KELAS TERAKHIR

By Lambesherilsvtrg

190 14 0

Mengapa semua tampak cemas terhadap kelasku? Mengapa persepsi umum menyatakan bahwa kelasku dianggap sebagai... More

PROLOG
PENGHUNI 1
PENGHUNI 2
PENGHUNI 3
PENGHUNI 5
SELINA NITA KUSUMO
PENGHUNI 6
PENGHUNI 7

PENGHUNI 4

11 1 0
By Lambesherilsvtrg

Buat kalian yang merasa bosan dengan bab awal, jangan dulu di skip ya..

Karena bab selanjutnya akan banyak plot twist, misteri dan juga hal hal yang menarik didalam cerita ini, dan untuk konflik yang mendalam ada di pertengahan bab..

Selamat membaca
Thank you 🌸

🕯️

Tok..tok..tok..

Aku yang sedang terbaring sambil memainkan ponsel, terkejut oleh suara ketukan pintu, membuatku bangkit dari tempat tidur.

Tok..tok..tok..

"Sabar ya, sebentar."

Ketika aku membuka pintu, aku disambut dengan sebuah party popper yang meledak di tangan abangku sendiri, Eksa.

Dor..

"Selamat ulang tahun, adikku sayang."

Melihat Eksa membawa hadiah, dan Aldi membawa kue ulang tahun dengan lilin yang menyala, membuatku terharu dan terkejut dengan kejutan ini.

"Tiup lilinnya dulu." Kata Aldi sambil tersenyum.

Sebelum tiup lilin, aku berdoa terlebih dahulu agar keinginan terbaik kami tercapai. "Semoga kita selalu bersama, panjang umur, saling mengerti dan menghargai, dilimpahkan rezeki, dan tak pernah melupakan satu sama lain, meski sibuk."

"Amin."

Aku meniup lilinnya, lalu kedua abangku memeluk dan mencium dahiku.

"Ternyata kalian sempat merayakan ulang tahunku bersama, sungguh tak terduga. Kalau ibu masih ada, pasti lebih meriah." Ujarku, mengingat ibu yang sudah tiada.

Mereka terdiam sejenak, tetapi senyum mereka kembali saat aku menghibur mereka.

"Ini hadiah dari kami berdua," kata Eksa sambil memberikan dua kotak kado.

Aku menerimanya. "Terima kasih, maaf jika merepotkan kalian."

"Tidak apa-apa."

"Kita juga merayakannya dengan ikhlas," jawab Aldi.

"Oh ya, kak, besok aku ada ldks selama tiga hari. Boleh?" Tanyaku meminta izin.

"Tentu saja boleh," jawab mereka serempak.

Tiba-tiba ponsel Aldi berbunyi. "Maaf, aku harus pergi. Ada panggilan dari atasan. Maaf, tidak bisa lama." Aldi memberikan kue itu padaku sebelum pergi.

"Eksa juga harus rapat sekarang," kata Eksa sambil melihat jam tangannya.

Mereka pergi, meninggalkanku dengan kue ulang tahun dan kado-kado itu.

"Tidak apa-apa, Claudia, tidak boleh egois," gumamku sambil meneteskan air mata dan tersenyum tipis.

Aku pun menuruni tangga menuju dapur, lalu duduk di kursi meja makan, meletakkan kue di atas meja, sambil menatapnya dengan sedih.

"Kalau saja keluargaku masih utuh, pasti lebih seru, tapi semenjak kejadian itu..." Air mataku mengalir membasahi kedua pipiku, tidak sanggup melanjutkan perkataan.

Beberapa menit kemudian, ada yang mengetuk pintu rumahku. Aku langsung berdiri untuk membukanya, sambil mengusap air mata yang masih mengalir di pipiku.

Dor..

Aku terkejut saat Reynald, Nathan, Gio, Velin, bahkan Laura dan Nesya, sudah berada di depanku. Gio meledakkan party popper, Nesya dan Nathan membawa hadiah, Laura membawa kue ulang tahun, sementara Reynald membawa buket bunga dan Velin merekam video.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday Claudia."

Mereka menyanyikan lagu ulang tahun dengan meriah, sambil tersenyum, membuatku terharu.

"Sebelum tiup lilin sebutkan harapan kamu terlebih dahulu," pinta Reynald berada di sampingku.

Aku mengatur nafas. "Harapan aku yaitu, semoga aku bisa lebih menjadi kepribadian yang lebih baik, menjadi wanita yang sangat kuat, bisa melewati ini semua, selalu dilindungi oleh orang baik baik, dan bisa selalu bersama kalian, kalaupun kita sibuk, aku harap kita ga saling melupakan satu sama lain."

Setelah itu aku meniup lilinnya hingga padam, membuat mereka bersorak.

Yeay..

Reynald mendekat kearahku, menyerahkan buket bunga kepadaku. Aku langsung menerimanya dengan berhati hati. "Buat kamu, semoga kamu suka ya."

Aku tersenyum lebar. "Terimakasih ya, aku suka kok."

