Avenoir | Jung Jaehyun (ON...

xieshila

721 424 56

Walaupun sudah terikat janji suci sebagai sepasang suami-istri, kehidupan rumah tangga dua sejoli tersebut ma... Еще

Prologue
Satu
Dua
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
[Dibaca dulu]

Tiga

55 37 3
xieshila

Disclaimers:
● Cerita ini adalah FIKSI. Mohon kebijakan pembaca untuk tidak membawa karakter dalam cerita ini ke dalam kehidupan nyata visual yang bersangkutan;
● Jika ada kesamaan nama, tempat, atau alur, itu murni ketidaksengajaan;
● Jika ada typo, mohon dimaklumi dan boleh ditegur agar bisa direvisi nanti;
Last but not least, jangan lupa meninggalkan like dan komentar sebagai bentuk apresiasi terhadap cerita ini. Makin antusias kalian, makin bagus.



"Terima kasih sudah mau menemuiku untuk berbicara," ucap Kangta.

Atensinya yang sedari tadi menatap Irish, kini beralih ke dua pria lain yang duduk tidak jauh dari posisi mereka berdua berada dalam hitungan sekon yang singkat. Merasa diperhatikan lekat-lekat dengan tatapan mengintimidasi, membuat Kangta menggaruk tengkuk lehernya yang sama sekali tidak gatal.

Memperhatikan gerak-gerik pria di hadapannya, membuat Irish menyipitkan matanya curiga lalu bertanya, "Kenapa diam? Bukannya tadi ada hal penting yang ingin kau bicarakan denganku?"

"Aku rasa berbicara di lobi terlalu terbuka. Apa kita tidak bisa berbicara di dalam apartemenmu saja?"

"Jika ingin berbicara, katakan saja di sini," tegas Irish. "Selain itu, aku tidak bisa sembarangan mengizinkan orang asing untuk masuk ke dalam apartemenku."

Ketika kalimat terakhir terucap, Irish bisa melihat tubuh Kangta menegang seketika diikuti dengan sepasang matanya yang mengerjap cepat. Ironisnya, hati kecil Irish berharap bahwa ucapannya barusan dengan menyebutkan kata 'orang asing' bisa memukul batin pria yang tidak pernah mencintainya itu.

"Sepertinya, kau diawasi, Rish. Apa perlu aku panggilkan security?"

"Maksudmu dua pemuda yang duduk tidak jauh di belakangku?" tanya Irish. Melihat Kangta yang merespons dengan anggukan singkat, membuatnya tertawa kecil. "Abaikan saja, mereka tidak berpotensi untuk melukaiku barang sedikit pun."

"Apa kau yakin?"

"Ya, aku yakin," jawab Irish, Ketimbang dua cecunguk yang bermusuhan di belakang sana, dirimu jauh lebih membahayakan karena lebih berpotensi untuk menyakiti hatiku, Kangta. "Tidak usah khawatir, aku mengenal mereka berdua dengan baik," lanjutnya.

"Memangnya mereka siapa?"

Irish berbalik lalu menunjuk ke arah Jaish dan Jaiveer secara bergantian. "Dia adalah adikku, satunya lagi adalah sepupuku."

"Mengapa kamu tidak pernah memberitahuku?" Respons Kangta terkejut.

Mendengar hal itu, membuat Irish tersenyum tipis. "Hubungan kita berdua hanya sebatas bisnis. Jadi untuk apa berbagi hal pribadi dengan orang asing?"

Lagi-lagi Irish menekankan kata 'orang asing' dalam perkataannya. Ketimbang marah-marah atau lepas kontrol seperti aksinya yang membabi buta waktu itu, Irish lebih memilih untuk membuat lawan bicaranya merasa tidak nyaman dengan ucapannya. Tujuannya pun sederhana, mendepak pria yang sudah mematahkan hatinya secepat mungkin dari hadapannya ini.

Irish melirik arlojinya. "Waktuku tidak banyak. Jadi katakan."

"Maaf."

Irish menelan salivanya. "Tidak perlu minta maaf, ini hanya hubungan bisnis."

Padahal dalam hati yang terdalam, Irish menahan mati-matian agar suaranya tidak bergetar karena berbohong demi menutupi sakit hatinya.

"Tapi tetap saja, aku ingin minta maaf karena sudah menyakiti hatimu, Rish."

Irish menghela napas panjang, Apakah aku harus berbohong lagi?

"Sudah kubilang, hubungan kita adalah hubungan bisnis. Jadi tidak perlu minta maaf karena aku sama sekali tidak merasa sakit hati dengan tindakanmu."

"Jika memang benar seperti itu, mengapa kau memukulku waktu itu?"

