Dalam kegelapan kamar tidurnya yang kecil, Alex merenung di balik layar ponselnya yang bersinar redup. Seiring waktu bergulir di jam digital di sampingnya, remaja itu terperangkap dalam serangkaian pikiran yang rumit. Kehilangan adalah sesuatu yang sulit untuk dipahami, dan Alex merasakannya lebih dari yang bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Seketika, suara halus berdesis di udara, memecah kesunyian malam. Alex mendongak, memperhatikan sebuah benda jatuh di lantai. Sebuah buku kuno dengan sampul berdebu mengintip dari balik tumpukan barang di sudut kamarnya. Hatinya berdebar kencang saat tangannya menyentuh permukaan berdebu dan mengambil buku itu dengan perasaan campur aduk.
Membimbing langkah hatinya, Alex mendekati buku itu dengan hati-hati, merasakan getaran aneh yang mengelilinginya. Dengan gemetar, ia membuka lembaran pertama dan membiarkan mata mereka terperangkap dalam kata-kata yang terpahat di atas halaman.
"Journey of Friendship," bunyi judulnya dalam huruf emas yang bersinar di bawah cahaya redup. Tanpa sadar, jemari Alex mulai meraba-raba halaman-halaman yang kuno, menyelam ke dalam cerita yang belum terungkap.
Di tengah keheningan malam, dimulailah petualangan yang tak terduga. Alex terbuai oleh pesona buku itu, merasakan panggilan yang kuat untuk menjelajahi cerita yang tersembunyi di dalamnya.