I WANT YOU (END)

By SriNNingsih

1.8M 140K 1.9K

Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak d... More

PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
EPILOG
Persiapan untukmu, Ace!
Hello

78

6.9K 777 23
By SriNNingsih

Raja Helium beserta pasukannya telah sampai di depan gerbang istana. Prajurit berbaris rapi telah siap dengan perlengkapan perangnya. Ditambah dengan kehadiran prajurit Shadow Knight. Raja Helium benar-benar tidak akan memaafkan musuhnya yang telah berani mengusik ketenangan kerajaannya.

Berbagai serangan dan lemparan dari pasukan kerajaan Renegades membuat seluruh pasukan Orthello dalam mode waspada. Mereka menyerang kembali untuk tetap dalam posisi bertahan. Kerajaan Orthello benar-benar dalam situasi genting, karena serangan mendadak dari kerajaan Renegades.

Banyak rakyat jelata yang berlari dan memilih untuk mengevakuasi mandiri dibantu oleh beberapa prajurit asing dengan lambang burung phoniex merah. Rakyat juga mempersiapkan diri jika sesuatu hal buruk terjadi pada kerajaan Orthello. Para rakyat hanya berharap, Pangeran Kedua dapat mempertahankan atau merebut kekuasaan dari Raja Ricard. Meskipun mereka tahu akan rumor buruk Pangeran Kedua, tapi mereka paham bahwa sosok seperti Pangeran Kedua-lah yang mereka butuhkan.

Di tengah pergulatan sengit diantara dua kerajaan, Raja Helium merasakan aura kegelapan yang sangat pekat. Dengan keahliannya, sang Raja mencari sumber aura tersebut yang berasal dari dalam istana. Ia yakin ada pertarungan hebat disana. Raja Helium menebas beberapa kepala prajurit diatas kuda hitamnya. Lemparan busur panah menghujani prajurit yang berjaga dibalik tembok pertahanan.

Dengan peralatan penunjang, dinding pertahanan istana berhasil di runtuhkan.

"Pangeran Daniel, kita bagi 2 penyerangan! Kalian bantulah Ace. Aku akan menyusul jika sudah tertangani disini!" Perintah Raja Helium.

"Baik, Yang Mulia!" Jawab Daniel.

Tak lama pasukan Shadow Knight terbagi 2 karena sebagian membantu Raja Helium. Pertahanan istana tak begitu kuat, karena memang ada 2 penyerangan disaat istana sedang sibuk menggelar pesta pernikahan sang Raja baru. Keuntungan bagi Raja Helium karena ia tahu Raja Ricard tak secakap Pangeran Kedua Ace Ellenius.

Daniel mengerahkan pasukannya menuju bagian dalam istana, dimana aura kegelapan berasal. Pria bernetra coklat itu merasa amat tertekan karena merasakan kekuatan membunuh yang amat besar.

Tampak Ace dan Thalia berusaha mengalahkan sosok makhluk tinggi dan besar dengan penampilan menyeramkan. Daniel yakin bahwa perwujudan makhluk itu telah sempurna hingga mampu muncul di dunia. Kuda mata merahnya menyala di balik topeng tengkoraknya.

Ace sangat lincah melompat dari satu tempat ke tempat yang lain, ia memanfaatkan kelebihanmya berteleportasi untuk melancarkan serangan sihirnya. Beberapa kali serangannya mengenai sosok seram tersebut hingga jatuh kebelakang. Sementara, Thalia gadis biasa yang tidak memiliki sihir tanpa ragu memberikan serangan bertubi-tubi pada makhluk tersebut.

"Pasukan panah bersiap!" Perintah Daniel memberikan aba-aba. "Tembak!" Serunya.

Ribuan panah melayang terbang diatas langit menyerang makhluk mengerikan tersebut. Ace melihat sekilas pasukan sudah datang untuk membantunya. Thalia juga merasa sedikit lega.

Pasukan istana tak tinggal diam, di bawah perintah Duke Smith perperangan kembali pecah membuat suasana semakin memanas dan berdarah. Bau darah menyengat, rumput hijau telah berubah menjadi merah, mengkilat dan lengket akibat cipratan darah prajurit yang tewas.

Keadaan Duke Smith semakin terjepit. Ia ingin sang Ratu yang telah berubah menjadi monster ikut turun membantunya. Akan tetapi, kenyataannya sang Ratu lebih fokus menghadapi kedua suami-istri yang masih gencar menyerangnya tanpa rasa lelah. Ia tak bisa mengandalkan siapapun.

Duke Smith memejamkan matanya, ia berkonsentrasi. Sihir hitamnya memang tak sesempurna milik Ratu Julie. Tapi, Duke Smith tidak merasa ragu. Netra heterochromia muncul, pria itu tidak berubah menjadi monster seperti sang Ratu.

Ricard membawa jasad Salsabila ketempat yang ia rasa aman, ia menutup pintu rapat-rapat dan kembali ke tempat dimana peperangan kembali terpecah. Ia harus melindungi kerajaannya, meskipun hatinya tidak sedang baik-baik saja. Ada gejolak kemarahan kepada sang Ibu karena ia baru memahami kalau sang Ibu menjadi dalang utama kasus keguguran di kerajaan Orthello meningkat dan menjadi penyebab utama peperangan antar kerajaan terpecah.

