KUMPULAN CERITA PANAS by Robe...

By RobertoGonzales95

272K 1K 23

Kumpulan Cerita Panas buatan Roberto Gonzales. Khusus 21 tahun ke atas. More

Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria (1)
Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria (2)
Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria ( 3 )
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (1)
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (2)
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (3)
Disewa Lionel (1)
Disewa Lionel (2)
Disewa Lionel (3)
- JEREMY MURAKAMI kembali -
Gigolo Biseks Simpanan Mama (1)
Gigolo Biseks Simpanan Mama (2)
Gigolo Biseks Simpanan Mama (3)
CASAMIGOS
CASAMIGOS - PROLOG
CASAMIGOS - 1: Ricardo
CASAMIGOS - 2: Kendall
CASAMIGOS - 3: Arjuna
CASAMIGOS: 4 - Sophia
CASAMIGOS: 5 - Intersection 1A
CASAMIGOS: 6 - Intersection 1B
Suami Yang Disetubuhi Cowok Macho Spanyol
Si Pemuas Satu Kos
Si Pemuas Satu Kos 2
Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
Pemuas Suami Si Bos Bule
DRIVER OJOL ARAB PLUS - PLUS
Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku (1)
Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku (2)
DISETUBUHI TEMAN MACHO ISTRIKU DI PESTA PANTAI BINAL (1)
Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
Memperawani Suami Muda Tetanggaku
Lubang Pemuas Pria-Pria Beristri
Malam Liar Sang Budak Korporat
Takdir Seorang C*mdump
Service Plus-Plus Barber Straight Turki
BULE ONLINE, PEREBUT KEPERJAKAANKU
Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
Napas Buatan Dari Papa Sahabatku
MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
Menjebak Sopir Straight Bad Boy
MENJAJAL KEJANTANAN MASSEUR IMPOR RUSIA
LEGENDA SI OTONG MONSTER
MESIN PEMUAS MANTAN DAN GEBETAN
PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
SI PEMUAS SEKAMPUNG
PEMILIK TUBUH INDAH SI PEMBANTU GANTENG

PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU

1.3K 14 0
By RobertoGonzales95



PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU

by Jeremy Murakami




Namaku Reynaldo. Saat ini, aku sedang kuliah semester tujuh di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta. Aku ini termasuk anak gaul. Hobiku adalah pergi fitness dan bermain olahraga tenis bersama teman-teman. Tinggiku sekitar 185 cm dengan berat badan 79 kg. Postur badanku kekar, ramping, namun berotot. Aku benar-benar menjaga pola makan serta tidur yang cukup. Bukan apa-apa, soalnya aku ini gay. Dan aset terbesar seorang penyuka sesama jenis seperti aku adalah tubuh indah dan kesehatan.


Ilustrasi: Reynaldo


Dari kali pertama aku bisa mengingat diriku sendiri, aku tahu aku gay. Meskipun aku tidak pernah ngondek atau bertingkah seperti wanita dari kecil, aku selalu yakin aku seorang homoseksual. Aku suka sekali melihat pria dewasa yang tampan, berbadan kekar, serta kebapakan. Setiap berada di sekitar para pria dewasa yang ganteng, aku selalu bersemangat sekali. Aku ingin dipegang mereka, bahkan dicium, ataupun diperlakukan lebih dari itu.

Dan salah satu orang yang paling aku sukai dari kecil adalah Pak Subroto, sahabat Papaku dari SMA yang merupakan seorang anggota tentara. Dari kecil, dia sering ke rumah untuk mengobrol dengan Papa dan tidak segan-segan mengajakku mengobrol. Pak Subroto adalah perlambangan pria sempurna bagiku sejak kecil. Dia tampan, berbadan kekar nan berotot, kalem, berkulit putih, dan selalu tampil wangi. Dia sangat kebapakan dan selalu menggendongku setiap melihatku dari kecil. Dia dinas di Jakarta sendirian, sedangkan istri dan anaknya yang sedikit lebih tua dariku tinggal di kampung. Katanya, setiap dia melihat diriku, dia jadi kangen anaknya. Dari kecil, setiap aku bertemu Pak Subroto, aku merasa kesengsem banget. Yang jelas, aku yakin kalau aku menyukai tipe pria macho seperti Pak Subroto, sahabat Papaku itu.


Ilustrasi: Subroto


Pokoknya, bisa dibilang aku ini sudah jalang sejak kecil. Di usia 10 tahun, waktu digendong Pak Subroto, aku tiba-tiba mencium bibir Pak Subroto. Dia kaget tapi cuma tertawa. Dia tidak pernah membahas hal ini. Dia kira seorang anak sepuluh tahun lumrah saja mencium pria dewasa yang seumuran ayahnya. Aku sangat senang saat bisa mencium Pak Subroto. Tetapi, aku tidak berani mengulanginya lagi.

Beberapa bulan kemudian, Pak Subroto pun dipindah tugaskan ke Papua. Dia pun pindah bersama anak dan istrinya ke Jayapura. Sejak saat itu, aku hampir tidak pernah bertemu dengan Pak Subroto lagi. Tetapi, aku ingat perpisahannya kali itu. Pak Subroto mengetuk kamarku, lalu berpamitan.

