My CEO is My Ex (On Going)

By WahyuniTyas3

4.5K 160 0

Bagaimana jadinya jika mantanmu adalah CEO di tempatmu bekerja, apalagi dia yg telah menorehkan luka di hatim... More

Prolog
Hilangnya Arunika
Kemarahan Raditya
Promnight
Kepergian Arunika
Penyesalan Devian
Bertemu Kembali
Perjodohan
Kau masih Kekasihku
Bertemu Kiara
Kedatangan Miranda
Ancaman Bondan
Misi Raka dan Arunika
Medusa dan Ratu Drama
Sahabat?
Perjanjian
Oma Renata
Aku Menyesal Arun
Kulkas dua pintu
Lebih Dekat?
Cemburu
Makan Malam 1
Makan Malam 2
Selena si Ratu Drama
Rencana Marissa
Pertemuan Oma Renata dan Arunika
Makan Siang
Di permalukan atau Mempermalukan
Sumpah Miranda
Penangkapan Bondan
Have Fun
Perjanjian Selena dan Erick
Deal
Are You Okay?
Jogjakarta punya cerita
Alasan Devian
Pengganggu
Senja yg Romantis
Amnesia disosiatif
Fakta Baru
Selena Berubah
Kaburnya Miranda
Rahasia Marina
Misi Rahasia
Permintaan Arunika
Kembaran Arunika
Devian cemburu?
Kejutan untuk Erick
Aksi Clarissa
Arunika ngambek?
Surprised Birthday
Surat penangkapan Miranda
Bukti baru tentang Marissa
Selena pamit
Raditya kembaran Arunika?
Tentang Arunika
Surat gugatan cerai
Marissa dan selingkuhannya
Kepergian Selena
Marissa Kritis
Rencana tuan David
Resmi bercerai
Aksi absurb Arunika
Karma tabur tuai
Curahan hati Clarissa
Bertemu calon mertua
Pemilik Hatiku
Marissa di tangkap

Marissa sadar

23 2 0
By WahyuniTyas3

"Tapi sayangnya kita sudah sampai Mel". Ucap Mario sambil menunjuk ruang Obgyn di depannya.

"Ta-tapi Yo aku tidak... ", Melisa sengaja tidak melanjutkan ucapannya, namun dengan cepat dia mencabut infus yg melekat di tangannya dan segera bangkit dari kursi roda yg di dudukinya. Saat Melisa baru berjalan tiga langkah, Mario dengan cepat menahan pergelangan tangannya dan menyeretnya untuk masuk ke dalam ruang Obgyn meninggalkan kursi roda yg masih di depan ruangan itu. Tangan Melisa mengeluarkan darah karena dia menarik kuat infusnya, namun Melisa serta Mario tidak menghiraukannya. Mario terlalu fokus agar Melisa tidak kabur darinya, sedangkan Melisa menyusun rencana jika nanti dia ketahuan hamil.

"Mau kemana Mel, kamu tidak akan bisa lolos dari aku". Ujar Mario dingin dengan tatapan menusuk kearah mata Melisa yg membuat ibu hamil itu ketakutan, pasalnya wajah Mario benar - benar menyeramkan saat marah.

"A-aku mau ke toilet, ya mau ke toilet". Kata Melisa mencari alasan sambil menatap kearah lain, dia tidak berani menatap wajah Mario yg sudah di selimuti amarah.

"Jangan banyak alasan, cepat masuk". Perintah Mario tegas dan tak terbantahkan. Melisa pasrah menuruti perintah Mario. Dengan tubuh lemas Melisa masuk ke dalam ruang Obgyn dan di ikuti Mario di belakangnya.

"Selamat siang bapak ibu, ada yg bisa kami bantu". Sapa sang dokter kandungan dengan ramah.

"Saya ingin memeriksakan kandungan tunangan saya Melisa dok, dan ini surat pengantar dari UGD". Kata Mario sambil menyerahkan surat dari dokter UGD. Dokter UGD kemarin menyarankan agar Mario memeriksakan kandungan Melisa di poli Obgyn dan dokter UGD juga memberikan surat sebagai pengantarnya.

"Baik pak saya lihat data ibu Melisa dulu, bapak dan ibu bisa tunggu sebentar". Ucap sang dokter sambil mengoperasikan komputer di depannya, "Mari ibu silahkan berbaring di brankar kita akan melakukan USG untuk mengetahui perkembangan janinnya". Lanjutnya.

