bisa ganti." kata Reshel, wajahnya penuh harap kepada Aklan.

"Lo gantinya, Reshel."

Reshel berdiri, mendorong meja yang tak berat itu. setelahnya ia bertekuk lutut dihadapan Aklan. Tangis yang sedari kemarin ia tahan, ia pecahkan berharap Aklan mau bernegoisasi lagi.

"Pak, saya janji akan kerja lebih keras lagi. Saya akan menambahkan nominal yang biasa saya bayar. Kasih saya waktu sebulan untuk menambahkan nominal tersebut."

Reshel menunduk takut, tangannya ia satukan memohon.

"Saya tidak siap untuk menikah di usia ini, hutang yang orang tua saya tinggalkan bukan hanya hutang kepada keluarga bapak."

Aklan berdiri, membuat Reshel sedikit mundur.

"Berarti lo lebih milih rumah satu-satunya ini jadi milik keluarga Soetona."

Reshel mengusap wajahnya kasar menghapus jejak air matanya. "Jangan Pak, saya tidak memiliki apapun lagi."

Aklan mendekat kepada Reshel, menyelipkan rambut Reshel kebelakang daun telinga. "Nikah sama gue Reshel, lo ganti semuanya."

Aklan menepuk puncak kepala Reshel pelan. "Gue tunggu di mobil sepuluh menit, kalo lo ngga datang. Gue anggap rumah ini besok jadi milik gue."

Aklan melenggar pergi.

Reshel masih mematung, ia memperhatikan sekeliling rumahnya. Jika ia memberi rumah ini, Reshel akan kehilangan sepenuhnya, kenanganya. Sukur-sukur Aklan tidak merubah bentuk rumahnya, jika ia ubah menjadi sebuah toko? banguna lain? Reshel akan kehilangan semuanya.

Gambaran masa lalu di rumah ini berputar. Reshel makin tidak tega jika harus memberi rumah ini. Tapi ia juga tidak mau menikah dengan sosok yang Reshel sama sekali tidak kenal, bahkan tujuannya pun tak Reshel ketahui.

Lama berpikir, Reshel bergegas masuk kedalam kamar bersiap menghampiri Aklan. Keputusan ia sekarang adalah, harus siap menikah dengan Aklan.

♡♡♡

Aklan memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Dua menit lagi, Reshel akan kehilangan semuanya.

Aklan memandangi pagar yang tak kunjung terbuka, apakah Aklan akan kehilangan untuk kesempatan?

Tidak. Aklan tidak akan kehilangan kesempatan itu. Senyumnya terukir kala Reshel keluar dari perkarangan rumahnya.

Dari dalam Aklan membukakan pintu untuk Reshel,  seolah siap menghancurkannya.

"Naik." Suruh Aklan tanpa menoleh kepada Reshel.

Reshel hati-hati menaiki mobil mahal itu. memasang seatbeltnya. "Sudah Pak."

Aklan melajukan mobilnya. "Sesuai perintah, Lo harus jadi orang bahagia gue nikahin depan orangtua gue."

"Apa orang tua Bapak akan menerima saya?"

"Semua gue yang stir. Mereka gaakan berani nolak."

Reshel melirik Aklan dengan ekor matanya. Kenapa manusia tampan seperti dia harus bersikap kejam seperti ini?

"Jangan panggil gue Pak." perintah Aklan.

"Saya ngga tau haru panggil apa." jujur Reshel.

"Seterah lo. Aklan langsung juga gapapa."

"Aklan." Reflek Reshel, membuat sahutan dari Aklan.

"Maaf," ucap Reshel merasa bersalah.

"Ngga masalah, panggil gue Aklan."

Reshel mengangguk.

"Biar lo inget terus, siapa gue."

Reshel lagi-lagi menangguk.

♡♡♡

Di rumah yang sangat mewah kedua paruh bayah sudah menunggu kehadiran Aklan yang katanya akan membawa calon istirnya.

Catrin-Mamih Aklan sedari tadi resah. Perempuan siapa yang akan Aklan bawa. Setelah kejadian tahun lalu, kedua orang tua Aklan tak percaya Aklan akan mendapati calon istri begitu cepat.

"Gimana dong pih ini?" Resah Catrin.

"Tenang aja, Aklan tidak pernah main-main bukan soal perempuan?"

Catrin memutar matanya jengah. "Tapi anak itu tu, selalu bodoh soal perempuan. Dia nyaris di rampok kalo kita tidak mengalami bangkrut."

"Kamu percaya saja dengan anak tunggal mu itu." Ramad berusaha meyakinkan Catrin.

Istirnya sangat tak percaya jika Aklan akan memiliki kekasih lagi dari kasus sebelumnya. Setaunya, Aklan masih sangat mencintai masa lalunya.

"Tuh Anakny. Mau kita ke depan?" tawar Ramad kala mendengar klakson mobil.

Catring menggeleng "Kita tunggu sini saja."

Dalam hati seorang ibu, Catrin berdoa agar Aklan tidak salah pilih lagi. Karna Aklan sudah menyiapkan semuanya, Ia akan segera menikah dengan hitungan jari. Catrin tidak ingin Aklan salah pilih.

"Halo Aklan anak kesayangan Papih." Seru Ramad menyambut kedatangan anak tunggalnya.

"Mana calon istri mu itu?" Tanya Ramad.

Aklan terkekeh. Saking kecilnya tubuh Reshel, tidak terlihat oleh Ramad karna tertutup tubuh Aklan.