“Bapak pamit ya, Reynaldo… Bapak mau pindah ke tempat jauh… Jadi, kita nanti sulit bertemu lagi, deh…” ucap Pak Subroto terdengar sedih. “Kamu jaga diri baik-baik, ya… Nanti, kalau Bapak main-main ke Jakarta, Bapak pasti ke sini lagi… Nanti Bapak belikan mainan…”

Aku pun tidak bisa menahan air mataku. Melihat itu, Pak Subroto mengelus-elus kepalaku. Di luar dugaanku, dia malah meraih kedua pipiku, lalu mencium bibirku. Aku benar-benar kaget bukan main… 

“Jangan nangis, ya… Pasti Bapak main-main ke sini lagi…”

Pak Subroto berbohong… Ternyata, dia hampir tidak pernah pergi ke Jakarta lagi. Kalau pun dia datang, biasanya dia cuma bertemu Papa di kafe. Mungkin waktunya juga terbatas. Sedangkan aku sebenarnya tidak pernah melupakannya. Ciuman bibir Pak Subroto yang terakhir benar-benar tersisa di mulutku lama sekali. Aku selalu teringat-ingat dengan rasa serta kekenyalan bibirnya, juga sensasi ketika kumisnya mengenai bibirku… 


Ilustrasi: Reynaldo


Dari kecupan di hari perpisahan kami itu, ketertarikanku terhadap pria dewasa semakin menjadi-jadi. Aku semakin menyukai pria dewasa. Puncaknya, di kelas 3 SMA, aku mulai mencari-cari pria dewasa di aplikasi dating app khusus sesama jenis, seperti Grindr, Hornet, Growlr, hingga Blued. Mendekati hari kelulusanku, aku bertemu dengan seorang eksekutif di sebuah perusahaan besar di SCBD bernama Indra. Om Indra menyewa sebuah kamar yang nyaman di tengah kota, lalu dia mengambil kesucian lubang pantatku. Aku tidak menyesal… Om Indra tampan, bersih, wangi, dan baik. Kami masih berhubungan baik sampai sekarang setelah hampir empat tahun berkenalan. Kalau lagi sama-sama ingin, kami biasanya bertemu untuk berhubungan badan.

Namun, petualanganku tidak berhenti di sana. Aku menginginkan lebih… Setelah menemukan pria yang mengambil keperjakaanku, aku pun terus mencari-cari para pria dewasa lain untuk memberikan kenikmatan pada tubuhku. Beruntung pria pertama yang mengambil kesucianku adalah Om Indra. Dia mengajariku untuk selalu melakukan praktek safe sex dan menjaga kesehatan diriku dari Penyakit Menular Seksual. Om Indra juga memperkenalkan aku pada beberapa temannya yang sama-sama baik dan berpenampilan menarik. Aku sering digilir bersama teman-teman Om Indra, atau kadang-kadang melakukan pertemuan one by one bersama teman Om Indra yang lain. Semuanya kami lakukan dengan aman menggunakan kondom serta pelicin. Aku juga sempat bermain di berbagai gay dating app lain. Tentunya, aku menyeleksi dulu dari chat serta memilih pria yang terlihat baik-baik. Dalam empat tahun terakhir, sudah ada puluhan pria yang telah mencicipi aku dengan sukarela dan prinsip suka sama suka. Hanya saja, aku masih sering memimpikan Pak Subroto setiap aku disetubuhi para pria lain. Aku berharap suatu saat aku benar-benar bisa menikmati Pak Subroto secara sukarela.


[ … ]


Usiaku kini sudah 20 tahun. Karena memilih kuliah di Jakarta saja, aku masih tinggal di rumah. Tidak enaknya, aku tidak bisa bebas mengajak teman kencanku ke rumah. Tetapi, aku tetap bersyukur dan senang bisa tinggal di rumah. Selain segala keperluanku terurus, aku juga menyayangi kedua orangtuaku.

Siang itu, Papa dan Mama pergi ke rumah Nenek di Bandung dan menginap di sana selama tiga hari. Aku yang sedikit malas ikut pun memutuskan di rumah saja. Apalagi, aku juga mau UAS. Biasanya, Papa juga meninggali aku uang yang cukup banyak setiap kali harus menjaga rumah sendirian. Lumayan, uangnya bisa ditabung.

Sorenya, aku bermaksud untuk menonton Netflix saja di rumah setelah capek belajar dari pagi. Namun, saat asyik menonton Netflix, aku dikagetkan dengan ketukan pintu di pintu luar. Dengan malas, aku segera ke arah pintu depan. Ketika kubuka pintu, ada sosok pria yang sangat kurindukan… Sosok yang sangat aku kagumi selama ini…


Ilustrasi: Subroto


“Selamat sore…” ucap pria itu dengan suara serak dan kebapakan. “Wah, Dik Reynaldo!”

