My Disaster CEO

By AiraYM

8.3M 65.2K 576

[Tahap Revisi] Alicia, gadis kuliahan yang hidup di dua dunia. Di satu sisi, ia menjadi remaja kuliahan bias... More

1. A Quiet Life
2. Family
4. Rose
Sequel
Hola!
PENGUMUMAN
BACA FULL?

3. Accident

334K 12.9K 85
By AiraYM

“Dia udah di kantin. Sendirian, sesuai dugaan gue,” Kina memberitahu di video call bersama Alicia dan Dava. Kemudian, Kina melirik ke arah Lily yang sedang berkutat pada laptop dan sandwich.

Sejujurnya, Kina tidak yakin dengan rencana ini. Kina tidak mengenal Lily sama sekali. Begitu pula sebaliknya. Lalu, tanpa adanya hubungan saling kenal, Kina terpaksa berlagak sok kenal kepada Lily? Benar! Hanya untuk kepentingan skripsi kakaknya yang tidak tuntas! 

Semalam, Dava sudah berada di ujung usahanya. Perasaan putus asa sudah menggoyahkan semangatnya. Sehingga, Dava menyetujui saran Kina untuk meminta bantuan Lily. Meskipun saat itu ia berdalih bantuan Kina lebih baik, nyatanya Kina tidak mau membantunya. Cewek itu lebih memilih membantu Dava minta tolong kepada Lily, alih-alih dirinya sendiri yang membantu skripsi Dava. 

“Dav, lo di mana, sih? Buru cepetan ke kantin!” seru Kina setelah sepuluh menit Dava tidak kunjung datang. Ia takut Lily tiba-tiba pergi.

“Sabar, elah. Gue udah jalan dari tadi.”

“Jalan apa jalan lo? Lelet amat! Keburu pergi, ntar.”

“Gimana kalau lo recokin sekarang aja, Na?” usul Alicia tiba-tiba. “Daripada tiba-tiba pergi, kan.”

Tentu saja Kina melotot sempurna. Dari rencana keseluruhan, Kina mendapat posisi paling beresiko. “Ya, bener, sih. Tapi, hati gue masih belum siap.”

“Lo tinggal duduk di sebelah atau di depan dia. Terus, lo recokin dan sok bersalah, ‘kan?” 

Kina mengangguk, wajah galaknya seketika berubah menjadi sedih. “Kedengarannya aja gampang, Cia. Lo coba di posisi gue, malunya itu lho setengah mampus.”

“Demi gue, dek. Demi gue,” Dava menyahut, alih-alih Alicia. Cowok itu terlihat mengibaskan poninya dengan raut memelas. “Lo tega ngebiarin gue mundur sidang? Lo mau jadi adek dari mahasiswa abadi?”

Kina tersenyum sinis. “Jadi, lo nggak mempermasalahkan harga diri gue di depan Lily?”

“Ini serius pertama dan terakhir kalinya. Please.”

Oke, Kina tidak harus memperpanjang perdebatan yang sia-sia ini. Mau tidak mau ia harus ke Lily. Mengganggu perempuan asing itu dan mengajaknya berteman untuk kemudian diminta membantu Dava. 

Oleh karena itu, Kina beranjak dari kursi. Tanpa mematikan video call, ia mendekati Lily. Perempuan itu sedang membaca buku. Sesekali matanya beralih pada layar laptop. Sesekali juga tangannya bergerak menyuapkan sandwich. Lily sangat tenggelam ke dalam dunianya sendiri. Hingga ia tidak menyadari kehadiran Kina di depannya. Bersiap menyenggol gelas air mineral yang berdiri tidak jauh dari kertas-kertas Lily. 

“Ups, I’m sorry,” kata Kina mendramatisir suasana tepat setelah tangannya menyenggol gelas tersebut. Dari raut terkejut Lily, perempuan itu pasti tidak mengendus unsur kesengajaan pada diri Kina. “I’m so sorry. I didn’t mean it.”

Tangan Lily dengan sigap menyingkirkan kertas-kertas catatannya dari genangan air. Perempuan bermata biru itu mengelap cipratan air dengan tisu. Kemudian memeriksa kertasnya yang sedikit basah. 

“Kamu nggak perlu ngomong pakai bahasa inggris,” kata Lily tiba-tiba dengan fasihnya. Sukses mengejutkan Kina setengah mati. “Oh, ini nggak apa-apa, kok. Kertasnya nggak terlalu basah.”