Setelah itu Nathan, kearahku memberi dan membawakan kotak kado milik Reynald dan Gio, di susul oleh Nesya yang juga ikut membawakan kotak kado milik Laura dengan Velin.

Aku menerimanya dengan sepenuh hati. " Terimakasih, guys ayo masuk dulu sini.".

Mereka pun berbondong bondong untuk masuk kedalam rumahku, dan duduk di sofa rumahku.

"Btw kita bawa perlengkapan buat nanti LDKS nih," kata Velin memberitahu dengan eksitasi.

"Ouh, yang cewek langsung aja ke kamarku taruh barang-barangnya, aku juga mau taruh hadiah ini dikamar. Untuk yang cowok-cowok di kamar sebelah," jelasku dengan senyum simpul.

Aku mengutak-atik ponselku untuk menelpon pelayanku dan mencari nama kontak pelayannya. Saat teleponnya berdering, ia langsung mengangkatnya dengan gesit.

"Hallo, Bi, maaf boleh siapin makanan dan minuman, karena teman-temanku sedang berada di rumahku," titahku sambil menggenggam ponsel di samping telingaku.

"Baik, non," jawabnya ramah.

"Terima kasih." Aku mengakhiri panggilan dengan rasa lega.

Aku pun beranjak berdiri, menuju meja dapur untuk mengambil hadiah dari kedua kakakku. Setelah itu, aku menaiki anak tangga menuju kamar pribadiku, sambil menyimpan kado-kadoku di dalam kamarku.

Ketika aku sampai di kamarku, teman-temanku ada yang sedang bermake-up, rebahan, sudah mengenakan baju tidur, dan ada juga yang asik bermain ponsel. Aku tak memperdulikannya, membiarkan mereka beristirahat terlebih dahulu.

Aku pun mulai menata rapi hadiah-hadiah mereka yang diberikan kepadaku dengan penuh kasih sayang.

"Guys, jangan dulu tidur ya, kita omongin buat besok," ucapku dengan suara lembut, membuat mereka kembali beranjak berdiri untuk siap-siap kembali ke ruang tamu.

Setelah mereka sudah bersiap, aku bersama yang lain bergegas menuju ruang tamu. Saat menuruni anak tangga, aku sudah melihat Reynald, Nathan, Gio, berkumpul di ruang tamu itu sambil tersenyum ceria.

Para gadis-gadis itu langsung bergabung dengan mereka, sambil menikmati hidangan dan minuman yang baru saja disiapkan.

"Lo pada bikin gue emosi, pokonya gue dendam sama kalian," kataku sambil mengingat insiden itu.

Mereka semua tertawa terbahak bahak, mengingat saat mereka mempermainkan Claudia.

"Rey, Gio, minta maaf lu," kata Nathan sambil tersenyum, menyenggol lengan Gio.

"Heh, lu pada juga minta maaf, ya," balas Gio dengan santai.

"Minta maaf bareng-bareng dong!" goda Nathan, membuat kami semua tertawa.

"Maaf ya Claudia," jawab kami bersamaan, disusul tawa yang lebih keras.

Aku tersenyum melihat tingkah laku mereka. "Iya, aku maafin. Terima kasih ya."

"Karena tadi jadwal rapat kita dijadikan bahan prank, sekarang kita serius nih dalam pembahasannya," sambungku.

"Lah iya, niat kita tadi rapat dulu, baru ngeprank," seru Velin, teringat akan kejadian tadi.

"Biasa, kebawa emosi," celetukku sambil menggelengkan kepala.

"Jadi begini, ketika saya meninggalkan ruang osis, saya berdiskusi dengan guru yang bertanggung jawab atas ldks, dan beliau menjelaskan mengenai metode yang akan diterapkan di asrama nanti. Keadaan asrama akan terdiri dari 4 lantai. Lantai 4 akan dijadikan sebagai aula tempat pertemuan, serta ruang rapat panitia. Bahkan, ruang rapat panitia dan ruang istirahat osis akan terpisah, sehingga akan tersedia ruang istirahat khusus untuk osis di lantai 4. Lantai 3 akan diisi dengan kamar-kamar untuk para wanita, lantai 2 untuk para pria, dan lantai 1 akan menampung lapangan yang akan digunakan untuk tes mental. Di lantai 1 juga akan tersedia taman dengan kolam renang. Setiap kamar akan ditempati oleh 3 orang dari satu kelas, baik perempuan maupun laki-laki, seperti Velin, Nesya, dan Kinara dari satu kelas akan menginap dalam satu kamar, begitu juga dengan para pria di lantai 2. Mengenai panitia osis, karena jumlahnya ada 5 orang, saya akan satu kamar dengan Velin, sementara Reynald, Nathan, dan Gio akan tidur dalam satu kamar. Untuk ruang makan, akan tersedia di lantai 1," jelasku dengan detail dan perhatian yang penuh.

"Sampai di sini, apakah semuanya mengerti?" tanyaku.

"Paham, tetapi mengenai transportasi, bagaimana?" tanya Velin membalas.