Jantungku seperti mau copot! Di depanku, ada sosok yang selama ini kurindukan, Pak Subroto! Dia datang dengan motor pria CBR-nya yang gagah. Dia lepas jaket kulit yang dia kenakan, lalu menyampirkan di tangannya. Kini, dia memakai rompi singlet yang fashionable, menampilkan lengannya yang besar dan berotot itu. Aku terhenyak dengan betapa seksinya Pak Subroto di depanku kini! Wajahnya tampak lebih matang, namun ketampanannya semakin menjadi-jadi sekarang.

"Pak Subroto!” sorakku sumringah yang kala itu melihat betapa gagahnya Pak Subroto di depanku. “Apa kabar? Bapak sejak kapan di Jakarta?”

“Keluarga Bapak pindah ke Jakarta mulai minggu depan, Dik!” jawab Pak Subroto lalu memeluk tubuhku erat-erat. “Tetapi, Bapak sudah datang dari Jayapura kemarin malam… Soalnya, masih ada beberapa hal yang harus diurus sebelum keluarga Bapak datang… Aduh, Bapak kangen banget sama Dik Reynaldo!”

Gilanya lagi, Pak Subroto lalu mencium keningku! Mungkin, dia terbiasa melakukannya sejak aku kecil. Alhasil, dia menganggap hal ini lumrah saja.

“Wah, jadi pindahannya tidak bareng-bareng, Pak?” tanyaku.

“Iya, Bapak harus mengurus banyak hal untuk kepindahan Bapak di sini, Dik… Setelah itu, baru keluarga Bapak menyusul… Ini mendadak sekali…  Bapak juga mau kasih surprise ke Papa-mu…” jawabnya menjelaskan. “Papa ada di rumah, Dik?”

"Ooohh, sampai lupa… Pak Subroto, silahkan masuk dulu. Silahkan duduk, Pak!" kataku berusaha ramah, mempersilahkannya masuk dan duduk. "Papa dan Mama sedang ke Bandung. Mau pergi menjenguk Nenek. Reynaldo juga seharusnya ke sana, tapi berhubung mau UAS, jadi Reynaldo tidak ikut, Pak…”

"Oh gitu ya, Dik!" jawab Pak Subroto sedikit kecewa. “Padahal, kalau tidak ada Papa, Bapak pikir mau ngajak Dik Reynaldo jalan-jalan buat kulineran atau nongkrong… Soalnya Bapak sendirian… Tetapi Adik lagi persiapan ujian, ya?"

"Wah, kebetulan Reynaldo sudah selesai persiapkan semuanya kok, Pak Subroto…” jawabku cepat-cepat. “Ayo, kalau mau diajak jalan-jalan, Reynaldo mau banget! Lagian, Reynaldo juga lagi males di rumah sendirian…"

“Ya sudah, sekalian nginap di rumah Bapak gimana, Dik?” jawab Pak Subroto antusias. "Kalau sendirian, Bapak kesepian… Kalau ada istri kan biasanya bisa 'gituan'. Daripada boring sendirian, mendingan Adik nginep di rumah, menemani Bapak!"

Aku kaget bukan main dengan keterbukaan Pak Subroto padaku soal kehidupan seksnya! Apa mungkin karena dia menganggapku sudah dewasa, ya? Apalagi, aku bersemangat sekali mendengar aku akan menginap di rumah Pak Subroto berdua saja dengan dirinya.

"Ya sudah, ayo berangkatm Dik!" ajak Pak Subroto cepat-cepat.

"Tunggu ya, Pak! Reynaldo ganti baju dulu!" kataku seraya beranjak pergi ke kamar. “Reynaldo juga mau bawa baju ganti buat nanti malam, ya…”

Oh My God! Aku akan jalan-jalan bareng Pak Subroto… Cuma berdua, lagi! Duh, gimana ya rasanya? Asyik kali, ya?


Ilustrasi: Reynaldo


Terus terang, aku memang sangat suka pada sahabat Papaku itu sejak kecil. Dan perasaan itu tidak pernah berubah, tidak peduli berapa pria yang telah menyetubuhiku. Walaupun wajah Pak Subroto tampak sedikit berkeriput dibandingkan yang kuingat dulu, perawakannya tetap begitu tegap dan jantan. Tangan dan kakinya tampak berotot seperti dulu, sementara bekas cukuran selalu membuatnya tampak lebih macho. Aku belum pernah melihat Pak Subroto bertelanjang dada, apalagi tanpa pakaian sepenuhnya. Tapi, bukankah kesempatan itu pasti akan selalu ada walau hanya sekali. Kalau bisa, aku juga ingin membiarkan dia menikmati keketatan pantatku. Tapi, caranya bagaimana?

"Ayo, Pak!" ucapku pada Pak Subroto begitu keluar dari kamarku.

“Siap, Dik!” jawabnya gagah sambil melakukan penghormatan ala tentara dengan tangannya, tampak menggodaku.

Suaranya yang kebapakan membuatku semakin terbuai dalam khayalanku tentang dirinya. Aku benar-benar ingin dia mengerang penuh kenikmatan karena tubuhku malam ini.


[ … ]


Akhirnya, dengan mengendarai motor pria Pak Subroto, kami berdua mulai meninggalkan kompleks rumahku.

