Transmigrasi 'Antagonis Mothe...

By alexy_21ale

468K 33.2K 1.6K

Selamat Membaca MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DLL. Seorang wanita muda bernama Karina Adellia terlihat... More

Prolog
AM 1. Transmigrasi
AM 2. Maaf
AM 3. Berbeda
Perhatian!!
AM 4. Bekal
AM 5. Drama
AM 6. Amnesia?
AM 7. Kebenaran dan obsesi
AM 8. Pantai
AM 9. Kembar Identik
AM 11. Kebenaran(2)
AM 12. Xessar!
AM 13. Fakta Baru
AM 14. Shock Berat

AM 10. Hug Me

29.9K 2.3K 177
By alexy_21ale





Tubuh Melody terasa kaku saat dipeluk oleh anak sulungnya itu. Melody bisa merasakan tubuh Veer yang bergetar samar dan isakan tertahan seolah mencoba untuk tetap kuat.

Veer merasa ia harus kuat, apalagi ia anak pertama dan abang bagi adik-adiknya yang membutuhkannya saat sedang rapuh, sebagai pelindung dan tempat pulang mereka jika tidak ada tujuan. Padahal Melody tahu jika Veer juga rapuh selama ini.

"Hug me, mom!" ucap Veer dengan suara bergetar. Ia menginginkan Melody membalas pelukkannya.

Melody dengan kaku memeluk Veer dan entah dorongan dari mana, Melody mengusap lembut punggung tegap itu. Veer yang merasakan usapan lembut dari ibunya itu merasa bahagia dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang ibu dan menghirup dalam wangi Lavender yang menguar dari tubuh sang ibu, yang akan menjadi candunya dari saat ini.

Sedangkan yang lain masih memperhatikan. Mereka bahagia melihat itu, ibu mereka tidak menolak ataupun menatap tajam mereka seperti biasanya.

Melody yang memeluk Veer merasakan jika dadanya berdenyut nyeri saat mendengar isakan tertahan dari anaknya itu. Melody yang tidak bisa menahan perasaan sakit itu pun menangis tanpa mengeluarkan suara.

Ia merasa jika perasaan itu adalah perasaan Melody asli yang menyesal. Tapi apakah dia menyesal, atau itu memang benar perasaannya dan bukan Melody asli?

"Veer..." lirih Melody pelan bahkan sangat pelan. "Maaf. Maaf-in mama, Nak." ucap Melody dengan suara yang bergetar menahan isakan yang akan keluar.

Melody rasanya tidak sanggup mengatakan kelanjutan ucapannya. Bahkan sekarang pipi Melody telah berlinang air mata.

Veer yang tidak sanggup mendengar suara ibunya yang bergetar itu pun menaikkan pandangannya untuk melihat wajah sang ibu. Dapat Veer lihat jika wajah ibunya telah basah karna air mata, ia lantas menghapusnya menggunakan ibu jarinya.

Melody lantas tersenyum melihat perlakuan anak sulungnya itu. "Mama kenapa minta maaf? Mama nggak ada salah apa-apa," ucap Veer tersenyum dengan mata yang memerah karna habis menangis.

"Berbohong, huh. Mama dulu jahat, iya kan? Mama bahkan pukul kamu dan juga adek. Mama bahkan banyak salah sama kalian, dari mananya mama nggak ada salah?" ucap Melody sembari tersenyum, walau dengan air mata yang terus mengalir.

Michelle sedari tadi telah menangis saat melihat ibunya menangis. Begitupun Alvero dan Elvaro yang menahan air mata mereka supaya tidak terjatuh. Vander menatap itu dengan tatapan tenangnya, tapi tidak dengan hatinya yang ingin sekali memeluk Melody dan juga anak-anaknya untuk menguatkan mereka.

"Mama ingat?" tanya Veer takut jika ibunya marah karna ia berbohong. "Ya. Mama ingat, bahkan sangat ingat. Makanya mama minta maaf sama kamu, dan juga adek." ucap Melody menatap anaknya itu lalu beralih menatap anaknya yang lain.

Matanya bertatapan sebentar dengan Vander sebelum akhirnya ia memutuskan tatapan mereka berdua. Melody kembali menatap Veer dengan senyum manisnya.

"Mama gagal jadi orang tua, mama bahkan nggak bisa jadi ibu yang baik buat kalian selama ini. Kalian menderita karena mama," lanjut Melody terisak yang membuat Veer kembali memeluk ibunya.