Ricard membulatkan tekad, jika ia berhasil memenangkan peperangan tersebut. Maka ia akan menghukum para pemberontak termasuk ibunya sendiri yang telah mempermainkan aturan dan ketatanan kerajaannya.

"Aku akan ikut terjun dalam peperangan. Siapkan pasukan sebanyak mungkin. Kita akan menghadapi 3 musuh besar sekaligus." Ujarnya kepada tangan kanannya. "Kita harus bisa bermain secara halus, agar tidak kentara."

"Baik, Yang Mulia!" Jawabnya.

"Aku tak bisa mempercayai siapapun lagi, bahkan terhadap ibuku sendiri." Gumam Ricard dengan kedua mata berkilat penuh rasa amarah—ia menahan gejolak amarah didalam hatinya karena fakta yang baru ia ketahui dan itu sudah sangat terlambat, mengingat janin yang dikandung Salsabila merupakan buah hatinya diambil paksa oleh Ibunya untuk penyempurna ilmunya.

***___***

Monster itu kembali mengeluarkan serangannya, kedua pasukan lawan terhempas kebelakang. Daniel mencoba bertahan. Ace membuat pelindung dan Thalia menghindar dengan bersembunyi di balik pohon.

"Kalau begini, bagaimana bisa menyerang secara beruntun?" Tanya Thalia berusaha berpikir.

Ia tak akan mudah menyerang monster itu jika sendirian, Thalia tak mempunyai keahlian spesifik seperti Ace yang dapat berteleportasi—Thalia hanya bisa bertarung jarak dekat, dan jarak jauh menggunakan pisau kecil. Sempat terpikirkan cara bertarung bersama Ace menggunakan keahliannya, ia ingin mencobanya walaupun hanya sekali serangan—Thalia tahu batas penggunaan teleportasi, ia tak mau Ace dalam masalah jika terus menerus menggunakannya.

Netra gelapnya menatap kearah pria berambut merah. Ace kembali menyerang monster berwajah tengkorak itu menggunakan sihirnya. Ledakan demi ledakan akibat benturan elemen sihir yang berbeda membuat api tersulut dan terbakar. Pertarungan antara manusia dan monster berlangsung sangat sengit. Thalia ingin membantu tapi ia benar-benar di larang oleh Ace.

Ace melakukan serangan demi serangan, ia juga menghilang ke satu tempat ke tempat lain untuk melancarkan serangan dan menghindar untuk bertahan. Ketika ada celah dimana Thalia bisa mendekati Ace, gadis itu segera berlari dan mendekatinya.

"Ace!" Tangan Thalia meraih jemari kekar Ace.

Netra merah berkilat penuh aura membunuh terlempar menatap Thalia. "Apa yang kau lakukan disini? Bersembunyilah! Ini sangat berbahaya untukmu!" Sergah Ace dengan nada penuh kekhawatiran.

Thalia menghela nafas panjang. "Aku tak bisa membiarkanmu berjuang sendiri." Balasnya. "Ayo kita hadapi bersama! Kau membutuhkanku dan aku juga membutuhkanmu!" Ucapnya.

"Tapi, aku tak bisa membiarkanmu terluka!" Tolak Ace—pria itu khawatir akan keselamatan Thalia setelah melihat kematian Salsabila.

"Dan aku tidak akan membuat diriku terluka dengan mudahnya, sayang!" Balas Thalia dengan nada tegasnya. "Ayo kita bekerja sama! Kita saling membutuhkan. Dengan begitu kemungkinan monster itu akan cepat terkalahkan."

Ace menimbang-nimbang, ia melihat kegigihan di kedua mata Thalia yang gelap itu tanpa rasa ragu—Ace pun luluh.

"Baiklah, kamu ada rencana?" Tanya Ace.

Thalia mengangguk, "Kita serang bersama. Aku membutuhkan keahlianmu untuk berteleportasi." Ujarnya.

Ace mengangkat sebelah alisnya. "Kau juga bisa melakukannya, Tha." Ujar Ace.

"Benarkah?" Tanya Thalia kaget.

"Iya, tapi tidak sepertiku. Kamu bisa teleportasi hanya saja berpindah dimensi terlebih dahulu." Paparnya.

"Berpindah dimensi?" Thalia mencoba memahami.

Ace menganggukkan kepalanya, "Benar, masih ingat kita berdua jalan-jalan di danau? Tempat itu tidak ada di dunia ini dan hanya ada di dimensi lain." Paparnya. "Kamu hanya menghilang karena berpindah dimensi. Saat kamu kembali, kamu akan tetap di tempat semula saat kamu menghilang tadi." Sambung Ace menjelaskan. Gadis bernetra gelap itu mengangguk memahami.

"Aku paham. Kalau begitu. Ayo kita serang bersama-sama terlebih dahulu. Aku akan menyerang secara langsung dan kamu serang dengan kekuatan sihirmu." Thalia mulai bersemangat. Kedua netra gelapnya menatap tajam kearah monster yang menghajar pasukan Shadow Knight.