Reshel muncul dengan senyum kikuknya, kepalanya hanya bisa tertunduk. Biasanya ia kesini, jika ingin memberitahu bahwa ia akan telat bayar hutang.

"Kamu?" Kata Catrin. ia tak berkedip, menatap Aklan meminta jawaban.

"Calon istri Aklan." Kata Aklan.

Catrin masih tak berkutik. Apakah benar ucapan Aklan?

"Silahkan duduk, Reshel." ucap Ramad, mempersilahkan Reshel duduk.

"Terimakasih Om..." jawab Reshel.

Ramad membantu Catrin duduk, karna istirnya itu sedari tadi mematung.

"Tidak usah canggung Reshel, kamu kan sudah berkali-kali kemari. Kamu akan menikmati ini nanti." Ujar Ramad berusaha bercanda.

Reshel menunduk lemah, menurutnya ini kata sindiran.

"Reshel?" Kini Catrin berbicara.

"Iya tante..."

"Mamih setuju sayang, kamu menikah dengan Reshel." Bak di sihir, Catrin langsun pada intinya.

Wanita paruh bayah itu tersenyum senang kepada Reshel.

"Apa Papih bilang, Mamih mu akan suka dengan Reshel." seru Ramad.

"Lo harus bersiap lebih, Reshel." bisik Aklan, membuat bulu kuduk Reshel merinding.

Rasanya ingin teriak kencang, Reshel sama sekali tidak mengerti posisi ini. Yang ada diotaknya hanyalah hal negatif.

"Bagiamana jika minggu depan pelangsungan pernikahan kalian?" usul Ramad.

"Boleh." jawab Aklan tanpa berfikir.

"Kalian bisa lebih dalam lagi untuk saling kenal." ucap Catrin.

Reshel mengusahakan senyumnya, ia hanya mengangguk pasrah.

"Bagaimana Reshel?" Tanya Ramad.

"Saya, Saya ikut baiknya aja gimana." jawab Reshel apa adanya.

"Mamih suka deh Lan, kamu milih cewe penurut gini," Ungkap Catrin senang.

Aklan merangkul pundah Reshel. Reshel yang mendapatkan serangan tiba tiba itu merasa risih.

"Kalo jatuh cinta pada pandangan pertama awet biasanya." Seru Ramad, mendapat kekehan dari Catrin.

Mereka mengobrol cukup lama, walau sebenernya mereka hanya mendengar obrola Aklan beserta kedua orangtuanya.

♡♡♡

Reshel sehabis makan siang dirumah Aklan. Catrin sangat baik kepadanya, Catrin tidak berhenti mengajak bicara Reshel sehingga Reshel hilang rasa canggungnya.

Kini hanya tersisa Reshel dan Catrin di meja makan, Ramad berangkat ke kantornya tiba-tiba ada urusan. Sedangkan Aklan ia beranjak ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.

"Reshel," Panggil Catrin tiba-tiba.

"Aklan pasti akan mencintai kamu begitu dalam, kamu mau ya belajar untuk mencintai Aklan?"

Reshel membalas gengaman Catrin. "Saya hanya ingin menikah satu kali seumur hidup Tan, jika benar Aklan menikahi saya. Saya akan menjaga keutuhan."

"Kamu sangat cerdas." Balas Catrin.

"Tante kenal baik dengan Almarhum mamah kamu, bahkan kita sahabat. Saya tau baiknya kamu seperti Mamah kamu pastinya." ujar Catrin.

Reshel menggeleng, meragukan bahwa Mamahnya adalah orang yang baik. "Tante menyebut mamah saya baik, setelah kehancuran yang di buat mamah saya kepada tante?"

Catrin tersenyum "Anggi orang yang baik."

Anggi wartono adalah Ibu kandung Reshel, wanita yang tak kalah jauh dengan sifat Reshel itu sahabat Catrin masa Sma.

Catrin mengelus rambut panjang Reshel, tangannya lembut seperti Anggi sang mendiang Mamah.

"Jaga pernikahan kalian nanti Reshel. Tante yakin, Aklan akan begitu mencintai kamu. Kamu wanita baik, sabar, tidak akan mungkin mendapatkan luka begitu lama."

"Terimakasih tante. Reshel akan jaga baik-baik nasehat tante."  Reshel tersenyum, walau hatinya begitu tercambuk oleh keikhlasannya.

Mulai besok Reshel bukanlah Reshel yanh sebenarnya, ia harus bersiap lebih jauh karna luka tidak akan lama lagi datang.

Menikah tidak pernah ada di otak Reshel. Reshel pun kurang paham mengenai cinta. Keluarganya memberi cinta sedikit.

Reshel tidak pernah jatuh cinta, memiliki pacar saja tidak pernah. Ini pertama kalinya, bahkan Reshel harus menikah.

♡♡♡

Mohon dukungannya lagi ya teman teman!!

Continue Reading

You'll Also Like

43.8M 1.3M 37
"You are mine," He murmured across my skin. He inhaled my scent deeply and kissed the mark he gave me. I shuddered as he lightly nipped it. "Danny, y...
73.7K 240 11
As the title says
36M 1.1M 47
"She's hot." "Yeah, I know. I'm kinda jealous..." "I'm gonna ask her out." "Are you crazy? You're asking for a death wish." "What's so wrong with me...
15M 460K 32
"We can't do this." I whisper as our lips re-connect, a tingling fire surging through my body as his hands ravage unexplored lands; my innocence di...