Michelle yang tidak bisa menahan perasaan sesak yang ada di hatinya pun menerjang ibunya dan memeluknya erat. Alvero dan Elvaro yang melihat itu pun mendekat dan juga memeluk Melody. Jadilah sekarang Melody dipeluk oleh anak-anaknya.

"Mah...Kami sudah memaafkan kesalahan mama, jauh sebelum mama memintanya. Kami juga minta maaf karena tidak ada disaat mama membutuhkan kami." ucap Michelle yang semakin membuat Melody menumpahkan tangisnya.

Michelle mengingat semua obrolan mereka semalam dan juga ia telah melihat semua bukti yang menyebabkan kesalahpahaman antara ayah dan ibunya selama bertahun-tahun dan menyebabkan perceraian terjadi.

"Terimakasih, Nak. Mama menyayangi kalian," ucap Melody. Anak-anak Melody hanya tersenyum sembari memeluk ibu mereka. Sesekali Veer mencium kening dan puncak kepala ibunya itu.

Vander hanya diam dan memperhatikan di tempat duduknya dengan mata yang sudah memerah. Ia sebenarnya sangat ingin bergabung dengan Melody dan anak-anaknya, tapi ia tidak ingin menganggu anak-anaknya yang menangis dengan memeluk ibu mereka.

Vander berpikir seandainya ia bisa menahan emosinya dan tetap mempertahankan pernikahannya dengan Melody, mungkin ia telah bahagia saat ini bersama anak-anaknya dan juga Melody.

Sore itu mereka menghabiskan waktu untuk meluapkan perasaan yang mereka tahan selama ini. Mereka menangis sembari memeluk Melody, menumpahkan semua emosi yang menyakiti hati mereka.

🌻🌻🌻

Kini Melody telah berada di kamarnya, jam juga sudah menunjukkan jam 7 malam dan ia belum selesai dengan aktivitasnya.

Melody menulis diary tentang dirinya di dunianya dulu walaupun hanya sedikit ingatan yang ada. Melody merasa jika setiap harinya, ingatan tentangnya di dunianya dulu perlahan menghilang seolah ia tidak pernah menjadi sosok Karina.

Mata Melody melihat ke arah jam yang ada di atas nakas, dan itu membuatnya terkejut. Ia terlalu lama menulis dan mengingat-ingat semua tentangnya dulu.

"Aku lupa! Aku belum masak untuk makan malam," ucap Melody menepuk keningnya pelan.

Melody beranjak dari duduknya untuk segera mandi. Setelah cukup lama melakukan ritual mandinya, Melody pun langsung menuju walk in closet untuk mencari piyama yang akan ia pakai malam ini.

By:Pinterest.

Melody memakai piyama bermotif strobery yang sangat imut saat ia kenakan. Setelah selesai semua dengan aktivitasnya, Melody pun turun ke bawah menuju dapur.

Saat sampai di dapur, Melody dapat melihat jika bi Sum telah masak untuk makan malam ini. "Hufffthh..." Helanya pelan. Melody pun berjalan mendekati bi Sum.

Tap...

Tap...

Tap...

Bi Sum yang mendengar langkah kaki yang mendekat pun menoleh. Ia melihat nona-nya berjalan kearahnya sembari tersenyum dan dibalas senyuman juga olehnya.

"Nona. Ada yang bisa saya bantu?" ucap bi Sum ketika Melody telah berada didekatnya. "Tidak bi. Aku hanya ingin membantu bibi memasak. Maaf ya bi, aku jadi merepotkan bibi," ucap Melody merasa tidak enak.

"Tidak apa nona. Ini juga masih tugas saya. Jadi nona tidak perlu merasa tidak enak," ucap bi Sum meyakinkan yang membuat Melody menganggukkan kepalanya dan tersenyum senang.

Melody dan bi Sum pun memasak banyak untuk makan malam ini, karena semua anak-anaknya dan Vander akan menginap serta para sahabat Elvaro dan Alvero juga masih belum pulang.

Sahabat Elvaro dan Alvero juga berencana untuk menginap sehari lagi dan juga mereka telah izin kepada ayah atau ibu mereka yang ada dirumah. Melody tentu menyambut mereka semua dengan antusias, pasti akan sangat seru jika mansion ini ramai, pikir Melody.

"Bi, apa anak-anak masih di kamarnya?" tanya Melody yang sudah menyesaikan masaknya bersama bi Sum.