"Untuk transportasi, bis pertama penanggungjawabnya yaitu Gio, Velin, dan dua guru, yaitu Pak Harto dan Ibu Nevi. Sedangkan bis kedua untuk penanggung jawab nya ada saya, Reynald, Nathan, dan satu guru, yaitu Ibu Olla. Tugasnya yaitu Gio akan mengatur siswa-siswi, sedangkan Velin akan bertanggung jawab atas absensi. Pada bis kedua, saya akan absen dan Reynald, Nathan, yang akan mengatur siswa-siswi. Meskipun telah diberikan tugas masing-masing, kalian tetap memiliki tanggung jawab terhadap siswa-siswi," jawabku dengan rinci.

"Dress code?" Tanya Laura.

"Walaupun sudah dijelaskan dalam grup, saya akan menjelaskannya sekali lagi. Pada hari pertama, anggota panitia diwajibkan mengenakan seragam sekolah beserta id card osis, yang harus dipakai. Pada malam harinya, diwajibkan mengenakan pakaian serba hitam, mengingat akan adanya tugas patroli malam. Pada hari kedua, anggota panitia diharuskan mengenakan blazer hitam, rok hitam, dan kemeja putih. Sedangkan pada hari ketiga, kembali mengenakan seragam sekolah beserta id card. Adapun untuk siswa-siswi lainnya, mereka sudah diberitahu untuk mengenakan seragam sekolah dan membawa pakaian tidur serta pakaian olahraga secara bebas," jelasku dengan detail meskipun informasi tersebut telah disebarkan melalui media sosial

"Duh saya sebagai ketua, seharusnya saat itu saya mendampingi Claudia untuk ikut konfirmasi," ujar Reynald dengan rasa menyesal.

"Tidak apa-apa. Vel, kamar asrama kita berada di nomor 203, Laura, Nesya, Kinara, kalian di nomor 193, dan kalian, Rey, Gio, Nathan berada di kamar nomor 213."

Kami kemudian kembali ke kamar masing-masing dengan menaiki tangga terlebih dahulu.

                            🕯️

Pada malam hari ini, gadis bernama Nita berada didepan ruangan kantor ayahnya sendiri, yang bernama Alvaro. Dengan perasaan cemas sambil membawa tempat makan yang berisi banyak makanan di dalamnya.

Tok tok...

Gadis itu sudah mengetuk pintu itu namun tidak ada jawaban dari sang ayah, akhirnya dengan berhati-hati gadis itu membuka pintu itu untuk memasuki ruangan itu. "Permisi,"

"Ada perlu apa anda berada di sini?" Tanya Alvaro dengan suara tegasnya.

"Nita membawakan makanan untuk papa," balas gadis itu dengan rasa cemas.

Pria itu beranjak berdiri lalu menghampiri gadis itu yang sedang gemetar.

Alvaro langsung menarik tempat makan itu, setelah itu membanting tempat makan itu, sehingga menimbulkan suara yang lantang. Gadis itu terkejut membuat nafasnya tak karuan, dan membuat kedua air matanya hampir pecah, gadis itu menahan air matanya dengan kedua mata yang sudah memerah.

"Anda ingin meracuni saya, setelah membuat adikmu sendiri mati?!" Tuduh Alvro.

Gadis itu menggelengkan kepala, bahwa itu tak benar. "Pah.. Anita mati bukan karena aku. Nita juga merasa kehilangan setelah-"

"Halah, jangan berpura-pura baik di depan saya, anda hanya bisa mempermalukan keluarga Alvaro Bima Hergono!" sentak Alvaro dengan suara baritonnya.

Gadis itu tak menyangka bahwa ayahnya sendiri memperlakukan anaknya dengan seperti itu. "Papa, sebenci itu kah sama Nita?" Pikirku.

"Lebih baik anda pergi, sebelum saya melakukan kekerasan!" usir Alvaro dengan tak berperasaan.

Gadis itu langsung berlari keluar dari ruangan itu dengan menutup pintunya secara keras, sehingga menimbulkan suara yang sangat berisik.

                                🕯️

GIMANA NIH??

JANGAN LUPA UNTUK DI VOTE 🤩

TERIMAKASIH ✨

NEXT..

Continue Reading

You'll Also Like

6.7K 1.4K 26
بۆ یەکەمین جا ویستم تامی خۆشەویستی بکەم کاتێک چاوم بە ژنی برا مردووەکەم کەوت ئەقڵو خەیاڵمی کۆنتڕۆڵ کرد .... /بردنی بیرۆکەکەی نیشانەی کەمی خۆتو بێئەق...
2.7K 107 45
This is Demon Slayer yandere one shot. The Demon Slayer characters are NOT mine. Also the art is NOT mine, all credit goes to the artist. This book c...
30.1M 660K 33
For months Summer is trapped in a cellar with the man who took her - and three other girls: Rose, Poppy, and Violet. His perfect, pure flowers. His f...
8.9K 1.1K 23
🔞ធម្មតាៗគ្រាន់តែប្រើរយៈពេលដើម្បីគ្រប់គ្រង់តែប៉ុណ្ណោះ....