Tumbuh dalam Runtuh (CindeRen...

Von Crowdstroia

598K 12K 893

Dalam dunia di mana sebagian manusia adalah mutan yang memiliki belahan jiwa, seorang lelaki menemukan belaha... Mehr

epigraph
PEMBUKA
2 || Sebelum Bertemu
3 || Sesudah Bertemu
4 || Kencan
5 || Impulsif

1 || Pertemuan

1.6K 208 22
Von Crowdstroia

| 1 |

PERTEMUAN



ADA DUA ALASAN mengapa Rendra tak perlu melakukan pekerjaan malam ini.

Pertama, Rendra adalah seorang Letnan. Dalam organisasi Balwana, jabatan Letnan ada di bawah jabatan Komandan, jabatan tertinggi di organisasi. Masih ada Sersan, Eksekutif, dan anggota bawah dengan beragam level di bawah jabatan Letnan. Sehingga, Rendra tak perlu turun lapangan untuk menangkap cecunguk yang pernah melecehkan istri dari salah satu komandannya. Masih ada anggota bawah yang bisa disuruh untuk menangkap cecunguk kecil. Ditambah lagi, cecunguk bernama Hutomo ini tidak sulit ditangkap. Hutomo hanya manusia biasa, sedangkan Rendra serta sebagian besar anggota Balwana adalah mutan.

Balwana merupakan organisasi pasar gelap yang sudah lama berkecimpung di dunia bawah tanah. Para petinggi Balwana rata-rata adalah mutan yang disuntik oleh serum Meliora. Sebagai mutan Meliora, mereka memiliki indra-indra lebih tajam dan kekuatan melebihi manusia biasa. Melakukan parkour sudah segampang berhitung dua tambah dua bagi mereka. Turun dari gedung puluhan lantai atau menaiki gedung tanpa tangga atau lift pun tidak menjadi hal sulit. Namun, anggota bawah yang bukan—atau belum jadi—mutan pun, jika sudah menjalani combats training, pasti juga diajari parkour. Walau parkour untuk anggota manusia biasa takkan seekstrem latihan untuk anggota Balwana yang mutan.

Berjarak lima menit dari tempat mobilnya diparkir, Rendra akhirnya tiba di depan gedung dengan seragam night hunt Balwana yang serbahitam. Dia mengendus bau tubuh manusia, mengidentifikasinya satu-satu, lalu menaikkan letak masker buff dan memakai sarung tangan. Lekas, dia memanjat cepat menuju atap gedung yang datar, kemudian bersembunyi di balik tangki air besar.

Alasan kedua mengapa Rendra tak perlu mengerjakan pekerjaan ini: Rendra memiliki pekerjaan lain yang seharusnya segera dia selesaikan. Tenggatnya besok, tapi Rendra sedang tak ingin memikirkannya. Sebab itulah dia mengambil alih pekerjaan night hunt malam ini untuk memburu Hutomo. Rendra sadar, dia sedang menunda-nunda. Tapi dia beralasan bahwa ini hanya pengalihan sejenak dari pekerjaan utama yang membuatnya pusing.

Pekerjaan anggota bawah Balwana umumnya tak perlu banyak mengambil keputusan, tinggal menjalankan perintah saja, dan itu sangat mudah dijalani untuk Rendra. Dia tidak perlu banyak berpikir. Dia sedang butuh pengalihan itu.

Ada beberapa orang yang berjaga di atap gedung ini. Sebuah helikopter dengan pilot pun juga ada. Pilot helikopter itu mendekati dua penjaga yang sedang merokok. Rendra tak mendeteksi kehadiran orang lain. Dia mengecek jam tangan. Sudah pukul 21.55. Berdasarkan informasi yang dia dapat, Hutomo akan pergi dengan helikopter di gedung ini pada pukul 22.00.

Rendra meraih senapan bius dari sarung senjata, lalu menembaknya ke leher tiga orang bawahan Hutomo itu dengan presisi. Senapan biusnya dapat membekukan tubuh sebelum membuatnya tak sadarkan diri.

Rendra pun keluar dari persembunyian, berjalan menuju tiga orang itu untuk mematikan rokok mereka. Tugasnya hanya perlu menangkap dan membawa Hutomo ke markas Balwana, tak perlu meninggalkan kebakaran kecil di atap gedung. Namun saat dia menginjak rokok mereka, pintu tangga darurat terbuka. Hutomo keluar seperti dikejar setan dari belakang.

Gesit, Rendra menembakkan senapan biusnya ke leher Hutomo. Pria itu segera jatuh sebelum mencapai helikopter. Rendra menarik tubuhnya untuk dibawa ke markas. Tentu, dia tergoda untuk membawa Hutomo menggunakan helikopter pria itu. Namun dia ingat bahwa Tama, Komandan Balwana yang menunggu Hutomo itu berpesan, "Do not cause unnecessary attention."