Kina dengan mulut melongonya duduk tegap di hadapan Lily. “Lo… lo bisa bahasa Indonesia?”

Anggukan dari Lily membuat Kina semakin melongo. Tidak hanya Kina, baik Alicia dan Dava yang menyimak dari video call pun tidak jauh berbeda. Bagi Dava, ini sebuah keberuntungan. Ia tidak perlu susah-susah berbicara dengan Lily. Skripsi Dava sudah dipastikan aman!

Kakak kembar Kina datang dengan senyum cerah. Cowok tinggi itu duduk di sebelah Kina setelah menyapa Lily. Bahkan ia tidak peduli betapa sok kenalnya dia di depan Lily. Pokoknya, skripsinya aman. 

“Gue Dava, hasil dari gen amoeba-nya Kina,” kata Dava berkelakar yang kemudian mendapat cubitan keras. “Maksudnya, gue kembarannya.”

Lily mengangguk, cewek berambut cokelat itu terkekeh. “Pantes mirip.”

“Gue minta maaf banget soal tadi. Itu pasti catatan, ya? Gue tulisin ulang, ya?” kata Kina bersalah. Ah, dirinya juga masih malu dengan insiden sok membully Lily. Kalau bukan karena Dava, Kina tak akan melakukannya.

“Itu cuma coret-coretan saja, kok. Kalau lagi bosan, tanganku selalu mencoret apa pun di sekitarku.”

“Berarti bisa gambar juga, dong?” celetuk Dava yang disambut gelengan kepala. “Kok gitu?”

“Gambar absurd aja, kok. Bukan yang bagus banget.”

“Benang wol gitu? Sama, dong. Jangan-jangan….”

“Kenapa?”

“Kita jo—aduh, sakit, bego!” Dava berseru sambil memegangi pinggangnya yang berkedut panas. Dava tidak akan pernah terbiasa dengan cubitan adiknya sendiri. Sakit! Tapi salahnya sendiri usil.

Kina memasang senyum lebar terbaiknya. “Omong-omong, ini Dava pengen minta bantuan buat skripsinya. Tapi kalau lo nggak mau juga nggak apa-apa.”

“Bantuan apa?” tanya Lily, menjatuhkan seluruh perhatiannya pada kakak beradik di depannya.

“Translate-kan skripsinya ke versi bahasa inggris. Dava itu masih kacau di grammar-nya. Jadi, dia takut salah ejaan.”  

Dava mengangguk. “Gawat kalau gue bikin ulang lagi. Udah rugi di tenaga, di dompet juga.”

Alicia yang mendengarkan percakapan mereka melalui video call itu tersenyum. Cewek berkulit putih itu memutuskan tidak datang ke kantin. Sebab, tiba-tiba ada meeting mendadak di kantor. Tentu saja Alicia tidak bisa meninggalkannya. Ia akan pamit pada Kina setelah obrolan mereka dengan Lily selesai. 

Firasat Alicia, sih, Lily akan setuju membantu Dava. 

***

Alicia menyesap teh herbal sembari menyimak Ody membaca jadwal kerjanya hari ini. Tidak begitu banyak. Hanya sekadar rapat pembagian divisi beserta susunan divisi yang baru. Alicia bisa saja tidak usah mengurusnya, biar wakil direktur yang mengurus. Sayangnya, meeting dadakan dengan klien dari Peterson Corp membuatnya harus datang ke kantor. Otomatis, seluruh jadwal kerja sepele itu juga harus ia kerjakan. 

Tenangkan dirimu, Alicia Collins. Kau tidak boleh marah pada klien-mu sendiri.

“Jadi, kapan meeting-nya bisa dimulai?” tanya Alicia setelah teh herbalnya habis. 

“Klien sudah datang sejak sepuluh menit yang lalu, Nona. Jadi, meeting sudah bisa dilakukan sekarang.”
Secara spontan, mata Alicia melotot. “Sekarang?”

Ody mengangguk. “Iya, Nona. Sepertinya beliau bawahan dari Tuan Randy yang ingin membahas butir kesepakatan kerja yang baru.”

Alicia hampir tidak bisa percaya. Perusahaan besar itu mengirim pegawainya, alih-alih pemimpinnya. Seharusnya direktur utama yang turun tangan, bukan malah pegawainya!

“Ya sudah, suruh masuk. Meeting aku adakan sekarang.” kata Alicia sembari menghela napas.

