Sweet Friend (Xodiac SingZay)...

By SugaJennie24

36K 3.6K 6K

Bercerita tentang salah seorang anak kembar bernama Won Zayyan yang sama sekali tidak mirip dengan kembaranny... More

Chap 1~ Teman Seberang Apartemen
Chap 2~ Zayyan Melamar Kerja
Chap 3 ~ Bossy
Chap 4 ~ My Sweet Friend
Chap 5 ~ Sing Beneran Berubah?
Chap 6 ~ Tugas Pertama Yang Mendebarkan
Chap 7 ~ Apa Yang Dilakukan Sing?
Chap 8 ~ Zayyan Panik Karena Leo
Chap 9 ~ Selamatkah Leo?
Chap 10 ~ The Hero
Chap 11 ~ Mulai Goyah
Chap 12 ~ Masih Bersaing
Chap 13 ~ Zayyan Ngambek Dan Kabur?
Chap 14 ~ Zayyan Kepergok Sing?
Chap 15~ Perkara Beliin Baju
Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar
Chap 17 ~ You're My Pretty Boy
Chap 18 ~ Perkara Makan Siang
Chap 19~ Cemburu
Chap 20 ~ Emosi
Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?
Chap 22~ Kencan
Chap 23 ~ Pilihan Sing
Chap 24 ~ Leo Marah?
Chap 25 ~ Gara-Gara Gyumin
Chap 26 ~ Jangan Melampaui Batas
Chap 27 ~ Usaha Bona Memisahkan SingZay
Chap 28 ~ Terbongkarnya Rahasia
Chap 29 ~ Apakah Berakhir?
Chap 30 ~ Apa Yang Terjadi Pada Sing?
Chap 31 ~ Zayyan Mencari Sing
Chap 32 ~ Ungkapan Hati Leo
Chap 34 ~ Akhirnya Sing Ditemukan?
Chap 35 - Zayyan Bertemu Sing Kembali?
Chap 36 - Jadian Dan Balikan
Chap 37 - Kencan Terpaksa
Chap 38 - Repotnya Kalau Mendua
Chap 39 - Sing Kabur Dari Rumah Sakit?
Chap 40 - Haruskah Mengalah?
Chap 41 - Sehari Bersamamu
Chap 42 - Menginap
Chap 43 - Panggilan Interview
Chap 44 ~ Bertemu Sing?
Chap 45 ~ Menyusul Sing
Chap 46 ~ Melepas Rindu
Chap 47 ~ Zayyan Cemburu?
Chap 48 - Saling Percaya
Chap 49 ~ Cinta Yang Ditolak
Chap 50 ~ Keceplosan
Chap 51 ~ Bersembunyi
Chap 52 ~ Sing Cemburu?
Chap 53 ~ Sulit Putus
Chap 54 ~ Apa Yang Dilakukan Leo?
Chap 55 ~ Gara-Gara Pergi Ke Luar
Chap 56 ~ Sing Mencari Zayyan
Chap 57 ~ Selamatkah Sing?
Chap 58 ~ Usaha Melarikan Diri
Chap 59 ~ Bersama Selamanya
Bonus Chapter

Chap 33 ~ Sing Di mana?

410 51 140
By SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Zayyan pulang ke apartemennya dengan lesu. Ia masih memikirkan pemuda yang di lihatnya tadi di depan supermarket.

"Itu tadi Sing, kan? Tapi kenapa mobil yang dikemudikannya seperti bukan mobilnya Sing? Apakah dia membeli mobil baru?" Berbagai pertanyaan muncul di benak Zayyan.

"Ah, setidaknya aku sudah melihat Sing walau pun tadi dia tidak mendengar panggilanku. Dan ternyata dia baik-baik saja, syukurlah," Zayyan berucap lega. Namun anehnya firasat bahwa Sing tidak baik-baik saja itu masih terus menyelimuti hatinya.

"Tapi kok aku masih merasa khawatir ya kalau sebenarnya dia tidak baik-baik saja?" Batin Zayyan.

