Kagum

By Pluto_nius

13K 1.2K 90

"Dia baik, apa aku bisa memiliki nya" More

Prolog
Bab 1 (Awal Pertemuan)
Bab 2 (Ingin Bertemu)
Bab 3 (Sekarang Aku Tahu)
Bab 6 (Teman Baru Levi)
Bab 4 (Ingin Mengenal Lebih)
Bab 7 (Fakta)
Bab 8 (Pendekatan)
Bab 5 (Berkumpul Kembali)
Bab 9 (Ketua Osis Keren)
Bab 10 (Sibuk)
Bab 11 (Sibuk 2)
Bab 12 (Perhatian)
Bab 13 (Hari Perayaan Sekolah)
Bab 14 (Rencana Liburan)
Bab 15 (Reuni)
Bab 16 (Study Date? Maybe)
Bab 17 ( Lily )
Bab 18 ( Mengingat )
Bab 19 (Awal Mula)
Bab 20 (Bendera Perang)
Bab 21 (Pupus?)
Bab 22 (Licik)
Bab 23 (Kecewa)
(⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)
Bab 24 (Keluarga)
Bab 25 (Asing)
Bab 26 (Hilang)
Bab 27 (Titik Terang)
Bab 29 (Kembali Ke Awal)
Bab 30 (Kambali Dekat)
Bab 31 (Jalan)
Bab 32 (Study tour)
Bab 33 (Ber Dua)
Bab 34 (LiLynn)
Bab 35 (Perwakilan Sekolah)
Bab 36 (Jealous)
Bab 37 (Penjelasan)
Bab 38 (Kumpul)
Bab 39 (Persiapan Ujian)
Bab 40 (Hari Ujian)
Bab 41 (Hari Libur)
Bab 42 (Main)
Bab 43 (Kelas XII)

Bab 28 (Akhir?)

222 27 0
By Pluto_nius

"ini tempat nya Om?" Ragu Shasa.

"Kalok di map sih iya Sha" ucap Ollan kembali mengecek alamat di handphone nya.

"Tapi kok saya ragu ya, Nayla ada disini"

"Om juga ragu Sha, tapi kalok enggak kita cek enggak tau juga"

Saat Ollan hendak maju mengecek tempat itu, Shasa tiba-tiba menarik tangan Ollan.

"Kenapa Sha" kaget Ollan.

"Bantar Om, kek nya itu Davin Om. Iya Om itu Davin" Ollan kembali menengok kepada 4 orang yang berdiri tak jauh dari pintu tempat boling.

"Bukan cuma Davin, 3 orang itu yang mukulin saya waktu itu" ucap Shasa mengingat ke 3 orang yang sedang bersama Davin.

"Bantar Sha, kalok gitu Om coba telfon Ayah kamu dulu-"

Saat hendak menelfon Ferrel, tiba-tiba terdengar teriakan seorang gadis dari dalam tempat boling itu.

"Aaaaa..."

"Om itu suara nya Nayla" ucap Shasa saat ia hendak mengeluarkan handphone nya tangan nya tak sengaja menyenggol sebuah tong disamping nya.

Tong itu menciptakan suara yang cukup nyaring, mengundang atensi Davin dan 3 orang lain nya.

"SIAPA ITU" teriak pria berbadan besar.

"Waduh, kabur Sha" titah Ollan.

"WOY JANGAN KABUR KALIAN!" Teriak pria berbadan besar itu lalu mengejar Shasa dan Ollan.

"Mencar Sha" titah Ollan, lalu berlari ke arah lain.

Pria tadi masih mengejar Ollan, beruntung nya pria tadi tak melihat Shasa yang bersembunyi diantar tumpukan tong.

"Sekarang gua harus apa coba, kalok gua diem disini nanti juga bakal ketauan. Tapi kalok pindah juga riskan" Shasa menggaruk kepala nya frustasi.

"Gua coba chat Ayah aja kalik ya"

"Aduh kenapa pakek acara hilang sinyal segala sih" decak Shasa.

"Ngapain lu disini? Mau nyelametin Nayla?" Ucap Davin yang tiba-tiba berdiri di belakang Shasa.

Davin langsung mengarahkan pukulan ke arah Shasa, untung nya Shasa berhasil menghindar.

"Mau sok jadi pahlawan tenyata" ucap Davin dengan remeh.

"Ck! Sebener nya apa sih yang lu mau dari Nayla?!"

"Banyak, tapi yang paling penting badan nya" jawab Davin singkat.

Shasa menatap tajam Davin, tangan nya mulai terkepal.

"Kenapa lu enggak terima sini maju" tantang Davin.

~~//~~

Ting...

"Om Mando, Kak Shasa udah nemuin tempat nya" Amando mengangguk paham, ia mulai meningkat kan kecepatan mobil nya menuju tempat Shasa.