Rendra pun menggendong tubuh Hutomo.

Angin berembus kencang malam itu. Dan tak seperti malam-malam yang selama ini Rendra lalui, malam ini dia mencium aroma unik yang tak pernah dia dia cium seumur hidupnya. Sumbernya dari arah tangga darurat yang pintunya terbuka lebar. Telinganya menangkap suara langkah semakin mendekat menuju area atap ini.

Rendra segera bersembunyi dengan tubuh Hutomo ke balik tangki air, menunggu.

Begitu sang pemilik langkah tiba di atap, aroma asing yang Rendra cium makin jelas.

Di atas gedung puluhan lantai, semilir angin malam kian kencang, membawa aroma tubuh dari wanita dengan kaki telanjang masuk ke hidung Rendra. Jika dideskripsikan, aromanya jernih, membuat Rendra terbayang embun hampir beku di dataran tinggi. Nyaris seperti petrikor, tapi terlapis oleh wangi pohon Aras—pasti ini dari parfum, tapi sisanya tidak. Rendra juga mencium aroma tubuh yang benar-benar membangunkan indra. Aroma tubuh wanita yang khusus hanya bisa dicium olehnya. Hanya satu di dunia.

Rendra mengerjap-ngerjap dengan detak jantung bertalu.

Jadi, seperti inikah rasanya jika mutan bertemu belahan jiwa?

Dia kembali menatap sosok wanita di depannya. Pakaian wanita itu terlihat formal dengan blus putih dan celana panjang berwarna senada. Rambutnya pendek dan dikucir satu secara asal, Matanya besar, bersorot liar karena mencari-cari sesuatu di sekitar. Wajahnya agak berkeringat. Napasnya terengah. Semuanya terlihat memesona untuk Rendra.

Selain menyadari wanita itu tak mengenakan alas kaki—mungkin dia meninggalkan sepatu hak tingginya di tengah jalan—Rendra tentu menyadari hal paling penting: wanita itu membawa revolver.

Baiklah. Rendra makin sadar, situasi ini bukan situasi ideal untuk bertemu belahan jiwa. Namun, ini bukan yang terburuk.

Tak membuang waktu, Rendra pun keluar dari balik tangki air, berjalan mendekat hingga wanita itu bisa melihatnya dengan jelas.

"Siapa kamu?" tanya wanita itu, langsung mengacungkan revolvernya ke Rendra. "Apa yang kamu mau?"

Rendra menatap perempuan itu. Seluruh tubuhnya terasa relaks dan ingin menikmati tiap detik yang dia miliki saat ini. Ah, ternyata begini rasanya pas ketemu belahan jiwa. Dia hanya mau tersenyum melihat perempuan di depan, yang kini Rendra beri nama panggilan Shiro-ya dalam otaknya, karena perempuan itu berpakaian serbaputih dari blus hingga celana. Namun, meski Rendra hanya ingin tersenyum, dia yakin senyumnya di saat ada revolver mengarah ke dirinya akan disalahartikan oleh Shiro-ya. Padahal Rendra ingin tersenyum karena dia akhirnya bertemu belahan jiwanya, bukan karena dia maniak darah.

Tak ada yang membuatnya resah atau takut saat ini. Toh, peluru tak terlalu berpengaruh kepada mutan Meliora berlevel Letnan sepertinya, sebab kemampuan regenerasinya lebih cepat dibanding mutan Meliora level bawah.

Untuk membuat perempuan itu menurunkan pertahanan, Rendra menurunkan buff dari hidungnya ke leher, membuat seluruh wajahnya terlihat jelas. Hal ini membuat Shiro-ya sedikit terkejut, tetapi tetap mengacungkan revolvernya.

"Gue Rendra," ujar Rendra, mengangkat dua tangan sekilas. "Lo nyari siapa?"

Shiro-ya sempat menurunkan revolvernya, ragu. "Saya cari bapak-bapak pakai kemeja hijau. Tadi dia lari ke sini. Sembunyi di mana si Hutomo?"

"Ah, Hutomo, ya." Rendra tersenyum minta maaf. "Sori ya, gue ada urusan sama dia. Jadi gue harus bawa dia pergi."

"Saya juga ada urusan sama dia!" Shiro-ya kembali menaikkan revolver. "Di mana dia sekarang?"

Rendra tersenyum, santai. "Apa urusan lo sama dia sampai lo bawa revolver? Apa lo mau dia mati? Atau, mau siksa dia dulu sebelum dibunuh?"