Sementara itu, Tn. Zo tiba-tiba mendapatkan telepon dari pihak kepolisian yang mengabarkan bahwa mereka baru saja menemukan mobil milik Sing yang berada di area parkiran sebuah bar. Namun sayangnya polisi belum dapat menemukan Sing dan hanya baru mobilnya saja.

Karena tidak menemukan kunci mobilnya, polisi akhirnya terpaksa menderek mobil Sing untuk dibawa ke kantor polisi sebagai barang bukti hilangnya Sing.

Polisi juga menginterogasi beberapa karyawan yang bekerja di bar tersebut termasuk sang bartender yang melayani Sing malam itu.

"Aku memang bertemu dengan orang ini, dan malam itu dia mabuk berat. Dia bercerita padaku bahwa hari itu dia sedang patah hati, makanya dia minum-minum di bar kami. Aku juga sempat menawarinya untuk memesankan taksi untuknya, namun ia menolak. Lalu dia pergi dalam keadaan mabuk, dan setelah itu aku tidak tahu lagi dia pergi ke mana," jelas bartender tersebut pada polisi.

Dan polisi pun menyampaikan keterangan tersebut pada Tn. Zo.

***

Malam harinya, setelah pulang dari kantor, Tn. Zo mengumpulkan seluruh anggota keluarganya di ruang tengah.

"Ada yang ingin Ayah sampaikan pada kalian, ini mengenai Sing," ucap Tn. Zo sambil menatap bergantian pada Dohyun dan Leo yang duduk bersebelahan, dan juga istrinya yang duduk di sampingnya.

"Ck!" Leo berdecak, seolah tidak tertarik dengan pembahasan mengenai Sing.

"Kamu kenapa, Leo?" Tegur Dohyun.

"Ng...enggak kenapa-kenapa kok," elak Leo.

Lalu Dohyun kembali fokus pada sang Ayah.

"Jadi begini, tadi polisi sudah menghubungi Ayah perihal pencarian Sing," lanjut Tn. Zo.

"Apakah Sing sudah ketemu?" Tanya Ny. Zo.

Tn. Zo menggeleng. "Sayangnya belum," jawabnya.

Ny. Zo dan Dohyun tampak menghela napas kecewa. Kecuali Leo yang tampak biasa saja.

"Tapi hari ini polisi menemukan sedikit petunjuk," lanjut Tn. Zo.

"O ya? Petunjuk apa?" Tanya Ny. Zo antusias, dan Dohyun pun terlihat antusias juga.

"Polisi menemukan mobil Sing yang terparkir di sebuah bar. Dan menurut informasi dari seorang Bartender yang bekerja di sana, malam itu sebelum Sing menghilang, Sing pergi dari bar dalam keadaan mabuk berat, dan setelah itu dirinya tidak tahu lagi ke mana Sing pergi."

"Aigoo! Putraku mabuk berat rupanya. Tapi apa yang menyebabkannya sampai mabuk berat seperti itu ya?" Ny. Zo penasaran.

"Menurut keterangan dari Bartender tersebut, Sing sempat bercerita padanya bahwa dirinya minum-minum karena sedang patah hati akibat dicampakkan oleh pacarnya," terang Tn. Zo lagi.

Leo yang mendengar itu pun langsung terhenyak. Karena dia satu-satunya yang tahu mengenai hubungan Zayyan dan Sing. Dan selain Bona, dialah juga yang telah menyuruh Zayyan untuk putus dengan Sing. Namun Leo tak pernah menyangka bahwa sarannya itulah yang malah menyebabkan Sing mabuk berat, hingga akhirnya menghilang.

"Sesakit itukah dirimu Hyung, hanya karena kehilangan Zayyan?" Batin Leo tak menyangka. "Apakah kau sungguh-sungguh mencintai Zayyan, sampai hatimu terluka begitu dalam? Tapi...bukankah kau hanya menjadikan Zayyan sebagai bahan taruhanmu?" Leo bertanya-tanya dalam hati.

