PENGASUH

By Cratelius

149K 13.8K 1.2K

[Completed] Pusat organisasi pembunuh bayaran telah terbongkar dan menjadi buron oleh negara. Salah satu caba... More

Note;
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
End

32

1.8K 173 14
By Cratelius

Masa lalu

*

"Kak Feni?"

Feni menoleh ke belakang lalu tersenyum, melihat anak laki-laki yang sempat ia ajar dahulu menyapanya dengan senyum khas yang sangat Feni sukai. "Sello, hai! Apa kabar?" Feni memeluk Sello sesaat lalu mengelus kepala anak itu.

"Sello baik, kak Feni?" Tanya Sello membalikkan pertanyaan Feni. Wanita itu mengangguk, lalu melirik ke sekitar toko apotek tempat mereka berdua bertemu. "Kamu sendirian?"

"Hu'um, lagi nyari obat jerawat. Kakak sendiri? Kok ga mampir markas? Ada anak-anaknya kak Shani juga, loh."

Feni menggeleng kecil lalu mengangkat sebuah botol betadine yang baru saja ia ambil. "Beli ini, nih. Kapan-kapan deh kakak ke sana, lagi sibuk. Anaknya Shani kenapa disana?" Ucap Feni beruntun, menjawab semua pertanyaan Sello dan melempar satu pertanyaan karena penasaran kenapa anak-anak Shani berada di markas Gracia.

"Kata mereka sih, mau main aja, sekalian ngelanjut nyari pelaku pembunuhan kak Jessi," jawab Sello. "Emm, kak. . Aku boleh nanya?"

"Tanya apa, hm?"

"Kenapa mereka segitunya nyari pelaku pembunuhan kak Jessi? Aku tahu, kalau kak Jessi itu temen mereka. Tapi, segitunya banget?"

Feni terkekeh kecil, tiba-tiba otaknya mengingat suatu kenangan yang sempat terkubur karena sudah lama sekali tidak ia ingat. Feni mengangkat tangan, lalu mengelus pucuk kepala Sello. "Jessi itu lebih dari seorang teman."

"Lebih?"

Kepala Feni terangguk tipis, sudut bibirnya pun terangkat. "Kamu percaya ga kalau enam saudari itu bisa ga akur?"

"Mereka? Ga akur? Kayaknya ga mungkin kak, solid begitu."

"Kelihatannya aja selalu kompak," jawab Feni dengan tenang. "Tapi sebenarnya, tanpa Jessi mereka semua itu ga akan bisa akur. Terutama Adel, Azizi sama Freya," sambung Feni sembari berjalan menuju kasir, diikuti oleh Sello yang berjalan disebelahnya.

"Kak Adel sama kak Freya?"

"Jessi itu keluarga Adel, tapi Adel ga tahu kalau Jessi adalah adik dari ayah angkatnya. Yang ia tahu, Jessi adalah orang yang memberinya alasan untuk hidup," urai Feni membuat Sello semakin penuh tanda tanya, penasaran dengan masa lalu dari kakak-kakak seniornya, terutama masa lalu orang yang penting bagi mereka, Jessi. "Pokoknya, Jessi itu orang yang penting bagi mereka semua, deh."

"Tapi kenapa kak Adel sama kak Freya ga akur?" Tanya Sello merasa pertanyaannya tidak terjawab dari penjelasannya Feni. Wanita itu tersenyum tipis, lalu menoleh dan menatap manik hitam Sello.

"Panjang ceritanya."

---

Akademi militer anak, adalah mantel luar dari tempat pelatihan anak-anak yang akan menjadi pembunuh bayaran. Organisasi gelap berkedok sekolah fisik, itulah tempat yang mempertemukan Kathrina, Adel, Azizi, Olla, Fiony, dan Freya.

Mereka berenam adalah teman satu angkatan, dan kebetulan berada di bawah komando yang sama, Shani.

Anak-anak berusia 12 tahun sampai 16 tahun ada di sini, di latih untuk menjadi pembunuh profesional yang akan diterjunkan ke dalam dunia bisnis yang gelap. Kathrina dan Freya, dua anak berbakat yang tahun ini menerima penghargaan dari akademi dan digadangkan akan resmi menjadi bagian organisasi, kini sedang sibuk menyambut kedatangan para senior-senior mereka yang malam ini berkumpul di akademi.

"Freya, bisa ambilkan lima botol lagi?" Pinta Gracia dengan teleng, wajahnya merah dan tubuhnya sempoyongan. Freya mengangguk dan beranjak dari duduknya lalu pergi ke dapur, meninggalkan Kathrina yang duduk di sebelahnya, menatap ke arah senior-seniornya yang sedang asik minum dan mabuk.

"Kalau udah resmi jadi anggota, aku bakal ikut minum-minum juga ga ya?" Gumam Kathrina menatap seorang laki-laki dewasa yang duduk didepannya, sedang meminum satu gelas berisi alkohol dalam sekali teguk. "Aghhh, segar!" Ucapnya dengan gembira. Laki-laki itu mengusap bibirnya, lalu tanpa sengaja netra nya bertatapan dengan Kathrina yang masih memandanginya.

"Mau?" Tawar laki-laki itu sembari menyodorkan gelasnya yang sudah kembali terisi.