Wajah Shiro-ya masih kaku, sama sekali tak terlihat relaks. Genggamannya di revolver tetap kukuh. "Kamu siapa? Pasti kamu bukan dari kepolisian kan?"

Rendra tertawa. "Jelas bukan." Dia berdeham. "Begini, gue punya ide bagus. Gue bakal ambil Hutomo pergi, dan kalau lo mau, gue bisa siksa dan bunuh dia, jadi lo nggak perlu berurusan sama mayatnya. Riwayat lo pun tetap bersih dari catatan kriminal. Gimana?"

Shiro-ya terdiam. "Ada urusan apa kamu sama Hutomo?"

"Sebenernya yang mau berurusan sama dia itu bos gue. Tugas gue cuma nangkep dan bawa dia ke tempat bos."

"Jadi, apa Hutomo akan dibunuh bos kamu?"

"Nggak tahu. Gue pun nggak wajib membunuh dia. Bos gue butuh dia hidup-hidup untuk sementara. Tapi, gue bisa membunuhnya kalau lo mau. Tentu ada syaratnya."

"Apa?"

Cepet banget jawabnya, bahkan nggak ragu sama sekali, pikir Rendra, merasa terkesan. "Syaratnya itu ada dua. Pertama, kasih tahu nama lengkap lo."

"Kenapa kamu mau tahu nama lengkap saya?"

"Karena gue penasaran. Gue juga bisa kasih nama lengkap gue, kalau lo penasaran."

"Sebenernya apa mau kamu?" Perempuan itu terlihat mulai tidak sabar. "Kalau memang Hutomo itu target tangkapan kamu, harusnya kamu bawa dia dan pergi sekarang. Kamu nggak perlu bicara seperti ini sama saya. Nggak perlu berurusan sama orang selain targetmu."

"Betul," ujar Rendra, lalu menghela napas. "Look, I get it. Lokasi dan waktu kita sekarang ini memang nggak ideal, tapi gue mau kenalan sama lo. Alasan kenapa gue penasaran sama lo akan gue berikan kalau lo bersedia kencan sama gue. Dan kencan inilah syarat kedua gue buat—ah, ah, gue nggak menyarankan lo untuk tarik pelatuknya. Kalau ada yang dengar suara tembakan, itu akan merepotkan buat lo."

Shiro-ya menurunkan revolvernya perlahan, tetapi tetap dengan kuda-kuda yang siap kembali menembak.

Rendra melepaskan pistol dan senapan biusnya dari sarung senjata, menaruhnya di lantai, lalu menendangnya ke arah perempuan itu.

"See? Gue udah kasih senjata gue," ujar Rendra. "Turunin revolver lo biar kita bisa bicara, oke?"

Sebenarnya Rendra masih bisa membunuh tanpa perlu senjata. Tapi, itu bukan informasi yang perlu dia berikan sekarang.

Perlahan, revolver yang perempuan itu acungkan pun turun. Rendra tersenyum dengan sikap kooperatif Shiro-ya.

"Jihan Swastu Anindyaswari."

Sepasang alis Rendra terangkat mendengar nama peremuan itu. Dia suka namanya, terdengar indah dan menerbitkan senyum. Rendra pun membalas, "Birendra Janardana. Atau, panggil aja Rendra."

Sebab nama aslinya baru akan dia berikan kepada mereka yang dia percaya.

Rendra langsung mengecek nama perempuan itu di ponselnya. Dia menemukan media sosial dan berbagai pranala tentang wanita itu. Senyum Rendra melebar. Nama yang diberikan bukan nama palsu. Sedikit, Rendra merasa kurang adil karena hanya memberi Jihan nama yang dia pakai setelah dia 'hidup kembali' dengan identitas baru.

Tapi, mereka masih punya waktu untuk mengenal satu sama lain. Rendra tak diburu oleh apa pun.

Atau mungkin, sebenarnya dia sedang diburu sesuatu, tapi Rendra memilih untuk mengabaikannya.

"Oke, Jihan," ujar Rendra. "Lusa, hari Minggu jam satu siang, lo ada waktu?"

Jihan terdiam dengan mata masih menatap waspada. Tapi dia tak menanyakan hal yang tidak perlu. "Ada."

Rendra menoleh ke sekitar, mencari-cari tempat untuk berkencan, lalu menemukan sebuah kafe dua lantai dalam ruko yang lampunya masih menyala. Plang bertuliskan nama kafenya cukup besar, bisa dilihat dari jauh. Jarinya pun menunjuk ke arah sana sambil menatap Jihan. "Lo lihat kafe di ruko yang gue tunjuk? Yang ada plang nama Butter & Sugar Café? Yang ada payung-payung cokelat di area outdoor-nya?"

Jihan mengikuti arah pandang Rendra. Menemukan kafe yang ditunjuk tersebut tidak sulit. Dia pun mengangguk. "Lihat."