"Keliling Pantai Indah Kapuk saja, Pak!" kataku pada Pak Subroto ketika dia bertanya padaku tentang tujuan kami. “Asal bisa melepaskan kepenatan saja, Pak”

Selama perjalanan, aku tak henti-hentinya memandang tubuh kekar Pak Subroto dari belakang. Sudah lama aku impikan berdua sedekat ini dengannya. Kini, dia memakai celana jeans ketat, dan jaket kulit yang membuatnya tampak lebih berwibawa.


Ilustrasi: Subroto


Setelah beberapa waktu, aku mulai memberanikan diri meletakkan kedua tanganku pada masing-masing paha Pak Subroto. Tak tampak penolakan sedikitpun darinya. Menyadari hal demikian, aku pindahkan tanganku sehingga kedua tanganku kini melingkar di perut Pak Subroto. Hal ini pun juga tidak mengurangi konsentrasi Pak Subroto dalam berkendara. Mungkin hal ini menjadi hal biasa baginya, tapi bagiku ini adalah sebuah kesempatan yang sangat sayang jika dilewatkan. Ini adalah hal yang sangat kuimpikan selama ini.

Tidak mau membuang-buang waktu lagi, segera kugesek-gesekkan tanganku secara perlahan pada perutnya, dan ternyata dapat kurasakan kerasnya perut Pak Subroto.

"Ini benar-benar hasil dari latihan militer yang sedemikian keras, tentunya," pikirku saat merasakan kerasnya otot perut Pak Subroto.

Aksiku hanya sebatas menyentuh perutnya. Tidak lebih… Aku tidak berani melakukan hal yang lebih jauh karena aku masih belum punya cukup nyali untuk menghadapi konsekuensinya ke belakang. Aku juga belum bisa memprediksi bagaimana Pak Subroto akan menanggapi aktivitas tangan nakalku. Akhirnya, dengan tanganku yang melingkar di perut Pak Subroto, perjalanan keliling Pantai Indah Kapuk. Kami pun mampir ke sebuah restoran yang menjual Bakmie dan makan di sana. Di situ, pembicaraan kami mulai berkembang. Semua kami bicarakan. Bahkan, waktu berjalan begitu cepat dan kami habiskan dengan mengobrol kesana kemari, termasuk seks.

“Jujur, Bapak sedang ada masalah ini…” ujar Pak Subroto malu-malu. “Lebih tepatnya, masalah ranjang nih…”

“Ada apa, Pak?” tanyaku penasaran.

Sebagaimana kudengar, Pak Subroto ternyata memiliki libido yang cukup besar dari muda. Dia mengaku mudah terangsang dengan berbagai stimulus seks dan selalu ingin segera melampiaskan nafsunya itu. Saat muda, dia selalu bergonta-ganti cewek karena para wanita tidak mampu mengimbangi nafsu besarnya. Sampai akhirnya, dia bertemu istrinya, Bu Hesti, yang Papa juga kenal baik. Bu Hesti sangat mengerti keadaan Pak Subroto dan mampu melayani—bahkan mengimbangi—suaminya saat di ranjang. Seiring berjalannya waktu, Pak Subroto mengira kalau libidonya akan turun ketika usianya bertambah. Namun, itu tidak terjadi. Libido Pak Subroto masih saja tinggi meskipun sekarang sudah memasuki usia akhir 40 tahun. Tapi untunglah, pekerjaannya sebagai tentara yang juga berhubungan erat dengan latihan fisik mampu membantunya menurunkan libido yang sering muncul secara tiba-tiba. Biasanya, libido yang sempat ditahannya selama beberapa jam akan dia salurkan dengan menggauli istrinya di rumah. Masalahnya, ini satu minggu lebih baru istrinya akan menyusul ke Jakarta.

“Jadi gitu deh, Dik Reynaldo,” ujar Pak Subroto sambil mesem kecut. “Maaf ya Bapak jadi curhat hal-hal begini… Tadi, aslinya mau cerita ke Papa Dik Reynaldo… Eh, Papa malah ke Bandung…”

“Enggak papa, Pak…” jawabku antusias. “Cerita aja biar lega…”

“Adik tapi enggak papa kan diceritai masalah pria dewasa begini?” sahut Pak Subroto sambil terkekeh. “Dik Reynaldo kan masih kecil…”

“Kecil bagaimana sih, Pak?” jawabku tidak terima. “Reynaldo kan sudah 20 tahun lebih… Sekarang, Reynaldo sudah dewasa…”

Pak Subroto terkekeh lalu memegang lenganku dan meremas-remas bisepku.

“Iya, Bapak percaya, kok…” jawab Pak Subroto sambil menjulurkan lidahnya. “Ini ototnya sudah gede banget… Dik Reynaldo sekarang sudah besar dan gagah banget… Ini sudah siap buat nikah, Dik…”


Ilustrasi: Reynaldo

“Masa sih?” pancingku untuk mendengar pendapat Pak Subroto mengenai diriku.