"Sepertinya iya nona. Apakah nona ingin saya memanggil tuan Vander, tuan muda dan nona muda untuk makan malam?" tanya bi Sum memastikan.

"Tidak perlu bi. Biar saya saja yang memanggil anak-anak dan juga Vander." ucap Melody yang diangguki bi Sum. "Saya minta tolong sama bibi untuk menyusun makanan yang telah kita buat di meja makan ya, bi." lanjut Melody meminta tolong sembari tersenyum.

"Baik nona." ucap bi Sum yang juga tersenyum. "Kalau begitu saya keatas dulu," ucap Melody yang diangguki bi Sum. "Iya nona."

Melody pun berlalu dari sana setelah mendengar jawaban dari bi Sum. Begitupun bi Sum yang mengerjakan tugasnya, yang diperintahkan oleh nona cantiknya itu.

Melody menuju lantai dua untuk memanggil sahabat-sahabat Elvaro dan Alvero terlebih dahulu. Tetapi saat membuka satu persatu kamar yang ada, ia malah tidak melihat satupun pemuda-pemuda itu.

Melody menatap ruang yang ada ditengah-tengah di lantai dua ini. Ruang bermain game, pasti disana pikir Melody.

Melody tidak mendengar suara apapun dari ruang itu, karena ruang itu dipasang kedap suara agar jika ada yang berteriak sekalipun yang lain tidak akan merasa terganggu.

Melody pun mengetuk beberapa kali pintu itu, tidak lama kemudian munculah sosok pemuda yang tidak lain adalah Alvero.

Manik coklat mereka berdua beradu pandang untuk menyelami bola mata yang seperti coklat yang meleleh itu. "Mah. Ada apa?" tanya Alvero menutup pintu dan memeluk Melody.

Melody pun mengelus punggung anaknya itu. Setelahnya Alvero melepaskan pelukannya dengan sang ibu dan mengecup pipi serta kening ibunya itu.

"Kalian disini semua ya?Ayo kebawah kita semua makan malam bersama. Mama dan bi Sum sudah masak banyak untuk makan malam kita. Ajak yang lain ya, Nak." ucap Melody kepada anak keduanya itu sembari tersenyum manis.

"Iya mah. Mereka juga ada disini semua jadi mudah manggilnya." ucap Alvero tersenyum menatap ibunya.

"Yaudah kalau gitu mama panggil papa, abang dan adek dulu, ya. Kalian duluan aja ke bawah," ucap Melody yang diangguki Alvero. "Iya mah." ucap Alvero menatap kepergian ibunya.

"imut," batinnya.

Alvero berpikir, kenapa ibunya malah seperti anak remaja saat memakai piyama motif strobery itu, imut dan sangat mengemaskan.

Alvero mengalihkan pandanganya dan kembali memasuki ruang game saat Melody telah memasuki lift.

Semua yang ada disana menatap Alvero seolah bertanya, siapa. "Kenapa lama banget Ver. Emang siapa tadi yang ketuk pintu?" tanya Marcello.

"Mama. Kita disuruh kebawah untuk makan malam bersama." ucap Alvero yang membuat yang lain mengangguk. Mereka membereskan kembali semua yang mereka mainkan.

Elvaro menatap Alvero lama, setelah itu ia tau kenapa kembarannya tadi menutup pintu.

"Pasti akan sulit buat gue sama mama jika mereka semua ingin mendekati mama. Apalagi sekarang mereka semua ingin memonopoli mama, malah sekarang saingan gue makin bertambah." Batin Elvaro kesal menatap semua yang ada disana satu persatu.

Mereka pun beranjak keluar setelah semuanya telah rapi.

🌻🌻🌻

Melody kini telah berada di depan kamar yang ditempati anak sulungnya. Melody pun mengetuknya beberapa kali.

"Sayang? Buka pintunya, nak." ucap Melody menunggu Veer membuka pintu, tetapi cukup lama menunggu pintu tersebut belum juga terbuka.

Melody pun memutuskan membuka pintu tersebut. Setelah masuk, Melody malah tidak melihat anaknya itu.

"Apa mandi ya? Tapi nggak ada suara air," batin Melody yang malah berakhir membuatnya melamun.

Cklek

Veer baru saja keluar dari walk in closet yang berada dikamarnya itu dengan rambut yang masih basah dan handuk yang ada ditangannya.

Veer memakai pakaian santai yang dibawakan oleh Galuh yang merupakan tangan kanannya, karena tadi ia mengatakan kepada Galuh jika ia akan tidur di mansion ibunya.