"Ini syarat kedua gue kalau lo mau Hutomo gue bunuh: kita ketemu di kafe itu lusa jam satu siang. Inget ya, Butter & Sugar Café, hari Minggu jam satu siang. Tolong jangan telat."

Mata Jihan memicing.

Dia menatap pistol dan senapan bius Rendra di dekatnya, lalu segera menendang senjata-senjata itu kembali ke sisi Rendra.

Rendra tersenyum dan memungutnya, lalu memasukannya kembali ke sarung senjata. "Setuju, ya?"

Jihan ragu sejenak. "Apa kamu diizinkan bosmu untuk menyiksa dan membunuh Hutomo? Apa itu memang prosedur dari bosmu, atau inisiatifmu sendiri?"

Rendra ingin tertawa oleh absurdnya percakapan ini. "Gue sih nggak wajib menyiksa dan membunuh. Tapi, gue bisa melakukannya kalau lo meminta. Walau, Hutomo baru akan mati kalau bos gue udah selesai urusannya sama dia." Dia memiringkan kepala. "Jadi, lo setuju ya buat kencan sama gue?"

Jihan tak langsung menolak, dan itu membuat Rendra menahan senyum lebar. Apa Jihan akan berterima kasih kepadanya jika dia menyiksa Hutomo sebelum membunuhnya? Atau, apakah Jihan akan merasa jijik dan menganggap Rendra hanya penjahat brutal haus darah?

"Baik, saya terima tawaranmu. Tolong lakukan sesuai kesepakatan kita. Kalau bisa, tolong biarkan dia tersiksa sebelum membunuhnya," ujar Jihan. Sejurus kemudian, setelah ragu sesaat, dia menambahi, "Terima kasih."

Kali ini cengiran lebar Rendra tak bisa terbendung. "My greatest pleasure. Nice to meet you, Jihan. Sampai jumpa di Butter & Sugar Café hari Minggu jam satu siang."

Jihan tak menjawab. Hanya mengamati Rendra yang mengangkat tubuh Hutomo. Ketika angin berembus kencang dan membuat rambutnya menutupi mata hingga dia kelilipan, Jihan membuang muka dua detik untuk menyingkirkan helai rambutnya. Tapi saat dia kembali membuka mata, Rendra sudah tak ada di atap ini, sudah pergi tanpa suara.

[ ].

1,9k words
5/4/2024


A/N

Di cerita Tergenggam dalam Nyaris, ceritanya Bening (female lead) itu kan pernah disekap sama orang bernama Nicholas. Hutomo adalah salah satu temen Nicholas yang pernah melecehkan Bening pas Nicholas bawa Bening ke resort yang disewakan Danes. Tentang Nicholas yang pernah bawa Bening ke resort, ini disinggung sedikit di Sarhad lewat percakapan antara Tama dan Danes. Danes juga sempat menawarkan Tama daftar para tamu yang stay bareng Nicholas di resort-nya saat itu. Nah dalam cerita Tumbuh dalam Runtuh, salah satu nama dalam daftar itu adalah Hutomo. Kurang lebih gitulah benang merahnya.

Chapter 35, alias chapter terakhir Tergenggam dalam Nyaris bakal diunggah hari ini juga di KaryaKarsa, tapi agak maleman.

Catatan:

Shiro berarti putih dalam bahasa Jepang. Sedangkan suffix "-ya" digunakan oleh beberapa tokoh anime yang ditonton Rendra. Dalam kondisi ini, Rendra menggunakannya karena mengikuti cara Trafalgar Law memanggil nama tokoh dari One Piece dengan suffix "-ya", seperti "Nico-ya" untuk memanggil Nico Robin dan "Eustass-ya" untuk memanggil Eustass Kidd.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

57.1K 5.6K 129
Author(s) Author Y9DHJc Genre(s) Fantasy, Romance Type Chinese Webnovel Tag(s) CHINESE NOVEL, COMPLETED Status Bab 129 Completed Sinopsis Sakit par...
59.9K 4.5K 10
•𝘖𝘯 𝘨𝘰𝘪𝘯𝘨• ______________________________________________ Naruto itu sekertaris imut tapi Lola,sedangkan Sasuke bos tampan bermulut pedas ____...
3.4K 812 34
Abin kena kutukan. Tapi hingga kini, tak jua obatnya ditemukan. Lalu saat dia bertanya dengan siapa saja yang dianggap kawan, mereka justru tanpa ras...
926K 73.3K 41
[COMPLETED] Ketika banyak orang bilang, "mana ada cewek dan cowok temenan?" jawabannya, ADA. Pria yang sering mondar-mandir di dapur rumahku tiap abi...