“Iya… Badan Dik Reynaldo gagah bener… Kelihatan perkasa,” jawab Pak Subroto pun meremas-remas dadaku sekarang. “Dulu, waktu Bapak masih seumuran Dik Reynaldo, Bapak aja enggak sebesar ini…”

“Bener, Pak?” tanyaku sumringah. “Menurut Bapak, Reynaldo latihannya kurang apa?”

Pak Subroto malah keasyikan meremas-remas dadaku yang montok. Entah aku ke-GR-an atau gimana, aku merasa Pak Subroto kini malah ikut memainkan putingku. Aku kaget setengah mati.

“Udah bagus ini, Dik… Enggak ada yang kurang,” jawab Pak Subroto tiba-tiba tersentak, lalu berhenti memainkan putingku. “Aduh, maaf, Dik Reynaldo… Bapak kok kelepasan mainin nenen Dik Reynaldo… Habis, nenen Dik Reynaldo montok… Kayak nenen istri Bapak…”

“Pak Subroto bisa saja…” jawabku sambil terkekeh.

Sehabis itu, Pak Subroto membayar bon dan mengajakku melanjutkan perjalanan. Kami sempatkan berjalan-jalan di sekitaran pantai sebelum akhirnya pulang ke rumah kontrakan Pak Subroto di daerah Jakarta Timur.


[ … ]


Perjalanan dari Pantai Indah Kapuk ke rumah kontrakan Pak Subroto cukup jauh. Kami melanjutkan pembicaraan kami ngalur ngidul. Karena aku memang berharap bisa terjadi hal yang tak terduga, aku kembali memancing Pak Subroto mengenai topik seks. Pak Subroto menjelaskan detil mengenai pengalaman-pengalamannya bermain cinta. Dia bilang Bu Hesti benar-benar sanggup memuaskan dia secara seksual. Karena anak mereka, Dimas, kuliah di Yogyakarta, Pak Subroto dan Bu Hesti tinggal berdua saja di Papua. Setelah pulang dari markas, Pak Subroto biasanya makan. Setelah itu, Pak Subroto langsung menggauli Bu Hesti di sore hari. Setelah itu, Pak Subroto tidur. Malam harinya, Pak Subroto dibangunkan untuk makan malam. Setelah itu, Pak Subroto mandi, kemudian disambung dengan persenggamaan di malam harinya. Biasanya, Pak Subroto dan Bu Hesti tertidur setelah sama-sama orgasme. Lantas, pada saat ayam jantan berkokok, Pak Subroto bangun pagi dan langsung menggauli istrinya. Pokoknya, Bu Hesti sangat setia dan rela melayani suaminya itu tanpa mengeluh sama sekali. Itu pun Pak Subroto mengaku masih kurang puas. Biasanya, secara diam-diam, Pak Subroto mengocok sendiri kontolnya saat Bu Hesti tertidur ataupun sedang beraktivitas lainnya.

Obrolan-obrolan kami itu ternyata telah membuat kontolku ngaceng. Aku ingin berbuat yang lebih lagi dengan Pak Subroto seperti memegang kemaluannya, tetapi kuurungkan niatku itu karena ternyata motor sudah membawa kami kembali ke kompleks rumahnya. Setelah memarkir kendaraan, Pak Subroto segera mempersilahkan aku duduk di ruang tamunya. Pak Subroto masuk ke kamarnya, dan tak berapa lama kemudian, dia sudah keluar telanjang dada, memamerkan otot-otot dada dan perutnya yang indah serta hanya dengan celana boxer. Kulihat sepintas, kontolnya agak menonjol di balik celana berbahan katun itu.

“Kita nonton TV aja yuk, Dik Reynaldo…”


Ilustrasi: Subroto


Sambil menonton TV, kami kembali terlibat dalam obrolan seru mengenai seks. Namun, kali ini aku tidak begitu terfokus pada pembicaraan kami karena pikiranku terpecah untuk mencuri-curi pandang ke kontol Pak Subroto yang masih terbungkus boxer itu. Sesekali, kulihat tangan Pak Subroto mengusap dan menggaruk kontolnya.

"Terus, kalau pas istri Bapak enggak ada begini, bagaimana cara Bapak menyalurkan nafsu?" tanyaku selalu menjurus pada hal-hal yang berbau seks.

Aku yakin bahwa ini akan membuka jalanku untuk berbuat lebih jauh dengan Pak Subroto.

"Ya, biasanya sih Bapak suka ngocok sendiri. Nikmatnya sih jauh beda dibanding sama istri. Lebih nikmat pakai punya istri," jawab Pak Subroto dengan nada merenung.

Aku yakin kontolnya sekarang semakin ngaceng karena membayangkan enaknya ngentot…

"Emangnya Bapak enggak pernah mikir untuk nyoba dengan yang lain, Pak?" tanyaku lagi.

"Maksudnya dengan pelacur, Dik?" tanyanya skeptis.