"Apakah Bona yang telah mencampakkannya?" Tanya Ny. Zo.

Karena sepengetahuan keluarganya, Sing beberapa bulan belakangan ini memang tengah berpacaran dengan Bona, putri dari seorang pengusaha kaya, meski tak sekaya keluarga Zo. Mereka belum mengetahui jika Sing dan Bona telah putus, dan Sing telah berpindah ke lain hati, yakni Zayyan tetangganya sendiri.

"Mungkin, bisa jadi begitu," timpal Tn. Zo.

"Ya ampun, kayak nggak ada yang lain lagi selain si Bona. Sampai segitunya Sing rela mabuk-mabukan dan menghilang, hanya karena dicampakkan Bona," Ny. Zo geleng-geleng kepala tak habis pikir.

Lalu Ny. Zo pun menangis. "Tapi apa pun alasannya, sekarang aku hanya ingin agar putraku Sing kembali hiks...hiks...hiks...Sing, kau di mana Nak? Ibu sangat merindukanmu hiks...," Ny. Zo merasa sangat kehilangan putranya.

Tn. Zo pun langsung memeluk istrinya, lalu mengusap-usap punggungnya, untuk menenangkannya. "Sabar ya, yeobo. Aku juga sangat merindukan Sing," ucap Tn. Zo sendu.

"Ibu, jangan menangis. Sing pasti akan segera diketemukan. Aku janji akan mencarinya lebih keras lagi," ucap Dohyun yang tak tega melihat Ibunya menangis.

Sementara Leo, dirinya pun jadi ikut sedih karena melihat sang Ibu menangis. "Gara-gara Sing Hyung nih, Ibu jadi menangis! Sing Hyung, kamu bikin repot semua orang, tahu nggak sih?!" Dalam hati Leo malah menyalahkan Sing.

***

Bona yang juga mengkhawatirkan Sing, kini mencoba menghubungi kakaknya, untuk meminta bantuan.

"Yeoboseyo, Bona-ya," ucap Kim Yong Min di seberang telepon.

"Young Min Oppa, Sing hilang...," rengek Bona manja.

"Ha??"

"Ini sudah hari ketiga Sing menghilang dan belum bisa ditemukan. Bagaimana ini? Duuh...aku khawatir, takut terjadi sesuatu padanya. Karena itu, aku ingin minta bantuin Oppa untuk mencari keberadaannya."

"Yak! Bona-ya, untuk apa kau meminta pertolonganku segala?"

"Lah memangnya kenapa? Oppa kan bisa suruh orang untuk mencari Sing?"

"Aishh! Apa kau lupa apa yang kukatakan hari itu, saat kau mengadu padaku mengenai Sing yang tak mau balikan denganmu, hah?"

"Ng...ingat sih. Memang ada apa ya?"

"Waktu itu aku bilang kan padamu kalau aku akan memberinya pelajaran?"

"Iya. Lalu?"

"Ya, hari itu juga aku menyewa lima orang preman untuk membuntuti Sing ke mana pun dia pergi. Lalu malamnya saat Sing ke luar dari dalam bar dalam keadaan mabuk, kelima preman itu langsung menghajarnya sampai babak belur," Kim Yong Min berterus terang.

"Apaa??? Aigoo! OPPA! Kau keterlaluan sekali!!?" Pekik Bona.

"Yak! Kenapa kau bilang begitu padaku, hah? Aku kan melakukan itu karena dirimu. Untuk memberinya pelajaran, karena dia sudah menolakmu. Kok malah sekarang kamu nyalahin aku, sih?" Kim Yong Min tampak tak terima.

"Ya, iya sih. Tapi nggak harus dihajar sampai babak belur juga dong, Oppa!"

"Aish! Terus aku harus bagaimana? Karena kalau cuma ditegur, dia pasti tidak mau mendengarkanku."

"Ya sudah, kalau begitu beri tahu aku di mana Sing berada saat ini!"

"Ya, mana kutahu."