Kathrina menggeleng lalu mengibas kedua tangannya, menolak tawaran minum dari laki-laki itu. "Engga usah, paman! Kathrin masih empat belas tahun."

"Masih muda, tapi udah bisa melayani senior?" Laki-laki itu mengusap dagunya, bingung kenapa ada anak kecil yang sudah di percaya melayani para senior yang datang ini.

Sedikit informasi tentang tradisi turun-temurun yang ada di organisasi mereka. Anak-anak  akademi yang sudah diberi kepercayaan untuk melayani dalam acara minum-minum para senior, berarti sudah bisa di angkat menjadi anggota resmi organisasi. Namun, biasanya anak akademi yang bisa dipercaya itu adalah anak berusia kisaran 17 sampai 19 tahun.

Itu sebabnya laki-laki yang menawarkan minum pada Kathrina sedikit terkejut saat mendengar usia Kathrina yang terbilang cukup muda.

Laki-laki kembali menatap Kathrina, tiba-tiba di pikirannya terbesit suatu wajah yang ia ingat dua tahun yang lalu. Wajah yang membuat dia di pukuli oleh dua orang wanita dan akhirnya di paksa untuk bergabung di organisasi ini.

"Kamu yang waktu itu nyuri dompet saya 'kan?!" Pekik Oniel. Laki-laki itu terkejut, bertemu kembali dengan anak kecil yang ia temui dua tahun lalu.

"Loh, paman ini yang pernah jadi target kami 'kan?" Tanya Kathrina ikut mengingat kejadian lucu dua tahun yang lalu saat ia bersama kak Feni dan Kak Shani menjalankan misi.

"Permisi, lima botol bir dan dua botol soju sebagai tambahan," sela Freya sambil menaruh botol-botol yang ia sebutkan itu di atas meja, menghalangi Kathrina yang sedang berbicara dengan Oniel. "Kath, di cari kak Feni di dapur," sambung Freya setelah menyenggol lengan Kathrina, memintanya untuk segera pergi ke dapur karena Feni membutuhkannya.

"Kak Zee bikin ulah lagi," imbuh Freya sebelum Kathrina berdiri dari duduknya.

"Sama Adel?"

"Emang bisa sama siapa lagi kak Zee bikin ulah?"

Kathrina terkekeh lalu beranjak dari sana, meninggalkan Freya dengan senior-seniornya yang masih bergembira sambil meneguk minuman keras.

Di dapur, Kathrina mendapati Azizi dan Adel sedang di marahi kak Feni habis-habisan, suara Feni yang cempreng mengisi udara dapur yang sudah terasa pengap.

Kathrina menahan gerak bibirnya, mencoba untuk tidak mengeluarkan suara tawanya karena merasa lucu melihat wajah dua temannya yang hendak menangis itu.

Ya, Azizi dan Adel hampir menangis.

Segala sumpah serapah, caci maki dan juga kutukan keluar dari bibir pedas Feni, menusuk langsung ke hati Azizi dan Adel. Meski di cercah, dua anak itu tak memiliki dendam pada Feni. Begitu juga pada senior-senior mereka yang pernah memarahi mereka, tak akan ada dendam meski mereka di maki sedemikian rupa.

"Ngapain lagi mereka, kak?" Sela Kathrina dengan senyum puasnya menatap dua saudari nya itu. Feni menoleh kebelakang, melihat Kathrina yang sedang berdiri di ambang pintu. "Nyuri minuman, lagi," jawab Feni sedikit berjeda, mengingat dahulu dua anak bandel ini pernah mencuri minuman keras dari dapur juga.

"Zee yang punya ide, kak," adu Adel lebih cepat sebelum Azizi.

"Hah? Kamu tuh yang ajak!" Kilah Azizi tidak terima. Keduanya saling bertatapan, mengadu netra mereka dengan galak, berharap ada yang takut dan mengalah.

"UDAH! Haduh, kalian ini udah gede masih berisik aja ya!" Sergah Feni, kesabarannya bagai tisu basah yang di belah tiga. "Daripada kalian tuduh-tuduh gini, mending kalian ikut kakak kebelakang!" Titah Feni kemudian memutar badannya, melenggang keluar sambil menarik tangan Kathrina. "Kamu juga ikut."

"Kemana, kak?" Tanya ketiga anak itu hampir serentak, penasaran kenapa Feni mengajak mereka bertiga ke belakang.

"Bakar mayat."

.
.
.
.
.

Yak, mulai memasuki masa lalu nich.

Ini cerita tentang mereka yang masih kecil, jadi jangan berharap ada adegan wleloelo nya ya!

Continue Reading

You'll Also Like

302K 24K 40
Dianjurkan untuk baca desk dulu ya shengg! Cerita tentang kehidupan sehari hari 4 orang yang sudah seperti keluarga, di sekolah maupun di rumah. Ini...
58.3K 3.5K 21
Salah satu dari kakak beradik tiri ini sulit menerima kenyataan bahwa hidupnya berantakan. Gadis ini menaruh kesal pada adik tirinya. Namun seiring b...
503K 40.3K 42
Manusia es itu bakal cair secair-cairnya sama gue. - Kathrina
183K 13.3K 41
males nulis deks langsung baca aja