Hai readers.. My CEO is My Ex update lagi.
minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin
selamat hari raya idul fitri 1445H
Tuan David dan asistennya tiba di depan ruang rawat inap Marissa, pintu perlahan di buka dari luar membuat Marissa yg sedang melamun pun menoleh kearah pintu.
"Gak jadi pergi ka.....k". Ucap Marissa lirih di akhir kalimatnya saat melihat siapa yg datang, Marissa mengira jika Marina kembali lagi ke kamarnya.
Marissa terkejut melihat kedatangan tuan David beserta asistennya, perasaannya menjadi was - was dan takut jika kedatangan mereka akan berakibat buruk untuk kelangsungan hidupnya ke depan.
"Ma-mas David.. Kok mas David bisa tau aku disini?". Tanya Marissa lirih saat tuan David berjalan kearahnya.
"Tentu saja saya tau, penyebab kamu dirawat disini pun saya tau". Suara bariton tuan David yg datar membuat tubuh Marissa menegang di tempat, pikiran - pikiran buruk sudah berseliweran di benaknya, hingga...
"Tapi saya kesini tidak ingin membahas hal itu". Tuan David menoleh kearah asisten pribadinya, sang asisten yg peka terhadap kode tuannya langsung membuka tas yg sedari tadi di tentengnya dan menyodorkan Map merah ke hadapan Marissa, "Ini Nyonya silahkan di baca dan Nyonya bisa menandatanganinya di sebelah sini". Ucap asisten pribadi Tuan David.
Marissa meneguk ludahnya secara kasar melihat tulisan yg tertera di dalam map, nafasnya naik turun dengan mata berkaca - kaca, ternyata benar firasatnya jika kedatangan suaminya membawa kabar buruk untuknya, "Ini maksudnya apa Mas?, bukankah kita belum melaksanakan sidang, kenapa aktanya sudah jadi". Marissa protes tidak terima di ceraikan secara sepihak oleh tuan David. Setidaknya Marissa ingin mempertahankan posisinya sebagai nyonya David Mahawira selama dalam kondisi sakit.
"Semua akan mudah asal ada uang Marissa, lebih baik cepat tanda tangani surat ini kalau tidak... ". Tuan David sengaja menggantungkan ucapannya agar membuat Marissa penasaran.
"Kalau tidak apa... mas mengancam aku, aku bisa tuntut balik mas David karena menceraikanku secara sepihak apalagi dengan kondisiku yg sedang sakit". Kata Marissa membuat tuan David tersenyum miring. Marissa tidak tau saja jika tuan David telah memegang kartu As-nya.
"Silahkan jika kamu sudah bosan hidup Marissa". Tantang tuan David. Marissa yg mendengar perkataan tuan David menjadi marah. "Maksud mas David apa?, aku juga berhak menyuarakan pendapatku dan aku tidak mau jika mas David menceraikanku apalagi dalam kondisi yg sedang sakit". Walaupun nantinya Marissa akan tetap di ceraikan oleh Tuan David setidaknya saat dia sakit dia masih menjabat sebagai Nyonya Mahawira, karena pasca operasi dia tidak boleh banyak gerak dan otomatis perlu bantuan orang lain, jika dia masih menjadi istri tuan David tentunya dia bisa dengan mudah menyuruh para maid untuk melayaninya 24 jam.
"Maaf menyela nyonya, lebih baik Nyonya tanda tangani saja seperti keinginan tuan David jangan sampai nyonya menyesal karena sudah menantang tuan David". Ucap sang asisten pribadi tuan David menyela.
"Tidak, aku tidak akan menandatangani akta cerai itu sebelum kondisiku benar - benar sembuh total". Ucap Marissa angkuh, dia yakin pasti tuan David akan memohon padanya agar mau menandatangani surat cerainya dan dia akan memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta harta gono gini kalau bisa dia akan meminta separuh aset yg di miliki tuan David di perusahaan.
"Terserah kamu Marissa, tapi jangan menyesal jika saya akan menyebarkan kelakuan busukmu pada media bahkan saya bisa memberi kesaksian pada pihak kepolisian tentang keberadaan Miranda putri kandungmu". Tuan David tersenyum smirk melihat wajah Marissa yg syok. Marissa diam mencerna apa yg baru saja dia dengar, Marissa menggeleng tidak percaya jika tuan David mengetahui fakta pahit tentang Miranda yg tidak pernah di akui sebagai putrinya, malah Marissa menanamkan dalam hatinya jika Miranda adalah anak pembawa sial di hidupnya.
"Ka-kamu.. Kata siapa Miranda putri kandungku mas?, apa mas lupa jika Miranda adalah putri jeng Marina teman arisanku". Sanggah Marissa. Dalam hati Marissa berharap tuan David percaya dengan perkataannya, tapi nampaknya tuan David tidak terpengaruh dengan sanggahan dari Marissa.
"Jangan beralibi lagi Marissa saya sudah tau semua kebusukanmu, lebih baik turuti permintaanku dan sebagai gantinya aku akan tutup mulut mengenai keberadaan Miranda". Ujar tuan David memberi Marissa pilihan, Marissa yg dalam keadaan terpojok pun hanya bisa mengepalkan tangannya erat, Marissa semakin marah dan benci dengan Miranda yg lagi - lagi menghancurkan impiannya menjadi orang kaya, Marissa semakin yakin bahwa Miranda adalah anak pembawa sial di hidupnya.