"Kok Oppa bisa nggak tahu?"

"Ya, karena setelah para preman itu menghajarnya, aku menyuruh mereka untuk meninggalkannya di pinggir jalan."

"Meninggalkannya di pinggir jalan?? Dalam keadaan terluka parah??"

"Ya, begitulah."

"Tega banget sih Oppa?!"

"Tega katamu?? Heh, lebih tega mana dia atau aku? Dia sudah tega meninggalkanmu hanya demi si Zayyan itu? Sedangkan aku melakukan ini semua demi dirimu!" Kesal Kim Yong Min.

Bona menghela napas. Ia tak sanggup menjawab pertanyaan kakaknya.

"Dengar ya, Bona. Mulai sekarang kau harus bisa tutup mulut. Jangan sampai ada orang yang tahu mengenai perbuatanku terhadap Sing. Karena kalau sampai perbuatanku terbongkar dan diketahui polisi, maka kau pun akan ikut terseret dalam kasus ini. Jadi camkan baik-baik ucapanku ini! Paham?!"

"I-Iya, Oppa paham. Jadi aku harus bagaimana?"

"Ya, kau cukup pura-pura tidak tahu saja, supaya tidak ada yang mencurigaimu!"

"Baik Oppa, aku mengerti. Tapi...tak bisakah kau membantuku untuk mencari Sing?"

"TIDAK!! Kau cari saja sendiri!"

Lalu panggilan pun di tutup sepihak oleh Kim Yong Min.

Bona menghembuskan napas kasar.

"Duhh...gimana ini? Ternyata Oppa-kulah penyebab hilangnya Sing. Mudah-mudahan aja malam itu nggak ada yang melihat kejadian tersebut," Bona kini jadi panik, karena takut perbuatan kakaknya terbongkar.

***

Di tempat lain, Sing yang berbaring ditempat tidur tampak mengigau di tengah tidurnya.

"Zayyan...Zayyan...hiks...Zayyan jangan tinggalkan aku, Zayyan!" Sing meringik sambil memanggil nama Zayyan. Tubuhnya bergerak gelisah.

Pemuda yang setia menemani di sampingnya pun jadi terbangun karena terusik oleh suara Sing.

Pemuda itu memandangi wajah Sing. "Hh...dia mengigau lagi! Dan kenapa setiap kali mengigau, dia selalu menyebut nama Zayyan? Siapa sebenarnya Zayyan itu?" gumamnya penasaran.

Pemuda itu segera menyentuh kening Sing menggunakan punggung tangannya. "Badannya panas, sepertinya dia demam lagi!"

Pemuda itu mengambil termometer untuk mengecek suhu tubuh Sing.

"Aigoo! Panasnya tinggi sekali!" Pekiknya panik.

"Sepertinya kali ini aku harus membawanya ke rumah sakit, karena persediaan obat-obatanku di rumah juga sudah mau habis dan tak akan cukup untuk mengobatinya sampai esok hari," ucapnya.

Lalu ia pun membangunkan Sing.

"Sing-ssi...Sing-ssi...bangunlah!" Ia menggoyang-goyang pelan tubuh Sing tanpa menyentuh lukanya, agar Sing terbangun.

Dan Sing pun terbangun dari mimpi dan tidurnya. Dengan wajah pucatnya, ia pun memandang kepada pemuda yang menatapnya khawatir tersebut.

"Dokter Hyunjin?" Ucap Sing lemah. "Apakah aku bermimpi lagi, sampai kau membangunkanku?"

"Iya, kau bermimpi dan mengigau. Dan kau menyebut nama itu lagi," jawab pemuda yang ternyata merupakan seorang dokter muda bernama lengkap Hwang Hyunjin itu.

"Nama Zayyan?" Tanya Sing.

"Iya, nama itu!"

Sing terdiam. Hatinya sedih dan luka, jika teringat akan Zayyan.

"Badanmu panas, kau deman tinggi. Jadi aku akan membawamu ke rumah sakit malam ini juga."