Dengan jemari tangan saling bertautan, Ace dan Thalia menyerang monster Mictlan itu bersama-sama. Thalia menyerangnya dengan jarak dekat, ia mengfokuskan menyerang bagian vital seperti mata, leher dan jantung. Sedangkan Ace menyerang monster itu dengan sihir dan pedangnya. Pergerakan mereka berdua sangat lincah dan gesit. Menyerang, menghilang, menyerang, dan menghindar. Membuat Mictlan menggeram marah karena merasa kelimpungan.

Thalia melihat ada kesempatan emas, ia pun segera melepaskan tautan tangannya—hal itu membuat Ace terkejut. Gadis berambut hitam itu melayang tepat di depan wajah Mictlan, dengan sekali ayunan pedang yang ada di tangan Thalia. Salah satu mata Mictlan menjadi sasarannya.

"Arghhh!" Geraman sarat kesakitan menggema. Jari-jari besar Mictlan tak tinggal diam, ia berusaha melukai Thalia.

Gadis itu menghilang tepat di saat jari-jari berkuku panjang hampir menyentuh tubuhnya. Ace tak membuang kesempatan, ia melayangkan serangan sihirnya dan berhasil membuat monster itu terpelanting ke belakang. Darah kehitaman di kepalanya mulai merembes keluar.

Thalia muncul kembali setelah ia berpindah dimensi—tubuhnya melayang turun kebawah akubat tarikan gravitasi bumi. Kedua netra hitamnya menatap monster tersebut sudah tergeletak tepat di bawahnya. Thalia bersiap untuk menusuk bagian jantungnya monster tersebut dengan pedang sihirnya.

Jleb

Pedang beraura kehitaman menusuk di dada kiri monster tersebut. Suara geraman memekakkan telinga akibat rasa sakit di dada kirinya. Mata kiri Mictlan bersinar merah, menatap penuh amarah kepada Thalia.

"Kamu tak akan mudah menggulingkanku. Dasar keponakan tidak tahu diri!" Ujarnya dengan suara menggelegar.

Kedua mata Thalia melebar dan tubuhnya pun melayang terpelanting ke belakang. Mictlan berhasil menyerang Thalia menggunakan sihirnya yang mematikan.

"Thalia!" Seru Ace saat melihat tubuh Thalia yang berselimut asap kehitama terpental jauh.

Bruak

Tubuh Thalia menghantam dinding istana, muntahan darah keluar dari mulutnya akibat luka dalam yang ia dapatkan. Sekujur tubuhnya terasa sakit dan panas seperti terbakar.

"Ughh!" Thalia mengerang kesakitan.

Ace segera menghampiri istrinya. Dengan hati-hati, Ace membaringkan istrinya di pangkuannya. Pria itu berusaha menetralkan sihir yang masih menyerang tubuh Thalia dari dalam. Kedua mata Thalia terpejam, ia menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.

"Dia tidak akan selamat setelah terkena Sihir Hitam Penghisap Jiwa." Ujar Mictlan. Suara tawa monster itu menggelegar.

Ace tak memperdulikan omongan si Dewa Kematian. Ia masih fokus mengalirkan sihirnya untuk menyelamatkan Thalia.

Mictlan kembali merapalkan matra Sihir Penghisap Jiwanya. Ia menargetkan Ace sebagai musuh utama sang Ratu Julie. "Dengan begini, aku bisa kembali ke duniaku!" Serunya melemparkan sihir hitam ke arah Ace.

Asap kehitaman terbang dengan cepat menuju ke target. Mictlan menatap dengan seringaiannya yang menakutkan tidak sabar melihat Ace kesakitan akibat serangan yang ia lontarkan.

Duarrrrrrr

Ledakan menghancurkan sisi istana akibat benturan yang membuat asap kehitaman tersebut terpental kearah lain. Kobaran api semakin membesar membuat sisi istana mulai termakan si jago merah.

Mictlan menatap penuh permusuhan kepada pria yang sudah menangkis sihirnya agar tidak mengenai Ace. "Datang lagi pengganggu yang lain!" Ujarnya kesal.

"Aku tidak akan membiarkan penganut sihir sesat sepertimu mempora-porandakan tata aturan dunia ini!" Seru Raja Helium yang datang tepat pada waktunya.

🌹🌹🌹

Terimakasih yang sudah membaca sampai chapter ini..
Maafkan kalau memang ceritanya rumit dan berakhir membosankan..
Tapi, aku memang menulis apa yang aku mau dan apa yang ada diotakku.. Hehehehe...

Sampai ketemu setelah Lebaran ya!!

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon maaf Lahir dan Batin

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 119K 95
Satu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan sega...
674K 41.2K 68
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
823K 93K 72
Warning, Red flag ML! Maylafaisha meninggal karena keselek mie dan ketika dirinya membuka mata BAAM! ia menjadi ibu tiri dari novel yang ia baca bern...
1.3M 182K 38
Ketika aku tertabrak, Aku pikir, Aku akan terlahir kembali sebagai babi. Ternyata aku Menjadi Marchioness.