Sang dokter kandungan di bantu oleh perawat mengoleskan gel ke perut Melisa yg agak sedikit membuncit, lalu dokter itu menggerakkan transducer di atas perut Melisa yg di olesi gel tadi, pada layar monitor terpampang jelas gambar rahim Melisa yg terdapat janin yg masih berupa segumpal darah yg besarnya masih sebiji kacang tanah, sang dokter juga menjelaskan bahwa janin yg berada dalam kandungan Melisa sangat sehat meski kemarin Melisa sempat mengalami syok untungnya tidak mempengaruhi perkembangan janinnya, dan saat ini kandungan Melisa berusia 6 minggu seperti penjelasan dokter yg jaga di UGD kemarin.

Perawat membersihkan sisa gel di perut Melisa dengan tissu lalu membantunya untuk duduk. Setelah itu Melisa kembali duduk di samping Mario yg berhadapan dengan sang dokter kandungan.

"Tolong di jaga pola makannya ya Bu, bapak juga harus mengingatkan tunangannya, ibu Melisa untuk sementara waktu tidak boleh banyak gerak dulu dan hindari stres". Ucap sang dokter memberi nasihat pada Melisa dan Mario.

"Dok apa bisa melakukan tes DNA selama bayinya masih dalam kandungan?". Tanya Mario yg mendapat pelototan dari Melisa. Dalam hati Melisa ketar - ketir jika Mario mengetahui fakta tentang kebusukannya.

"Kamu apa - apaan sih Yo". Bisik Melisa lirih. Melisa tidak berani bersuara keras karena takut di dengar dokter di depannya.

"Bisa pak, tapi saat kandungan sudah berusia 10 - 12 minggu". Jelas sang dokter membuat Mario manggut - manggut, dia tidak perlu menunggu waktu lama agar semuanya terkuak, dan Mario sangat yakin jika bayi yg di kandung Melisa bukanlah darah dagingnya melainkan dari lelaki lain. Mengingat itu Mario menjadi geram terhadap Melisa.

"Kalau begitu kami permisi dulu dok, terima kasih". Pamit Mario berjabat tangan dengan dokter di depannya dan di ikuti oleh Melisa, Mario mencengkeram erat lengan Melisa agar tidak bisa kabur darinya.

Sebelum melakukan USG tadi, tangan Melisa yg terluka bekas jarum infusnya sudah di obati oleh perawat.

Saat mereka sudah berada di luar ruangan, Melisa menyentak tangan Mario, "Kamu apa - apaan sih Yo bertanya seperti tadi?, kamu meragukan darah dagingmu sendiri?". Tanya Melisa dengan memasang wajah sendu. Biasanya Mario akan luluh saat melihat wajah sedihnya dan sebisa mungkin Melisa akan mencari alibi agar Mario percaya padanya.

"Aku hanya ingin memastikan saja, tapi melihat kamu marah itu sudah bisa membuktikan kalo janin itu bukanlah darah dagingku melainkan lelaki lain mengingat usia kandunganmu sudah 6 minggu padahal saat itu aku tidak pernah menyentuhmu". Ujar Mario dengan seringai sinis apalagi melihat wajah terkejut Melisa hingga pucat pasi.

Saat Melisa ingin membuka suara, Mario segera menimpalinya, "Sudahlah Mel jangan beralibi lagi sebelum aku murka, sekarang ikut denganku". Mario menyeret kembali lengan Melisa keluar dari rumah sakit, Mario mendorong paksa Melisa agar masuk ke dalam mobilnya, setelah itu Mario mengemudikan mobilnya dengan kecepatan kencang berbaur dengan banyaknya kendaraan yg berlalu lalang. Entah Mario akan membawa Melisa kemana, yg jelas Melisa saat ini sedang tidak aman dari cengkeraman Mario.

***

Pasca operasi Marissa masih belum sadarkan diri hingga enam jam kemudian Marissa menggerakkan sedikit jari - jari tangannya, Marina yg saat itu sedang tertidur di kursi samping brankar dengan tangan yg menggenggam jari Marissa pun terkejut karena ada pergerakan pelan di tangannya. Marina membuka matanya dan saat di lihat ternyata Marissa sudah sadarkan diri, dengan segera Marina memencet tombol merah di atas ranjang agar dokter bisa segera memeriksa kondisi Marissa.