Sing menggeleng. "Tidak! Aku tidak mau ke rumah sakit," tolak Sing. Ini bukan yang pertama kalinya Sing menolak setiap kali dr. Hyunjin ingin membawanya ke rumah sakit.

"Maaf, aku tak punya pilihan, aku harus membawamu ke rumah sakit."

"Aku tidak mau!"

"Ayolah, jangan menolak terus. Persediaan obat-obatan di rumahku sudah hampir habis, dan lagi pula meski aku seorang dokter tapi peralatan kesehatan yang ada di rumahku tidaklah selengkap di rumah sakit. Jadi kau harus mau ke rumah sakit,  jika ingin lekas pulih!"

"Kalau begitu berhentilah mengobatiku, Dok. Lepaskan aku keluar malam ini. Biarkan aku pergi," pinta Sing.

"Kau gila ya, mana mungkin aku melepaskanmu pergi dalam kondisimu yang masih sangat lemah dan terluka parah seperti ini? Apa kau pikir aku manusia yang tidak punya hati nurani, hah?"

"Biarkan aku pergi, Dok. Aku ingin menemui seseorang untuk terakhir kalinya," pinta Sing dengan mata berkaca-kaca.

"Apakah orang yang ingin kau temui adalah orang yang bernama Zayyan yang sering kau sebut dalam mimpimu itu?"

Sing mengangguk pelan.

"Heuh, aigoo! Seberapa pentingnya sih orang itu? Mana yang lebih penting, kesembuhanmu atau orang itu, hah?"

"Orang itu," jawab Sing tanpa ragu.

Dokter Hyunjin menghela napas lelah menghadapi sifat keras kepala Sing.

"Apa kau pikir, kau sanggup menemuinya sekarang? Berjalan sebentar saja kau sudah tidak kuat, apalagi ingin pergi menemui orang itu?"

Sing terdiam, tak mampu menjawab. Ia menyadari bahwa apa yang diucapkan dr. Hyunjin itu adalah benar. Dirinya terlalu lemah untuk berjalan.

"Sudahlah, jangan menolak lagi. Aku akan membawamu sekarang!"

"Tidak mau!!" Tolak Sing lagi.

Namun dr. Hyunjin tak mau mendengarkannya.

Setelah melepaskan kantong infus dari tiangnya, ia langsung memindahkan tubuh Sing ke atas kursi roda yang telah disiapkannya.

"Dokter, aku tidak mau ke rumah sakit, Dok!" Sing mengoceh, memprotes tindakan dokter muda itu.

Namun dr. Hyujin tak perduli, ia terus mendorong kursi roda itu menuju ke mobilnya dan tak lupa mengambil kunci mobilnya juga tentunya.

Dan malam itu, dr. Hyunjin pun membawa Sing ke rumah sakit tempat dirinya bekerja selama ini.

***

Setelah pembicaraan dengan kedua orang tuanya selesai, kini Dohyun memanggil Leo ke kamarnya untuk berbicara empat mata dengannya.

"Ada apa Hyung memanggilku?" Tanya Leo yang kini duduk di tepi ranjang kakaknya.

"Aku ingin membicarakan tentang masalahmu dan Sing," jawab Dohyun yang juga duduk di samping Leo.

"Masalah kami? Masalah apa?" Leo pura-pura tidak mengerti.

"Apa kau lupa apa yang telah kau lakukan pada Sing di malam sebelum dia menghilang, huh?"

Leo terdiam, karena tentu saja dia ingat, namun ia enggan menjawabnya.

"Kalian berdua bertengkar, pasti ada alasannya, kan? Dan jika boleh kutebak, apakah alasannya karena merebutkan seseorang yang kalian suka?"

Leo terhenyak, tak menyangka Dohyun akan menebak seperti itu. Karena memang itu merupakan salah satu alasan dirinya menghajar Sing malam itu, selain dari masalah taruhan itu.

Leo menelan ludah. "Hyung tahu dari mana?" Tanyanya kemudian.