Galuh Charleston adalah sahabat dan tangan kanan Veer serta kakak kandung dari Theodore Charleston yang merupakan sahabat dari adiknya, Alvero.

Veer juga mengatakan kepada Galuh untuk membawakan baju ayah serta adiknya yang telah disiapkan oleh Art yang bekerja dimansion Franklin.

Veer melihat ibunya yang berdiri sembari melamun. Ia pun berjalan mendekati ibunya.

"Mah?" ucap Veer yang membuat Melody sadar dari lamunanya. "Veer baru selesai mandi?" tanya Melody sembari tersenyum dan diangguki oleh Veer yang masih menatap ibunya dengan lembut.

Melody pun mengambil handuk yang dipegang oleh Veer, dan menyuruh Veer untuk duduk di pinggir kasur yang ada dikamar itu.

"Mama keringin ya?" tanya Melody kepada Veer. "Iya mah." ucap Veer memperhatikan ibunya yang mengeringkan rambutnya menggunkan handuk. Sebab hair dryer juga tidak ada dikamar yang ia tempati, mungkin hanya ada dikamar Melody dan juga Elvaro.

"Turun kebawah ya, nak. Kita makan sama-sama." ucap Melody sembari tersenyum, setelah selesai mengeringkan rambut Veer dan mengelusnya pelan.

"Iya mah. Mama juga mau kebawah?" tanya Veer sembari terus menikmati elusan ibunya yang sangat lembut dikepalanya.

"Iya. Tapi kamu duluan aja ya, mama mau manggil adek sama papa kamu juga." ucap Melody yang dituruti Veer.

Mereka pun keluar dari kamar tersebut. Veer mencium kedua pipi serta kening ibunya dan setelah itu berlalu dari sana.

Melody hanya geleng-geleng kepala dengan sikap anak-anaknya yang telah berani menciumnya. Ayolah, ia merasa malu dan juga senang secara bersamaan.

Baru saja Melody ingin mengetuk pintu kamar putrinya, tetapi putrinya itu telah keluar dari kamarnya terlebih dahulu dan menatap Melody.

Melody tersenyum dan menciumi seluruh wajah putrinya. Ia gemas dengan wajah binggung putrinya itu, sedangkan Michelle tersenyum malu saat ibunya menciumi wajahnya.

"Turun kebawah ya, kita makan malam bersama. Michelle duluan aja kebawahnya ya sayang." ucap Melody yang diangguki Michelle dengan antusias dan berlari menuju lift.

Melody terkekeh melihat putrinya yang masih malu-malu itu. Ia pun beranjak menuju kamar yang Vander tempati. Kamar Vander juga tepat didepan kamarnya, entah kenapa Vander malah memilih kamar itu.

Melody mengetuk pintu kamar Vander, dan tidak lama kemudian pintu itu terbuka dengan menampakkan sosok Vander yang menatapnya lekat dengan mata setajam elang.

Bahkan, Melody merasa terhipnotis dengan mata tajam Vander yang berwarna coklat muda sedikit kekuningan seperti madu, hingga membuatnya diam mematung didepan Vander. "Sangat indah." batin Melody.

Melody pun tersadar saat Vander menjentikkan jari didepan wajahnya. Melody menunduk malu dengan pipi yang sudah memerah, sedangkan Vander bersedekap dada memperhatikan Melody sembari menyender didaun pintu menunggu Melody membuka suara.

"Lucu sekali. Cantik dan semakin cantik setiap harinya," batin Vander menatap lekat Melody yang membuat Melody semakin malu.

"Emm, itu...turun kebawah kita makan malam sama-sama. Anak-anak juga udah nunggu dibawah," ucap Melody melihat ke arah lain untuk menghindari tatapan Vander.

Tidak ada jawaban yang didapat Melody dari Vander, dan itu membuat Melody mengalihkan pandangannya kearah Vander yang ternyata masih menatapnya.

Melody yang merasakan suasana canggung memilih berpamitan untuk kebawah terlebih dahulu.

"Kalau begitu aku pamit kebawah duluan." ucap Melody yang ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Vander. Belum juga melangkah, pergelagan tangan Melody telah ditarik oleh Vander sehingga Melody menubruk dada bidang Vander.

Vander memeluk Melody dengan tanganya yang melingkar dipinggang ramping Melody. Detak jantung keduanya berdetak sangat kencang, mereka bahkan bisa mendengarnya karena tidak ada suara diantara mereka.