Aku hanya mengangkat bahuku. “Ya enggak tahu juga, sih… Bisa aja yang lain…”

"Enggak ah… Takut penyakit…" jawab Pak Subroto cepat-cepat. “Perempuan jaman sekarang lebih nekat-nekat… Dirayu sedikit, mau aja diewe… Takut mereka bawa penyakit dari partner seks sebelumnya… Waktu Bapak muda, Bapak mainnya sama cewek-cewek yang niat Bapak pacari… Bapak enggak mau main sama sembarangan juga…”

Pak Subroto malah terus nyerocos menjelaskan pandangannya soal seksualitas anak muda jaman sekarang.

“Kalau dulu kan Bapak sukanya sama yang perawan,” tambahnya lagi sambil terkekeh. “Bapak yang perawani… Kalau yang mudah diajak atau pelacur, takutnya bisa kena AIDS…”

"Kan bisa pakai kondom, Pak!" kataku seolah mengejar jawaban Pak Subroto.

"Rasanya kurang nikmat. Dulu pernah saya gituan pake kondom waktu pacaran sebelum sama istri Bapak… Bapak kurang bisa menikmati... Lebih enak alami, Dik!" katanya seraya mengelus kontolnya lebih intens lagi.

"Udah kebelet ya, Pak?" tanyaku hati-hati.


Ilustrasi: Reynaldo


Aku memberanikan untuk duduk mendekati Pak Subroto. Kujulurkan tanganku ke kontolnya.

"Memangnya harus dengan istri Bapak? Gimana kalau sama Reynaldo, Pak?"

Pak Subroto mengernyitkan dahinya tanda heran. Tangannya menepis tanganku, tapi aku dengan berani meletakkannya kembali ke atas gundukan di bagian depan celananya. Sudah kepalang tanggung.

"Memangnya Dik Reynaldo yakin bisa mengimbangi libido Bapak?" tanyanya padaku.

Aku tak memberi jawaban apapun, hanya saja tanganku masih tetap mengelus bahkan meremas kontol Pak Subroto.

“Reynaldo pengen bikin Bapak enak…” ucapku manja.

“Tetapi, kita kan sama-sama cowok, Dik…” ucap Pak Subroto mulai membawaku kembali ke realita.

“Bapak jijik sama Reynaldo?” tanyaku sambil melepas kembali genggaman tanganku pada kontol Pak Subroto.

Di luar dugaanku, Pak Subroto malah menarik lagi tanganku dan mengarahkannya ke gundukan kontolnya.

“Bukan begitu, Dik…” sahut Pak Subroto cepat-cepat, sepertinya mulai terbuai dengan permainanku. “Cuma, aneh saja… Dik Reynaldo kan laki-laki… Ganteng pula… Badannya kekar lagi…”

Aku diam saja sambil terus memainkan kontol Pak Subroto di tanganku.

Ya meskipun tetek Dik Reynaldo gede seperti tetek istri Bapak…” ucap Pak Subroto lagi tanpa komando, sepertinya mulai berusaha merasionalkan perbuatan ini. “Badan Dik Reynaldo juga putih… Bersih… Mulus seperti cewek…

Aku pun merasakan kontol Pak Subroto semakin mengeras dan berkedut-kedut di tanganku. Napasnya mulai memburu. Aku tahu kondisi seperti ini… Ini kondisi ketika para pejantan yang telah mencicipi tubuhku hendak kalah dari nafsu dan menyerah dalam godaan. Setelah ini, aku akan segera disetubuhi oleh para pejantan itu.

“Pak Subroto…” ucapku sambil merintih agak terdengar sensual. “Reynaldo cuma pengen bantu Bapak… Reynaldo mau menggantikan istri Bapak sementara…

Akhirnya, tangan Pak Subroto meraih tanganku yang memainkan lambang kejantanannya itu dan membimbingku menuju sebuah kamar. Begitu masuk di kamar, Pak Subroto langsung meraih wajahku dan mengecup bibirku. =

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA


"Buka pakaianmu, Dik!" perintah Pak Subroto dengan suara paraunya.

Tampaknya, Pak Subroto telah terkuasai nafsunya. Aku tak menuruti apa kata Pak Subroto kali ini. Aku masih duduk di atas kontol Pak Subroto dan berlagak sebagai seorang cowboy yang sedang melakukan rodeo. Kudengar Pak Subroto mengeluarkan desahan-desahan kecil dari mulutnya.

Setelah melakukan aksi rodeo, lantas aku bangkit dari posisi mendudukuki Pak Subroto. Kontolnya yang kini sudah ngaceng sepenuhnya itu berada tepat di depan wajahku. Kontol yang disunat itu tampak gagah dengan kepalanya yang memerah dan batangnya yang berwarna pink bersih. Aku tak tahu berapa panjang serta diameter lambang kejantanan Pak Subroto itu. Yang jelas, saat kugenggam kontol itu dari pangkalnya, sebagian dari batang dan kepalanya masih jelas terlihat. Kontol itu besar sekali…

Tanpa ragu-ragu, kumainkan kontol menggiurkan Pak Subroto dengan mulut mungilku. 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Pak Subroto segera menarik leherku dengan tidak sabar untuk menelan kontolnya di dalam tenggorokanku. Untungnya aku sudah terbiasa memainkan kontol pria-pria dewasa dengan mulutku sehingga aku tidak tersedak. Pak Subroto langsung duduk dan segera menyandarkan badannya ke sandaran ranjang. Setelah itu, dia memberiku kode untuk bermain dengan kontolnya lagi. 