"Hanya menebak saja kok. Jadi benar ya tebakanku?"

"Ya, bisa dibilang seperti itu," jawab Leo.

"Leo...Leo...kenapa sih harus ngerebutin Bona? Kayak nggak ada yang lain aja?" Ucap Dohyun.

"Ha??" Leo malah melongo. "Siapa juga yang ngerebutin Bona Noona? Ihh...aku aja nggak tertarik sama sekali sama gadis itu!" Batin Leo.

"Leo-ya, dari pada kamu berantem sama Sing hanya karena ngerebutin Bona, mendingan kamu cari gadis lain saja. Kan masih banyak yang lebih cantik dari Bona," Dohyun menasehati Leo.

"Hmm...sebenarnya kami nggak ngerebutin Bona Noona kok," ucap Leo.

"Terus ngerebutin siapa dong? Apa kamu menyukai gadis lain dan Sing menggodanya, begitu?"

"Enggak gitu juga. Nggak ada gadis lain yang aku suka kok," jawab Leo.

"Terus siapa dong yang kalian rebutin sampai kamu harus menghajar Sing seperti itu?"

Leo terdiam, dirinya tak mungkin memberitahu yang sebenarnya, karena ia tahu bahwa keluarganya pasti tidak akan setuju jika ia menyukai Zayyan.

"Leo-yaa, jawab dong! Kok diam?" Desak Dohyun.

"Maaf, Hyung. Aku nggak bisa kasih tahu siapa orangnya. Ini rahasia antara aku dan Sing Hyung."

"Aishh!" Dohyun mengusak rambutnya kesal. "Ya sudah, kalau kamu nggak mau memberitahu nggak apa-apa. Tapi tolong berhentilah memperebutkan orang tersebut dengan Sing! Karena bagaimana pun hubungan persaudaraan kalian jauh lebih penting ketimbang memperebutkan seseorang itu."

"Nggak bisa Hyung. Aku cinta sama orang itu. Dan Sing Hyung malah melukai orang itu, makanya aku marah sama dia dan menghajarnya."

"Sing melukai orang yang kau sukai?"

"Iya, Hyung."

"Oh, kukira Sing menyukainya juga."

"Ya, mungkin."

"Ha? Mungkin? Jika mungkin, berarti belum tentu Sing menyukainya, jadi untuk apa memperebutkannya? Kan kau bisa memilikinya seutuhnya?"

"Nggak semudah itu, Hyung. Karena orang yang kusukai sepertinya belum bisa move on dari Sing Hyung."

"Wah rumit sekali.".

"Ya, maka dari itu aku marah sekali sama Sing Hyung."

"Tapi...masalahnya sekarang kan Sing sedang hilang dan belum diketahui keberadaannya dan kondisinya bagaimana. Masa kamu mau marah terus hanya gara-gara masalah percintaan?"

Leo terdiam lagi, ia tak tahu harus menjawab apa.

Lalu Dohyun mengusap surai kepala Leo dengan lembut.

"Leo-yaa, bagaimana pun Sing adalah saudara kandung kita. Dan selamanya akan seperti itu. Baik di masa sekarang mau pun di masa yang akan datang, kita pasti akan saling bergantung satu sama lain. Di saat kau membutuhkan bantuan, aku dan Sing pasti akan datang membantumu. Begitu pula sebaliknya. Karena itulah gunanya saudara. Tanpa saudara, kita juga tidak akan mampu berdiri sendiri. Jadi cobalah kau renungkan, apakah selamanya kau ingin memusuhi Sing hanya karena seseorang yang kau sukai? Atau kau lebih memilih berdamai, karena sampai kapan pun Sing tetaplah saudaramu yang pastinya juga akan selalu ada untukmu, hmm?"

Leo tertunduk sedih.

"Leo-yaa, apa kau ingat waktu kau di rampok dan dihajar sampai babak belur oleh para perampok itu, siapa yang menyelamatkanmu dan sahabatmu Zayyan waktu itu? Sing, bukan?"