Marissa yakin suaminya akan melakukan apapun agar keinginannya terpenuhi termasuk memenjarakan Miranda.
Bagaimana jika tuan David sampai tau kalo dialah yg sudah membunuh mendiang istrinya. Bisa tamat riwayatnya.
Marissa menghela nafas panjang, mau tidak mau Marissa harus menurut dengan perintah suaminya yg sebentar lagi akan menjadi mantan suami, "Baiklah, tapi aku minta uang kompensasi sebagai pengabdianku menjadi istrimu selama sembilan tahun". Ucap Marissa pasrah dengan tatapan sendu. Marissa meminta uang kompensasi semata - mata untuk kelangsungan hidupnya kedepan.
Karena uang yg kemarin sudah di bawa Mario semua, jadi di ATM'nya hanya tinggal sisa sedikit.
Tuan David menoleh lagi kearah asistennya, sang asisten menyiapkan cek dan di serahkan pada tuan David "Saya rasa segini cukup, ambillah". Tuan David menyodorkan cek yg sudah di tanda tanganinya.
"Hah.. Ini tidak salah?, kenapa cuma segini?". Protes Marissa tidak terima pasalnya Tuan David hanya memberinya uang 500juta, sedangkan dia tidak bisa mendapat pemasukan lagi sebelum kondisinya benar - benar sembuh total.
"Kamu lupa jika kemarin sudah menarik uang lebih besar dari pada itu dan saya hanya memberikan sisanya". Tuan David masih menyodorkan cek di hadapan Marissa, "Segera tanda tangani surat cerainya dan ambil ini". Tuan David melempar cek kearah pangkuan Marissa.
Ya, tadi sebelum di tinggal keluar oleh Marina, Marissa meminta bantuan Marina untuk duduk miring.
Dengan berat hati dan tangan bergetar Marissa menanda tangani akta cerai yg di pegangnya. Mulai hari ini Marissa resmi bercerai dengan tuan David. Terlihat kelegaan di wajah tuan David saat Marissa membubuhkan tanda tangannya, berbeda dengan Marissa yg terlihat sendu dengan segala penyesalannya, mulai saat ini dia akan kembali lagi pada kehidupannya yg dulu sebelum mengenal tuan David.
"Aku mengorbankan lagi kebahagiaanku demi Miranda, nyatanya sebenci apapun aku padanya darah yg mengalir di tubuhnya lebih kuat dari rasa benci itu." dalam hati Marissa berperang dengan tindakan yg sudah di lakukannya, apakah sudah benar atau akan menyengsarakannya.
Setelah pulang dari rumah sakit nanti Marissa berencana akan mencari rumah kontrakan untuk dia tinggali, Marissa tidak enak jika menumpang di tempat sang kakak karena selama ini dia sudah merepotkan kakaknya terlebih saat dia belum tahu jika hanya di manfaatkan oleh Mario.
Tuan David memilih keluar bersama sang asisten setelah mengucapkan kata perpisahan dan terima kasih. Sambil berjalan di lorong koridor rumah sakit tuan David tersenyum tipis saat mengingat jika dia sudah resmi bercerai dengan Marissa, akhirnya dia sekeluarga terbebas dari wanita berbisa itu. Dengan akta perceraian ini tuan David bisa menjalankan rencana selanjutnya.
Sedangkan Marissa di dalam ruangannya menangis tergugu meratapi nasibnya.
***
Meninggalkan kisah hidup papahnya yg pelik, Devian menjalani hari - harinya dengan semangat, bagaimana tidak semangat jika hubungannya dengan Arunika semakin hari bertambah semakin membaik, Devian berharap kedepannya hubungan mereka akan awet sampai menuju ke jenjang yg lebih serius.
Namun Devian juga harus menyiapkan mental jika sewaktu - waktu Raditya kembaran Arunika kembali. Devian juga pelan - pelan meyakinkan Arunika tentang perasaannya yg tulus dan sangat mencintainya.
"Rick nanti gue akan meeting ke perusahaan Dewangga Group sama Arunika, sementara lo handle dulu kerjaan gue". Ujar Devian. Saat ini Erick berada di ruangan Devian membawa berkas untuk di mintai tanda tangan.
"Kenapa tidak sama gue aja Boss, kan sekalian gue mau liat cewek gue disana". Usul Erick. Erick tidak sabar ingin bertemu kekasihnya yg memang bekerja disana. Rasanya Erick sudah rindu meski tadi pagi mereka bertemu.
"Kalo lo ikut kesana yg ada Arun akan keteteran mengerjakan semua ini". Kata Devian sambil membubuhkan tanda tangan pada berkas - berkas yg di bawa Erick tadi, "Nanti papah akan kesini lo bisa diskusiin ini sama papah". Erick hanya mengangguk mengiyakan. Dia tidak bisa membantah ucapan atasannya apalagi sekarang memang waktunya bekerja jadi Erick harus profesional.
Devian melangkah menuju ruangan Arunika, saat tiba di depan ruangan kekasihnya yg memang tidak tertutup rapat pintunya dia tidak sengaja mendengar Arunika sedang berbicara di telepon dengan seseorang di seberang sana. Dengan penasaran Devian menempelkan telinganya pada pintu, karena badannya terlalu menempel hingga saat Erick menyapanya Devian menjadi kaget dan tak sengaja mendorong pintunya, Devian tercengang melihat apa yg kekasihnya lakukan begitupun dengan Erick.