Sesuai dengan permintaannya, klien tersebut masuk. Laki-laki muda, sepertinya di usia kepala dua. Perawakannya tinggi dan tampak berwibawa. Sangat berbanding terbalik dengan image karyawan biasa. 

“Nama saya Rian, hari ini saya yang bertugas mewakili bos saya dari Peterson Corp,” kata Rian membuka pembicaraan. “saya membawakan titipan dari bos saya. Saya titipkan kepada sekretaris anda. Semoga anda berkenan menerimanya.”

Alicia tersenyum. “Tentu saja. Sebuah kehormatan bagi saya. Sampaikan rasa terima kasih saya kepada beliau.”

“Tentu saja, Nona.”

“Baiklah, mari kita mulai saja. Menurut Bapak Randy, bos anda, beliau ingin mengubah peraturan pada nomor satu sampai lima, benar?”

Sore itu, dengan sedikit pusing, Alicia menyelesaikan meeting dengan lancar. Meskipun ada sedikit kendala, akhirnya ia mampu menyelesaikannya. Ketika Alicia mengantarkan kepergian Rian, jam sudah menunjuk pukul enam sore. Masih ada tugas lain yang perlu ia selesaikan. Alih-alih membawa tugasnya pulang, Alicia memilih untuk menyelesaikannya di kantor. 

Keadaan gedung kantor sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa tugas kebersihan dan satpam yang berkeliling. Ruang kerja Alicia terletak di lantai tujuh, lantai tertinggi. Meskipun lampu sudah dinyalakan, tentu saja Alicia merasa was-was. Tanpa adanya Ody, Alicia benar-benar sendirian di lantai tujuh. 

Kina: Cia! Lo masih di kantor, ya? Cepet pulang, dong. Gue, Dava sama Fian ada di rumah lo.
Alicia: Tumben. Ngapain?
Kina: Makan malam bareng sama sekalian gue kerjain tugas lo yang kemarin.
Alicia: Aduh, sorry. Gue pulang sekarang. Tunggu aja, gue bawa mobil sendiri kok.
Kina: Sip, hati-hati!

Alicia segera membereskan barang-barangnya setelah membaca chat terakhir Kina. Setelah memastikan semuanya tertata rapi, Alicia keluar dari ruangannya. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Alicia lembur. Tapi, bagaimana pun juga, ia tidak pernah bisa berdamai dengan kantor di malam hari. Benar-benar menakutkan. 

Begitu sampai di parkiran, Alicia kembali kalut. Jam sudah menunjuk pukul setengah sembilan. Untuk beberapa alasan, Alicia memiliki trauma tersendiri dengan menyetir di malam hari. Tapi, mau tidak mau ia harus melakukannya atau ia tidak akan sampai di rumah. 

Jadi, dengan perasaan kalut, Alicia memaksakan diri. “Okay, Alicia. Ini untuk pertama dan terakhir kalinya lo nyetir mobil larut malam. Tuhan bakal melindungi, jadi nggak perlu takut.”

Jalanan ibu kota cenderung ramai tanpa timbul kemacetan. Hal ini membuat Alicia bernapas sedikit lega. Setelah melewati dua perlintasan lampu lalu lintas, ia akan sampai di rumahnya.

Ketika Alicia bergerak setelah lampu menyala hijau, tiba-tiba sebuah mobil menghantam sisi kiri mobilnya begitu keras. Sontak, mobil Alicia terseret ke kanan hingga menabrak mobil lain. Kecelakaan beruntun itu terjadi dalam sekejap menimbulkan kehebohan. 

Alicia tidak percaya. Ketakutannya menjadi kenyataan.

Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 49.9K 6
Tentang Deo dan Arayana. Sebuah kejadian membuat si guru dan si murid terjebak dalam hubungan pertunangan.
1 Day 1 Kiss By -

Teen Fiction

913K 30K 27
Awalnya aku bisa mencegah perasaan itu.. Awalnya aku bisa memendam semua isi hatiku.. Tapi, seiring berjalannya waktu.. Perasaan itu tak lagi dapat k...
2.7M 246K 56
Mempersiapkan diri untuk kuliah adalah fokus utama Naya sejak lulus sekolah beberapa bulan lalu. Namun, rencananya berubah setelah dia bertemu dengan...
2.3K 701 53
Anastasia Safhira Mahardika.Yang di sapa akrab Ana.Ana merupakan perempuan cantik,baik hati,jutek tapi tidak sama temen-temenya dan ana juga orangnya...