Melody memberontak didalam pelukkan Vander, tapi Vander malah membawanya masuk kedalam kamar yang Vander tempati.

🌻🌻🌻

Suasana diruang makan kini hening, hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.

Melody hanya diam tanpa membuka suara, pipinya bahkan masih memerah walaupun samar.

Vander saat ini duduk di tempat duduk khusus untuk kepala keluarga, sedangkan dikanannya ada Melody dan kirinya adalah Veer.

Vander tersenyum tipis, sesekali melirik Melody yang makan dengan sedikit menunduk, Vander tau jika Melody menghindarinya karena kelakuannya tadi.

Flashback on.

Vander dan Melody sekarang masih berada di kamar yang ditempati oleh Vander, bahkan mereka masih saja berpelukkan. Tidak! Hanya Vander yang memeluk.

Melody duduk dipangkuan Vander, dengan Vander yang duduk dipinggir kasur sembari memeluk Melody erat tanpa menyakiti Melody dan wajah Vander yang disembunyikannya di ceruk leher Melody.

"V-vander, aku-" ucapan Melody terpotong oleh pertanyaan Vander. "Kenapa?" tanya Vander yang masih nyaman dengan posisinya saat ini.

Melody yang kesal pun mencubit dan memukuli Vander, tetapi Vander malah terkekeh. Hey! Pukulan dan cubitan Melody tidak berasa apa-apa bagi Vander, malahan seperti elusan di tubuhnya dan itu membuatnya merasa geli.

"Lepasin aku Vander! Anak-anak udah nunggu dibawah." ucap Melody menahan kesalnya, bahkan entah kemana rasa gugup dan takutnya hilang.

Vander mengendurkan pelukkannya tanpa melepaskan Melody. "Kenapa?" tanya Vander lagi dengan menatap wajah Melody yang sudah kesal itu.

Melody menjadi bingung sekarang, Vander hanya menyebutkan satu kata sedari tadi, yaitu kenapa.

"Apa?" tanya Melody dengan raut wajah bingung.

Vander yang melihatnya tersenyum tipis dan mengecup sebentar kening Melody dan itu sukses membuat Melody membolakan matanya karena terkejut.

"Kau juga tidak ingin memelukku seperti kau memeluk anak-anak kita, hmm. " ucap Vander dengan suara baritonnya dan wajah tenangnya tanpa raut gugup seperti Melody.

Melody menatap Vander lekat, merasa tidak percaya dengan ucapan Vander. Bahkan pipi Melody sudah memerah sedari Vander mengecup keningnya tadi. Dan sekarang bertambah karena pertanyaan Vander yang kelewat santai tanpa beban.

"Peluk aku, Melody. Atau kau ingin aku memintamu memelukku seperti cara Veer tadi?" tanya Vander yang membuat Melody tercengang.

Ayolah, apa Vander tidak melihat pipinya yang sudah memerah, bahkan detak jantungnya yang berdetak kencang seakan ingin keluar. Pikir Melody.

"Baiklah," gumam Vander pelan yang masih bisa didengar oleh Melody. "Hug me." ucap Vander mutlak dengan sorot mata yang menatap Melody berharap.

"K-kau?" ucap Melody yang tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

Vander yang melihat Melody tidak mengikuti ucapannya dan bahkan diam dengan menatapnya tidak percaya, membuat Vander kesal.

Vander pun mencium seluruh wajah Melody dan mengecup beberapa kali bibir Melody yang berbentuk love itu.

"Sangat manis dan candu." batin Vander.

Melody yang tersadar pun memberontak dipelukan Vander yang membuat Vander melepaskan pelukkannya. Setelah terlepas ia pun berlari keluar dari kamar meninggalkan Vander yang terkekeh melihat Melody yang malu dengan wajah yang memerah itu.

Flashback off.

Mereka semua telah menyelesaikan makan malam mereka dan telah duduk di sofa ruang keluarga.

Michelle yang duduk disamping ibunya pun binggung karena ibunya hanya diam sedari tadi.

"Mama kenapa? Dari mama manggil papa buat makan malam sampai sekarang, Michelle perhatiin mama cuman diem aja." ucap Michelle, sedangkan yang lain menatap Melody dan Vander penasaran.

Vander hanya diam dengan smirk yang muncul di bibir sexy-nya dan menatap Melody dalam. Mereka yang melihat smirk Vander pun merasa curiga.

"Apa yang papa lakuin ke mama?" batin Elvaro menatap tajam ayahnya itu. Begitupun dengan beberapa orang yang melihat smirk itu.