"Suruh Shasa jangan asal maju"

"Udah, tapi cek list 1" ucap Lily, mendengar itu Amando semakin mempercepat mobil nya.

...

"Padahal lu cewek, tapi kemampuan lu lumayan juga" puji Davin.

"Makasih pujian nya, tapi buat sekarang gua lagi enggak butuh pujian" jawab Shasa remeh.

"Kek nya lu kalok belum mati enggak bakal nyerah" Davin kembali menyerang Shasa, hanya saja kali ini ia menggunakan pisau lipat yang ia simpan di saku nya.

Davin terus melayangkan sayatan pada Shasa, namun tidak ada yang berhasil mengenai Shasa.

"Hah! Mau sapek kapan lu ngehindar terus Hah?!" Kesal Davin.

Shasa tidak menggubris perkataan Davin, ia sedang memikirkan cara menyerang balik Davin. 1 sayatan berhasil Davin layangkan di pelipis sebelah kiri Shasa, Davin terus melayangkan sayatan nya dengan semakin brutal. Tak peduli itu kena atau tidak, Shasa yang geram akir nya menepis pisau Davin. Pisau itu terlempar cukup jauh, ya walaupun telapak tangan Shasa yang menjadi korban. Melihat sebuah celah Davin langsung melayangkan tinju nya tepat mengenai perut Shasa. Melihat Shasa yang tersungkur Davin tak menyia-nyiakan kesempatan, saat ia hendak memukul Shasa tiba-tiba seseorang memukulnya lebih dulu dari belakang. Davin yang terhuyung kembali menerima pukulan tepat pada wajah nya. Saat ia mencoba kembali menetralkan penglihatan nya, sebuah pukulan berhasil mendarat di wajah nya. Kali ini bukan cuma sekali, namun berkali kali. Ia bahkan tidak bisa mengerjakan badan nya, seperti nya orang itu juga menindih badan Davin. Pukulan demi pukulan mendarat tepat di wajah Davin, perlahan kesadaran nya mulai menghilang. Rasa sakit kini lebih mendominasi, entah sudah seperti apa wajah nya saat ini. Saat orang itu hendak memukul Davin sekali lagi, Shasa menghentikan tangan orang itu.

"Udah Liy, dia udah enggak sadar" ucap Shasa datar.

Lily kembali menatap datar wajah Davin yang sudah ia buat hancur, tak ada rasa belas kasihan pada tatapan nya.

"Tapi ini belum seberapa Kak, dia yang udah buat Kakak pingsan waktu itu. Dia juga yang udah buat Kakak kena skors. Dia sumber masalah nya Kak" ucap Lily datar, tangan nya kembali terkepal kuat hendak memukul kembali wajah Davin. Tapi berhasil ditahan oleh Shasa, gelengan kecil Shasa tunjukan sebagai tadan henti. Lily mendegus kasar, ia lalu kembali berdiri menuruti kemauan Shasa.

Sebuah jeritan kembali terdengar dari tempat boling, Shasa dan Lily saling melempar pandangan. Detik berikut nya mereka ber 2 berlari mencoba memasuki tempat boling itu.

"Liy, mending masuk lewat belakang" pitah Shasa, Lily mengangguk paham.

"Enggak anak nya, enggak bapak nya sama-sama enggak punya belas kasihan" gumang Amando kala melihat Davin yang sudah ditinggalkan tak sadarkan diri oleh Shasa dan Lily.

"Bos sekarang kita harus apa?" Tanya seseorang berbadan besar dibelakang Amando.

"Suruh salah satu buat bawa ni anak, sisa nya ikut gua nyusul Shasa sama Lily" pitah Amando, yang diangguki orang tadi.

~~//~~

Bugh... (Suara pintu yang dibuka dengan keras)

"Woy! Angkat tangan kalian kalok enggak mau-" ucapan Aldo terhenti kala melihat lawan nya.

"Zoy, kata nya Ollan tadi ada berapa orang?"

"80 an" jawab Zeean singkat.

"Ini ada 200 an lebih nying!" Sarkas Aldo.

"Dul, lu tau kan harus apa!" Ucap Zeean memberi aba-aba.

"1...2...3...lari Dul" Aldo dan Zeean pun lalu berlari secepat yang mereka bisa.

"Anjing kejar cok!" Teriak salah satu pria itu, mereka lalu mengejar Zeean dan Aldo.

"Ollan anjing- lu kira kita masih muda apa ngelawan 200 orang lebih ber 2. Gilak bini ama anak gua masih nungguin gua di rumah ini, ya kalik gua balik-balik bonyok!" Celetuk Aldo sambil berlari. 