Pak Subroto mengangkangkan kakinya, memberiku area yang lebih luas untuk bermain. Aku segera mendekatkan mulutku kembali ke batang kontolnya, dan mulai menjilatinya. Kemudian, aku berpindah ke kepala kontolnya yang telah mengeluarkan precum. Kujilati seluruh precum yang ada, dan perlahan mulai kumasukkan kepala dan batang kontol itu ke dalam mulutku. Senti demi senti telah masuk, namun tak seluruh panjang kontolnya mampu kumasukkan di dalam rongga mulutku. Aku mulai menggerakkan kepalaku naik turun, berusaha mengemut batang kontol pink itu makin dalam. 

Pak Subroto tidak tinggal diam mendapati kontolnya diembat seorang lelaki. Dia meraih bagian belakang kepalaku, dan meremas-remas rambutku. Kakinya pun juga tak mau kalah berperan. Pak Subroto terkadang mendekapkan pahanya erat-erat ke kepalaku agar tenggorokanku bisa menelan kontolnya semakin dalam. Nafas Pak Subroto mulai menderu, seiring dengan gerakan kepalaku yang kupercepat. Pantatnya juga bergoyang-goyang menikmati sensasi yang dilahirkan dari kontolnya yang sedang kukulum. Saat kurasakan Pak Subroto sudah mencapai satu taraf di bawah orgasme, aku segera menghentikan permainanku. Aku berdiri, lantas turun dari ranjangnya.

“Jangan dikeluarkan dulu, Pak Subroto,” ucapku manja, lalu segera melucuti setiap kain yang melekat di tubuhku hingga telanjang bulat. “Perkosa Reynaldo ya, Pak… Setubuhi Reynaldo… Anggap Reynaldo cuma seonggok daging yang diciptakan untuk kenikmatan Pak Subroto seorang…”

Kusuruh Pak Subroto untuk berpura-pura memperkosa aku, dan dia pun menurut. Pak Subroto mendekapku dari belakang, dan berlagak seakan-akan mencekikku jika aku tidak menuruti apa yang dia mau. Aku pasrah. Lantas, Pak Subroto membanting tubuhku ke ranjang, dan dia menindihku. 

Dengan penuh nafsu, Pak Subroto membuka bajuku dengan paksa hingga beberapa kancingku terputus. Dia robek kaos dalamku dengan tenaganya yang besar akibat latihan militer. Lantas, dia buka ikat pinggangku dan memelorotkan celana yang kupakai hingga terlepas. Aku berlagak merintih kesakitan, dan itu ternyata semakin memperbesar nafsu liar Pak Subroto. Terakhir, dia buka celana dalamku dan mengeluarkan kontol beserta buah zakarku. Celana dalamku dia tarik sedemikian rupa dengan muka yang sangat bergairah hingga terlepas dari tubuhku.

Melihat tubuhku yang telanjang bulat terlentang di ranjang, Pak Subroto segera menindihku dan memagut bibirku. Sambil badan kami beradu, kurasakan lidahnya menerobos masuk dan menyapu setiap permukaan mulutku, mulai dari gigi, gusi, hingga rongga mulutku. Kurasakan kontolnya begitu keras menimpa kontolku, dan jembutnya bergesekan dengan perut dan sebagian kontolku. Tampaknya, Pak Subroto sudah lupa dengan siapa dia berbuat aksi liar ini.


Ilustrasi: Subroto


“Dik… Nikmat sekali ini semua…” erangnya keenakan dengan suara parau namun tetap jantanan dan seksi.

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

“Dik… Bapak sepertinya mau keluar…” jawab Pak Subroto tiba-tiba. “Bapak keenakan banget, Dik…”


Ilustrasi: Reynaldo


Kew…lu…warin… Di… Da…lam mu…lut Rey…naldo, Phak…” ucapku sambil berusaha mendorong tenggorokanku, berusaha menelan kontol besar Pak Subroto lebih dalam.

Air mata pun mulai membanjiri kelopak mataku… Ini semua akibat lambang kejantanan Pak Subroto yang dengan gagahnya menancap dan mengisi penuh rongga mulutku. Sambil memuja kontolnya dengan mulutku, kupandangi wajah Pak Subroto dari bawah. Dengan mulutku terisi kontol Pak Subroto, kupandangi wajahnya yang tampak seperti baru saja mengkonsumsi ekstasi. Mulutnya terus mengerang-erang jantan sambil matanya terpejam, sepertinya tidak mampu menahan nafsunya yang hendak sampai di puncaknya.