Leo mengangguk. "Iya."

"Nah, sekarang di saat Sing yang mengalami musibah, maukah kau menggunakan sedikit hati nuranimu untuk perduli padanya?"

Bulir air mata pun menetes di pipi Leo.

"Leo-yaa, sekarang jujurlah dari hatimu yang paling dalam, apakah kau menyayangi Sing sebagai saudaramu?"

Leo pun mengangguk. "Iya hiks...aku juga sayang sama Sing Hyung hiks...," tangis Leo pecah saat mengungkapkan perasaannya.

Dohyun pun tersenyum lega mendengar pengakuan adik bungsunya itu. Lalu kemudian ia menarik Leo ke dalam pelukannya, dan mengusap-usap punggungnya.

"Singkirkan dulu egomu ya, Leo."

"Iya, Hyung."

"Ya sudah tidur sana, sudah malam. Besok kita cari Sing lagi ya sama-sama," Dohyun pun melepaskan pelukannya.

"Iya, Hyung. Mulai besok aku mau ikut mencari Sing Hyung juga," ucap Leo sambil menghapus air mata di pipinya.

Dohyun pun kembali tersenyum, dan Leo pun balas tersenyum.

***

Sesampainya di rumah sakit, dr. Hyunjin langsung menempatkan Sing di salah satu ruang rawat inap. Dan dengan di bantu oleh para suster, dr. Hyunjin pun memeriksa kondisi Sing dan memberinya obat agar demamnya turun.

Sing akhirnya bisa tertidur karena pengaruh obat yang diberikan oleh dr. Hyunjin, meskipun sebelumnya Sing sempat merengek minta diijinkan ke luar dari rumah sakit.

Dokter Hyunjin lega karena akhirnya berhasil membawa Sing ke rumah sakit. Ia kini memandangi wajah damai Sing yang tengah tertidur.

Ia mengusap pipi Sing pelan, karena takut menimbulkan rasa sakit pada luka di wajahnya.

"Sing-ssi, aku senang bisa menemukanmu waktu itu dan merawatmu sampai saat ini. Kau sangat tampan dan manis. Dan wajah kita pun ternyata mirip. Apakah ini yang dinamakan jodoh? Sehingga aku bisa bertemu denganmu yang wajahnya mirip denganku?" dr. Hyunjin tersenyum.

"Sing-ssi, aku yakin kau adalah orang yang baik. Meskipun sejak awal aku menemukanmu, kau jarang bicara dan sering menunjukkan tampang dingin terhadapku. Tapi aku suka, aku suka meski kau bersikap dingin terhadapku."

Lalu dr. Hyunjin pun teringat akan hari di mana ia menemukan Sing.

Flashback

Pagi itu dr. Hyunjin yang baru pulang sehabis bertugas sebagai dokter jaga malam di sebuah rumah sakit tempatnya bekerja selama ini, melewati jalan yang biasa ia lewati dengan mobil yang dikendarainya.

Dan tanpa sengaja, dirinya melihat sosok pemuda yang tergeletak di pinggir jalan dalam posisi telungkup.

Hati nuraninya sebagai seorang manusia tergerak untuk berhenti dan memeriksa pemuda tersebut.

Saat dilihatnya kondisi pemuda itu yang terluka parah dan tak sadarkan diri, tanpa pikir panjang ia pun segera membopong tubuh pemuda itu ke dalam mobilnya dan membawanya ke rumah untuk dirawat.

Saat itu dr. Hyunjin belum menyadari jika wajah pemuda itu mirip dengannya, karena tertutup darah yang membasahi wajahnya.

Namun setelah dr. Hyunjin membersihkan wajah pemuda itu dan mengobati lukanya, dr. Hyunjin terkejut karena mendapati ada orang yang wajahnya mirip dengannya. Ia pun terkagum dengan ketampanan wajah pemuda itu. Karena meski pun terluka, namun wajah pemuda itu tetap terlihat tampan.