"Perselingkuhanmu sudah ramai dibicarakan di dunia maya. Orang-orang yang ada di lokasi syuting juga sudah mengetahuinya. Jadi aku tidak bisa diam saja waktu itu ketika orang-orang membicarakanku dan memutuskan untuk bertindak layaknya pasangan yang sakit hati karena diselingkuhi oleh kekasihnya," jelas Irish sambil mengamati hansaplas yang menutupi luka-luka di wajah Kangta. "Perihal luka-lukamu, aku akan membayar pengobatanmu. Jadi hubungi saja managerku berapa total yang harus aku bayar. Selain itu, jika kau tidak terima dengan tindakanku, silakan laporkan saja kepada pihak berwajib. Aku tidak keberatan."

Kangta menggeleng singkat. "Aku tidak akan melaporkanmu. Bagaimana bisa aku melaporkan orang yang sudah berbesar hati menyalurkan dana untuk biaya pengobatan ibuku?"

"Oh, baguslah," jawab Irish spontan. Padahal dalam hatinya, ia merasa tersentuh ketika mantan kekasihnya mengatakan itu.

"Aku juga minta maaf-"

"Minta maaf tentang apa kali ini?" sela Irish, memotong pembicaraan Kangta.

"Sudah membuatmu kehilangan beberapa kontrak kerja."

"Tenang saja, kehilangan beberapa kontrak kerja tidak akan membuatku rugi. Di luar sana masih banyak pihak-pihak yang ingin kerja sama dengan aktris hebat sepertiku. Ketimbang mengkhawatirkanku, lebih baik kau mengkhawatirkan dirimu sendiri untuk bertahan hidup. Setelah ini aku tidak akan memberimu uang lagi karena kontrak kerja kita sudah berakhir." Irish pun beranjak dari kursinya, berbicara terlalu lama dengan Kangta membuat dadanya terasa makin sesak. "Pembicaraan kita sudah selesai, kan? Aku pergi kalau begitu."

Irish tidak membutuhkan jawaban dari Kangta untuk pergi. Namun, belum jauh kedua tungkainya berlalu, mantan kekasihnya tersebut menyusulnya. Tanpa adanya izin dari Irish, Kangta menarik tubuhnya ke dalam pelukan.

"Maaf dan terima kasih, Rish," bisik Kangta.

Melihat Irish yang mematung di tempat karena aksi Kangta, membuat Jaish dan Jaiveer yang tadinya mengamati dengan mata terkantuk-kantuk itu terjaga total. Keduanya buru-buru menghampiri dan menjauhkan Irish dari pengaruh buruk.

"Sepertinya tindakan berpelukan seperti ini tidak pantas dilakukan untuk kedua belah pihak yang sudah memutuskan untuk berpisah," sindir Jaiveer lalu tersenyum sinis ke arah Kangta. "Sudah selesai bicara, kan? Sudah. Jadi selamat tinggal dan hati-hati di jalan."

Setelah mengatakan itu, Jaiveer langsung bergegas menyusul Jaish yang menuntun Irish masuk ke dalam lift. Setelah pintu lift tertutup rapat begitu mereka semua ada di dalam, Irish bisa merasakan kedua tungkainya mulai limbung. Untungnya, Jaish dan Jaiveer langsung sigap meraih lengan Irish.

Melihat kakaknya tidak sanggup untuk berdiri, membuat Jaish berjongkok di hadapannya.

"Naik."

Tanpa penolakan, Irish pun langsung meloncat ke punggung Jaish. Kedua tangannya dikalungkan di depan leher Jaish dan membenamkan wajahnya di bahu adik tirinya itu. Jaish hanya bisa pasrah ketika merasakan baju bagian belakangnya mulai basah karena air mata Irish. Jaiveer yang melihat itu hanya bisa menghela napas panjang dan mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk singkat bahu Irish.

"Tenang saja, Kak Irish. Suatu saat nanti, kau pasti akan menemukan pria yang tepat untukmu," ucap Jaiveer memberikan semangat.





To be continue




Ruang Diskusi:
"Menurut kalian, apa benar Irish jatuh cinta sendirian ke Kangta?"

Продолжить чтение

Вам также понравится

23.1K 3.9K 25
Sebuah pesta pernikahan mengantarkan Riana Sekar Natadirja berjumpa dengan Jiwangga Kama Hadinata. Kehadiran Jiwa layaknya sebuah penawar untuk Riana...
5.3K 1.1K 28
Dia dikenal sebagai seorang publik figur yang menutup rapat kehidupan pribadinya, sejalan dengan kepribadian Introvertnya. Ia tak akan pernah mengumb...
Carpe Diem pingumerah

Любовные романы

8.9K 942 33
[COMPLETE] [FF NCT]; NCT LOKAL Carpe diem, seize the day. Dunia ini sempit, mungkin itu lah yang membuat Jeffrey dan Gladis bertemu. Ada benang merah...
Just Us 2 [✔] jahe.

Художественная проза

27.2K 3.8K 37
[SELESAI] [spin-off 'Double Kill'] *** Jatuh cinta itu indah. Dan bagi Shakila, kalimat itu benar adanya. Ada satu lagi kalimat yang selalu Shakila d...