"Parah lu Lan, numbalin Adul sama Zoya" ucap Ferrel melihat Aldo dan Zeean yang sedang berlari dari kejauhan.

"Ya maaf, ya mana gua tau kalok ternyata orang nya lebih dari 80" ucap Ollan dengan nyengir kuda.

"OLLAN BABI" teriak Aldo dan Zeean yang masih setia berlari menghindari orang-orang yang mengejar nya.

"Ini juga lu ber 2 malah nontoni sono bantu" titah Ferrel pada Daniel dan Christ.

"Nanti dulu Rel, bintang itu selalu datang dan bersinar di akir" celetuk Daniel, Ferrel memutar malas mata nya.

"Btw, Bang Lio nanti ikut turun ke sana kan?" Tanya Christ, Lio hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ini suruhan nya Bapak nya Ferrel gak ada yang bisa bicara apa?" Bisik Christ pada Daniel.

...

"Kak, kek nya mending kita mencar aja" saran Lily, Shasa terdiam sebentar.

"Gua bakal baik-baik aja, prioritas utama kita sekarang Nayla" ucap Lily sambil menepuk pelan pundak Shasa. Shasa mendegus singkat, ia kemudian mengangguk. Senyuman terukir di wajah Lily, setelah nya Lily pergi berlawanan arah dengan Shasa.

"1...2...3...4...5... Ada 15 orang" monolog Lily dengan lirih.

"Ayo Liy, lu bisa sama kayak ajaran Opa sama Ayah dulu" monolog Lily memberi semangat kepada diri nya sendiri.

Lily lalu berlari menerjang 15 orang yang berdiri menghadang nya. Pukulan demi pukulan Lily layangkan pada mereka, berkali-kali juga Lily menerima pukulan mereka.

"Ck! Itu kenapa di luar berisik banget dah!" Kesal Deo, ia kemudian meletakan stik bisbol nya.

Perlahan mendekat ke arah pintu, saat pintu sudah terbuka sebuah pukulan mentah melayang tepat mengenai wajah nya.

"Akhhhh!" Rintih Deo sambil memegangi hidung nya yang sudah mengeluarkan darah.

Mata nya tertuju pada gadis yang berdiri tegak di depan nya, pandangan nya teralihkan kala melihat 5 orang yang berjaga didepan tadi sudah tak sadarkan diri dengan keadaan yang mengenaskan. Gadis itu menatap Deo datar, tangan nya bahkan sudah berlumuran darah. Perlahan tangan nya mulai terulur mencekik Deo, Deo tak tinggal diam ia terus berusaha melepaskan diri nya dari gadis itu. Walaupun sudah berkali-kali Deo mencakar lengan gadis itu, gadis itu sama sekali tidak berkutik. Ia masih menatap Deo tajam, cengkeram nya kini semakin mengerat. Tak peduli dengan wajah Deo yang sudah membiru karena kehilangan nafas, gadis itu belum melepaskan cengkraman nya hingga Deo benar-benar dibuat pingsan. Melihat Deo yang sudah tak sadarkan diri, gadis itu lalu menjatuhkan kembali badan Deo. Perlahan tangan nya yang terkepal ia layangkan kembali ke wajah Deo, tatapan datar dan dingin terpampang jelas di wajah gadis itu. Tak ada sama sekali belas kasihan tercurah di tatapan nya, hanya ada tatapan membunuh yang terlihat.

"Sha?!" Panggil Nayla dengan lirih, berhasil menghentikan tindakan Shasa.

Shasa menoleh ke arah Nayla, mimik wajah nya kini berubah menjadi sedih. Melihat Nayla yang sudah penuh dengan luka, perlahan ia mulai mendekat lalu melepaskan ikatan yang melilit di tubuh Nayla. Tangan nya terulur memeluk erat Nayla.

...

"Ck! Ganggu aja!" Kesal Lily sambil mengusap kasar darah yang keluar dari ujung bibir nya.

Ia kembali melangkahkan kaki nya, hingga langkah nya terhenti kala melihat 5 orang yang sudah terkapar tak sadarkan diri dengan kondisi yang mengenaskan. Bulu kuduk nya seketika berdiri kala melihat salah satu orang dengan kondisi tangan yang di putar ke belakang hingga patah. Perlahan ia kembali melangkah kan kaki nya masuk ke salah satu ruangan yang tak jauh dari nya. Mata nya membulat sempurna kala melihat Shasa yang berdiri memeluk Nayla dengan seseorang yang terkapar dengan wajah yang benar-benar sudah hancur. Lily kembali melangkah mendekat ke arah Shasa dan Nayla.

"Beh ini lebih parah dari pada yang gua lakuin ke Davin. Gua yakin itu tulang hidung nya udah patah. Sikopet sekali Kakak ku satu ini" batin Lily merinding kala melihat wajah Deo yang sudah hancur.