Dan setelah pemuda itu sadar, barulah ia mengetahui bahwa pemuda tersebut ternyata bernama lengkap Zo Chun Sing.

Flashback End.

***

Zayyan yang tak bisa tidur, memilih untuk pergi ke rooftop.

Ia sengaja mengenakan hoodie couple dan juga gelang couple pemberian Sing waktu itu, karena ia sangat merindukan Sing.

Sambil rebahan di sebuah kursi santai yang ada di rooftop itu, ia pun memandangi bintang-bintang di langit.

Zayyan kembali teringat akan pemuda yang wajahnya mirip Sing, yang dilihatnya di depan supermarket tadi siang dan juga ucapan Leo kepadanya tadi pagi.

Zayyan menghela napas lelah.

"Kuharap itu tadi benar adalah Singku. Besok aku akan pergi ke supermarket itu lagi, siapa tahu dia pergi ke sana juga. Dan jika besok aku bertemu denganmu lagi, aku akan berlari lebih kencang lagi mengejarmu dan berteriak sekeras mungkin agar kau melihatku. Dan jika kau melihatku, kau pasti akan berhenti kan Sing? Iya, kan?"

"Kuharap kau masih mau berbicara denganku, meski pun aku sudah mencampakkanmu karena aku kecewa padamu."

"Dan Ouyin...dia bilang suka padaku, dan memintaku untuk move on dari Sing? Tapi masalahnya sanggupkah aku secepat ini melupakan Sing? Hufft...!" Zayyan menghembuskan nafas kasar. Ia sendiri ragu jika dirinya bisa melupakan Sing.

Meski pun Zayyan telah dikecewakan oleh Sing, namun semua hal yang telah dilakukan Sing untuknya terlalu indah untuk ia lupakan.

"Sing, kau manis dan perhatian. Kau selalu membuatku melayang dengan sikap manismu itu. Tapi sayangnya kau masih milik Nona Bona. Seandainya kau tidak mengecewakanku dan sudah tidak berpacaran dengan Bona, mungkin kita masih tetap bersama saat ini."

Zayyan lalu menyentuh gelang pemberian Sing yang kini melingkar indah di tangan kanannya. Ia melepaskannya dan melihat sisi bagian dalamnya di mana di situ terukir nama SingZay.

"Aku mencintaimu, Sing," bulir air mata pun kembali menetes di pipi chubbynya.

"Dan aku sangat merindukanmu."

***

Keesokkan paginya, dr. Hyunjin menitipkan Sing pada salah satu suster untuk menjaganya dulu, karena dirinya harus pergi ke tempat lain.

Hari ini adalah jadwal di mana dr. Hyunjin harus mengunjungi pasiennya yang di rawat di rumah atas permintaan pasien tersebut.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 40 menit dari rumah sakit, akhirnya dr. Hyunjin pun tiba di kediaman pasiennya yang di rawat di rumah tersebut.

Karena para pelayan di rumah tersebut sudah mengenalinya, maka seperti biasa dr. Hyunjin yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam itu pun langsung diantar menuju ke kamar pasien.

Setelah tiba di dalam kamar yang dituju, dr. Hyunjin pun disambut dengan senyuman manis dari pasiennya yang berwajah pucat namun rupawan tersebut.

"Pagi, Dokter Hyunjin," sapa si pasien.

"Pagi juga, Beomsoo-ssi. Apa kabarmu hari ini?" Balas dr. Hyunjin pada pasiennya tersebut.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa Votmen.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

Saat di acara fansign China ❤️👇

Cr : ailla love_zayyan


Cr : Listen

Continue Reading

You'll Also Like

781K 57.8K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
2.6K 114 8
Setiap kejadian hidup dalam pikiran saya. BXB
16.1K 1.5K 25
Zayyan baru saja pindah ke kota baru dan ia menyewa sebuah unit apartemen di tengah Ibu Kota Seoul. Zayyan menyukai unit apartemen yang ditempatinya...
97.6K 24K 65
mereka berdua punya perjuangan masing masing.