"Alhamdulillah Sa, akhirnya kamu sadar juga". Ucap Marina sambil menitikkan air matanya.

"Mi-minum". Lirih Marissa menggerakkan bibirnya pelan, Marina yg peka jika Marissa meminta minum pun segera mengambilkan air mineral beserta sedotannya, satu menit kemudian dokter datang memeriksa keadaan Marissa.

"Puji Tuhan ibu Marissa sudah melewati masa kritisnya, untuk saat ini kondisi fisik ibu Marissa masih lemah dan harus di rawat inap tiga hari kedepan, apa ada keluhan bu Marissa?". Ucap sang dokter yg di selipi pertanyaan di akhir kalimatnya agar bisa menindak lanjuti jika ada sesuatu yg terjadi pasca operasi. Marissa hanya menggeleng lemah saat di tanya oleh dokter di sampingnya.

"Baik kalau begitu saya permisi, Mari bu Marina". Sang dokter berlalu meninggalkan Marissa yg saat itu langsung meringis menahan sakit.

"Ssshhhh.... ". Desis Marissa menggigit bibirnya dengan wajah pucatnya.

"Kamu kenapa Sa?, mana yg sakit?". Tanya Marina yg melihat jika adiknya kesakitan.

"Punggungku kak, sebenarnya apa yg terjadi padaku kak?". Tanya Marissa penasaran. Marissa lupa dengan kejadian kemarin yg telah menimpanya.

"Ceritanya panjang Sa, lebih baik kamu istirahat saja dulu agar kondisimu cepat pulih, kakak tinggal sebentar ke kantin untuk membeli makanan". Ucap Marina yg ingin menghindar dari Marissa. Marina melangkah kakinya keluar dari ruangan Marissa, namun sebelum itu Marina menoleh ke belakang menatap adiknya dengan tatapan sendu.

Saat di koridor rumah sakit Marina tidak sengaja berpapasan dengan tuan David dan asisten pribadinya.

"Tu-tuan David..". Ucap Marina lirih, namun masih bisa di dengar dengan baik oleh tuan David maupun asistennya.

Tuan David menghentikan langkahnya begitupun asistennya.

Tuan David mengerutkan keningnya, dia merasa tidak asing dengan wajah wanita di depannya, "Siapa?". Tanya tuan David dingin. Tuan David paling anti berbasa - basi dengan orang yg tak di kenalnya.

"Saya Marina tuan, ibu dari Miranda yg sempat ingin di jodohkan dengan putra anda". Jawab Marina formal sambil mengukir senyum tipis di bibirnya. Tuan David pun berdehem singkat merespon jawaban Marina.

"Tuan ingin menjenguk siapa?". Tanya Marina lagi. Marina penasaran dengan tujuan tuan David ke Bandung, dia takut jika Tuan David mengetahui kalo Marissa sedang di rawat disini karena insiden dengan selingkuhannya, Marina tidak mau adiknya di ceraikan oleh Tuan David apalagi dengan kondisi Marissa yg masih lemah seperti sekarang.

Mendengar pertanyaan dari Marina, Tuan David mengangkat kedua alisnya pertanda meminta penjelasan, "Ma-maksud saya.. Saya hanya ingin tau tujuan tuan David kemari, tidak mungkin bukan jika tuan David rela jauh - jauh datang ke bandung hanya untuk periksa kesehatan padahal di jakarta banyak rumah sakit yg lebih memadahi fasilitasnya di banding disini, maaf jika saya lancang tuan". Jelas Marina dengan tergagap. Marina takut salah bicara dan bisa membuat tuan David marah apalagi saat Marina melihat tatapan mata tuan David yg menghunus netranya.

Tuan David memilih pergi tanpa merespon sepatah katapun ucapan Marina, hanya sang asisten yg berada di belakangnya memberi peringatan pada Marina agar tidak ikut campur dengan urusan tuannya.

"Jangan mencampuri urusan yg bukan menjadi hakmu jika kamu tidak ingin terusik setelahnya". Ujar sang asisten tuan David datar sedatar wajahnya. Tanpa menunggu jawaban dari Marina asisten tuan David pun bergegas menyusul langkah tuannya yg sudah jauh di depannya.

Marina mematung di tempat mencerna ucapan asisten Tuan David.

Continue Reading

You'll Also Like

185K 8.5K 75
"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saj...
3.1M 157K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.7M 314K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
857K 12.2K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+