Terdengar langkah kaki yang seperti nya mendekat ke arah mereka. Lily berjalan menuju samping pintu, saat tiba-tiba 2 orang dengan topeng masuk ke tempat itu. Tanpa aba-aba Lily kembali melayangkan pukulan nya pada salah satu orang ber topeng itu, hingga tersungkur.

"WE KALEM OY! INI GUA DELYNN" panik orang bertopeng itu kala Lily hendak memukul nya lagi.

Lily langsung mengentikan tindakan nya, ia lalu membuka topeng itu dan benar saja ternyata itu adalah Delynn yang sudah keringat dingin karena perbuatan Lily. Sementara 1 orang lain nya memojok ketakutan.

"I-ini gua Oline" ucap Oline sambil membuka topeng nya.

Lily lalu berdiri, tangan nya lalu terulur membantu Delynn berdiri.

"Maaf" ucap Lily sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

"Iya enggak papa kok aman- sakit juga ya ternyata pukulan lu" ucap Delynn sambil mengelus pelan pipi yang sempat kena bogem Lily tadi.

"Lagian kenapa kalian pakek topeng coba?"

"Oh itu ide nya Olen" jawab Delynn sambil menatap datar Oline.

"Ya kan biar enggak ketauan" ucap Oline, Delynn memutar malas mata nya.

Delynn lalu berlari menghampiri Nayla yang pingsan di pelukan Shasa.

"Ini Nayla nya gak papa kan?!" Khawatir Delynn.

"Anying ini siapa cok, muka nya enggak keliatan" kaget Delynn kala melihat Deo.

"Udah itu enggak penting, sekarang mending kita keluar terus bawa Nayla nya kerumah sakit" titah Shasa, ia lalu mengendong Nayla bridal style.

"Bentar gua mau tanya dulu itu orang-orang baju item dibawah punya kalian kan?" Tanya Oline memastikan.

"Soal nya kalo bukan harus kita libas dulu"

"Kek nya itu anak buah nya Om Mando" jawab Lily mengingat Amando yang ikut turun tangan, Shasa mengangguk setuju setelah nya mereka kembali melangkah keluar dari tempat itu. 

Sesampai nya di luar sudah ada beberapa mobil polisi yang terparkir di sana, bukan hanya mobil polisi tapi juga ambulan.

"Nayla" Ollan lalu mendekat mencoba melihat keadaan putri nya, air mata nya tak sanggup lagi ia bendung kala melihat kondisi Nayla yang sudah penuh dengan luka.

"Om mending ini Nayla langsung di bawa ke rumah sakit" saran Shasa, Ollan lalu mengangguk paham.

Setelah memasukan Nayla ke salah satu ambulan, ambulan itu lalu pergi ke rumah sakit terdekat.

"Shasa, Lily" panggil Ferrel lalu memeluk ke 2 putri nya.

"Kalian enggak papa kan?" Khawatir Ferrel, lalu mulai melihat kondisi ke 2 putri nya.

"Kita enggak papa Yah, cuma luka kecil" ucap Shasa.

"Iya kan anak-anak Ayah ini kuat" celetuk Lily.

Ferrel kembali memeluk erat Shasa dan Lily, menghiraukan tatapan teman-teman nya.

"Ol-"

"Enggak, gak usah peluk-peluk" potong Oline dengan wajah datar nya.

"Terus gua di peluk siapa?" Celetuk Delynn tiba-tiba.

"Peluk saya aja gimana?" Ucap Christ menanggapi.

"Papi?!" Ucap Delynn dramatis.

"Delynn" jawab Christ tak kalah dramatis.

"Kok jijik ya gua ngeliat si Toya kek gitu" celetuk Aldo lalu menyenggol pelan tangan Zeean yang disamping nya.

"Aduh duh! Bego jangan disenggol ya tangan gua!" Kesal Zeean, sementara Aldo hanya menunjukan cengiran kuda nya.

"Bang Ferrel tu 2 bocah mau di bawa ke markas?" Tanya Amando sambil menunjuk pada Deo dan Davin yang sudah terikat.

"Iya Man, makasih ya udah bantu. Sisa nya biar gua yang urus" Amando mengangguk paham, setelah mendapat instruksi dari Ferrel ia langsung menjalan kan nya.

~~//~~

TBC~

1872 Kata~

Continue Reading

You'll Also Like

20.3K 3.5K 28
Bagaimana ceritanya ketika kalian yang sedang menikmati hidup dengan senang, tenang dan tanpa gangguan. Namun tiba tiba datang entah virus darimana...
1.8K 297 7
Males isi, author rajin up sehari bisa triple up wokwowkwo
1M 87K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
201K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...