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Kusandarkan kepalaku ke bahunya, hingga ia bisa leluasa menjilat dan menciumi bibirku. Pak Subroto terus saja memelukku… Sekitar lima belas menit, kami hanya berpelukan, berbisik manja, dan saling menikmati kenikmatan dari tubuh kami masing-masing. Pak Subroto juga tidak henti-hentinya mengecup bibirku lembut serta menjilatinya. Tidak banyak yang kami ucapkan, hanya ada desahan dan senyum serta tawa kecil diselingi kecupan-kecupan manis. Kemudian, tanpa dikomando lagi, kontol Pak Subroto mulai berdiri lagi. Aku merasakan ganjalan dari kontolnya yang ngaceng di pahaku bagian belakang.

Mengetahui hal ini, aku lantas meminta Pak Subroto untuk mencicipi lubang anusku. 

“Bapak mau mencoba memasukkan kemaluan Bapak di dalam pantat Reynaldo?”

Wajahnya menampilkan ekspresi seperti baru saja disambar petir. Dia memandang wajahku tanpa berkedip.


Ilustrasi: Subroto


“Adik mau dientot Bapak di lubang pantat?” jawabnya balik bertanya.

“Reynaldo pengen bikin Pak Subroto puas…”

Sekilas, Pak Subroto tampak menimang-nimang proposalku.

“Jangan lah, Dik,” jawabnya khawatir. “Bapak enggak mau memuat Dik Reynaldo kesakitan… Istri Bapak yang terbiasa melayani nafsu besar Bapak tiap hari saja kesakitan waktu Bapak iseng coba anal sex… Kan ukuran kontol Bapak gede, Dik… Lubang pantat sakit…”

“Jadi Bapak pernah anal sex?” tanyaku sumringah. “Bapak suka?”

“Suka sih… Rasanya jauh lebih rapat daripada memek…” balas Pak Subroto seperti berpikir panjang. “Tetapi, waktu itu cuma sebentar… Istri Bapak tidak kuat…”

Pembicaraan pun berlanjut terus. Awalnya, Pak Subroto terus menolak karena tak ingin melihatku tersiksa. Namun, setelah kuyakinkan bahwa nantinya aku akan merasa nikmat, dia menyetujuinya.

“Benar enggak papa, Dik?” tanya Pak Subroto dengan muka penuh kekhawatiran. “Bapak takut Adik kesakitan…”

“Kalau sama Bapak, Reynaldo pasti malah keenakan, Pak…” jawabku untuk meyakinkan Pak Subroto.

Aku mulai melihat kemantapan di mata Pak Subroto. Dia pun mengecup bibirku lembut. Setelah itu, dia pandangi wajahku. Dia menggerayang-gerayangkan tangannya ke laci di dekat ranjang kami. Ternyata dia mengambil sebuah kondom yang dia simpan di sana entah sejak kapan. Lalu, Pak Subroto dengan cekatan memakai kondom itu. Pak Subroto membungkuk sebentar, mengecup bibirku. Lidahnya pun dia keluarkan dan menari-nari di dalam mulutku. Kemudian, Pak Subroto menghentikan ciuman itu dan meludahi tangannya sendiri serta melumuri kontolnya yang telah berkonsom dengan ludahnya. Sambil matanya terus bertatapan dengan mataku, Pak Subroto meludahi tangannya lagi, lalu ikut melumurkan ludahnya ke lubang anusku.


Ilustrasi: Reynaldo


“Bapak izin masuk ya, Dik Reynaldo…”

Aku cuma balas mengangguk dengan kesiapan. Pak Subroto meletakkan kedua kakiku di atas pundaknya dan memposisikan kontolnya pas di depan lubang anusku. 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

"Lepas saja kondomnya, Pak!" pintaku ketika Pak Subroto berhasil membobol anusku beberapa kali.

"Tapi…" jawab Pak Subroto.

"Lepas saja, Pak!” kataku sambil mendesah menggoda. “Lebih nikmat tanpa kondom, kan?"

Akhirnya Pak Subroto bersedia melepas kondom dan melanjutkan permainan. Karena pantatku sudah rileks, dia dengan mudah bisa membobol pantatku. Sepertinya, liang senggamaku juga sudah mulai terbiasa dengan ukuran kontolnya.

“Dik, enak banget ini…” ucap Pak Subroto, lalu membungkuk dan memagut bibirku. “Ketat banget lubang Adik menjepit penis Bapak…”

“Cium Adik lebih dalam lagi, Pak!” jawabku berusaha mengecupkan bibirku ke bibirnya.


{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]
 

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995
Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing
Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin.

3. Melalui KaryaKarsa
Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.
Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.
Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.

Nama file di KaryaKarsa adalah: PDSP_JM

Maaf apabila nama file dibuat singkatan. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa.
 

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995
 

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.
Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.
 

Salam sayang,
Jeremy Murakami

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 46.4K 91
When Jasmine Cooper runs into a drunk rapist, a man saves her. It is Xavier Ravarivelo, the billionaire Mafia whose bride left him at the altar. Jas...
79K 2.1K 10
Sweet 🎯 Sad🎯 Nafsu 🎯 Posesif 🎯 dissociative identity disorder🎯 Aku bahkan jatuh cinta pada seorang yang aku BENCI!! MeanMin. Dia lelakiku. Phir...
44.7K 904 54
I thought I was their friend, but they treated me badly as they use me, acting like I am puppet to them for them all to use as they expect me to take...