"A-ah? N-nggak ada sayang. Mama cuman lagi badmood aja," ucap Melody meyakinkan dan sesekali melirik tajam kearah Vander.

Michelle hanya ber-oh ria seolah paham yang dimaksud Melody.

Vander yang mendengar jawaban Melody hanya terkekeh yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Vander pun berdiri dari duduknya menatap Melody dan beralih ke yang lainnya.

"Saya akan keatas untuk beristirahat." ucap Vander datar, lalu berjalan ke arah Melody yang membuat anak-anaknya waspada.

"Badmood hmm?" ucap Vander sembari tertawa kecil saat telah berdiri di depan Melody. Melody yang mendengarnya pun memalingkan wajahnya karena kesal dan wajah yang kembali memerah.

Vander pun mendekatkan wajahnya ke wajah Melody, dan mencium puncak kepala Melody dan berlalu dari sana.

"Papa?" ucap Michelle menutup mulutnya menggunakan tangannya.

Sedangkan Melody tercengang melihat kelakuan Vander yang tidak tahu tempat, begitupun dengan yang lain.

"Vander gila!" teriak Melody yang sudah kepalang malu, teriakkannya bahkan masih didengar Vander yang belum berjalan cukup jauh.

Vander pun tertawa keras mendengar teriakkan Melody, dan suara tawanya terdengar sampai tempat Melody dan yang lain berkumpul.

"Kalian pura-pura nggak liat aja! Mama malu banget," ucap Melody yang rasanya ingin menangis. "Malu banget." batin Melody.

Mereka terkekeh menatap wajah frustasi wanita yang merupakan ibu bagi mereka.

Xessar pun mendekati Melody dan mengecup pipi yang memerah itu. Yang lain menatap Xessar tajam. "Kalah start lagi," batin mereka.

"Sialan bocah tengik itu!" batin Veer tidak terima.

"Sialan!" batin Mattheo, Arthur dan beberapa orang disana.

"Kami nggak liat mah, cuman lihat doang." ucap Xessar santai yang membuat Melody gemas sendiri. Apa bedanya liat dan lihat? Pikir Melody.

Melody yang sudah kelewat gemas pun mengigit tangan Xessar kuat. Xessar terkekeh menatap Melody yang mengigit tanggannya.

"Lucu." batin Xessar yang melihat Melody seperti kucing kecil yang galak, dan itu malah terlihat menggemaskan dimatanya begitupun dengan yang lain.

Veer pun mendekati ibunya dan menjauhkan tangan Xessar agar Melody melepaskan gigitan ditangan Xessar. Setelah lepas, Veer pun menggendong Melody bridal style menuju kamar ibunya itu.

Elvaro dkk, Alvero dkk dan Michelle terus memanggil abang mereka itu, yang membawa ibu mereka. Padahalkan mereka masih ingin menghabiskan waktu bersama Melody.

Ckk

Elvaro berdecak kesal melihat semuanya. "Ini yang gue takutkan saat mama udah berubah!" batin Elvaro menatap tajam tempat pergi abangnya Veer yang membawa ibu mereka.

"Jangan memonopoli mama gue!" ucap Elvaro menatap tajam Xessar dan pergi dari sana. Begitupun dengan Alvero yang juga kesal karena selalu kalah start dengan ketua geng mereka. Ia pun memutuskan pergi mengikuti kembarannya.

Sedangkan Xessar hanya bersmirk lalu menatap tangannya yang berbekas karena gigitan Melody dan sedikit terluka itu.

"Kucing kecil yang manis." batin Xessar.

.
.
.
.
.
Hallo guys👋

Terimakasih untuk votenya, nggak nyangka banyak yang suka☺

Jangan lupa vote dan komen cerita ini ya! Bab selanjutnya akan author up siang ini, atau malam nanti. Jadi tungguin aja ya.
Tetap semangat bagi kalian yang menunaikan ibadah puasa🙌

Papay^ω^

3155 kata

Continue Reading

You'll Also Like

163K 7.6K 22
Elina seorang gadis angkuh yang menyia-nyiakan kasih sayang keluarganya karena dihasut, Sepupunya, dia dibunuh oleh sahabatnya diumur dua puluh tahun...
1.2M 88.2K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
1.5M 79.6K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...
58.1K 2.6K 14
Transmigrasi jadi istri nggak di anggap,sial banget ._ Vanya lers Ganti cover lagi hehehe Cover by : pinterest