cinta dan kita | mencintai da...

By jejes0i2

337 44 0

Zanara dengan perasaan mati rasa nya. *** 5 detik, tapi bagi Zanara kenangan 5 detik itu seperti 5 tahun. da... More

prolog
01 | cinta dan kita
02 | cinta dan kita
03 | cinta dan kita
04 | cinta dan kita
05 | cinta dan kita
06 | cinta dan kita
07 | cinta dan kita

08 | cinta dan kita

14 3 0
By jejes0i2

ااسلا م عليكم

Vote dulu yaa

selamat membaca, semoga suka, Aamiin.

"ketika dia tersenyum aku bisa melihat warna - warni dunia, segala irama, juga tawa berhamburan disekitarnya"

***

Adnan memijat keningnya yang terasa berdenyut, seharian dirinya tidak tidur. suara ketukan membuat ia menoleh ke arah pintu, terdapat Adik laki-lakinya disana "kebawah, ditunggu Abi"

Adik laki-lakinya itu sangat irit bicara, berbicara ketika memang penting. Adnan mengangguk sebagai jawaban, lalu mengikuti Adiknya yang sudah duluan.

"duduk" perintah Abinya, kedua kakak-beradik itu langsung duduk di sofa panjang

"ada apa bi?"

Abi nya menatap Adnan, "jadi gimana jawaban kamu?"

Adnan menunduk, hatinya masih bimbang. "sudah minta petunjuk?" tanya Ummi nya lembut

Adnan hanya mengangguk,

"lalu apa jawabannya?"

***

Zanara bersenandung kecil di setiap langkahnya, perempuan itu menatap semua siswi yang berlalu lalang. wajahnya mendongak menatap langit biru diatasnya "cantik" kata Zanara, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Assalamu'alaikum" salam Zanara dan seseorang yang tiba tiba berada di sampingnya dengan jarak yang cukup jauh.

"Wa'alaikumussalam"

Zanara dan Azzam segera mengambil tempat duduk mereka karena sebentar lagi akan ada pemilihan.

"mereka cocok ya?"

"iya, sholeh dan sholeha"

"jangan-jangan mereka udah nikah tapi ga dipublis aja, yang kayak di wattpad-wattpad"

"kak Azzam Masya Allah banget sih untuk aku yang Astagfirullah"

"kak Zanara juga Masya Allah banget, wajahnya bersinar gitu"

Zanara menatap adik kelasnya yang sedang bisik-bisik tentang dirinya dan juga Azzam "lah, kenapa gue?"

"sudah-sudah, jangan berisik. sebentar lagi teman kalian yang mencalonkan diri akan menunjukan visi misinya" teguran Zanara membuat mereka berhenti membicarakan dirinya yang tidak-tidak.

1 jam berlalu, semua anggota Rohis diperuntukan untuk kembali kedalam kelas. dan untuk pemilihan, besok akan diadakan di ruang Rohis.

Zanara menghampiri Azzam yang sedang membereskan mejanya "Zam, ada yang mau gue bantu ga? buat besok"

Azzam mengangguk "bisa kamu tolong fotocopy kan kertas ini" Azzam menyodorkan sebuah kertas

"bisa, mau berapa?"

"10 ribu aja" Azzam kembali menyodorkan sebuah Uang yang bewarna ungu

"ga pake uang kas aja? kan buat kepentingan Rohis?"

Zanara heran dengan laki-laki yang berada di depannya, uang kas ada tapi kenapa selalu memakai duitnya pribadi ketika ada sesuatu yang berurusan dengan Rohis?

"tidak apa, ini" Zanara menerimanya lalu keluar dari ruangan itu.

"Zanara"

Zanara yang merasa di panggil menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap seorang guru perempuan "kenapa bu?"

"ibu minta tolong nak, ini kasih ke ketua kelas kamu, lalu suruh bagikan aja ya" Zanara mengambil setumpuk kertas yang disodorkan Bu Ayu

"baik bu"

"terima kasih ya nak"

Zanara kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda,

"Assalamualaikum, calon penghuni surga"

"Wa'alaikumussalam, Aamiin Ya Allah!"

Zanara memasuki kelasnya, lalu menghampiri meja Adit dan menaruh setumpuk kertas itu diatasnya "nih, disuruh Bu Ayu, bagiin!"

Adit menatap Zanara, lalu mengangguk "oke"

Zanara berdehem, kemudian duduk di bangku nya.

"aneh"

***

Zanara membereskan peralatan sekolahnya saat mendengar bel pulang sekola dibunyikan. perempuan itu keluar kelas, dengan tas yang berada digendongannya.

tes

Zanara mendongak, menatap air hujan yang turun lama kelamaan hujan semakin deras membuat seragam putih-abu Zanara basah.

"RA!" Zanara mencari arah sumber suara, oh ternyata Jessi yang memanggilnya. perempuan dengan kerudung segitiga nya itu menghampirinya dengan seragam yang sama dengannya, basah.

"ujan-ujanan kuy, ra!" ucap Jessi sedikit keras.

Zanara sempat berpikir, lalu mengangguk setelahnya. banyak siswa-siswi juga yang masih disekolah, dan ada juga yang hujan-hujanan seperti Jessi dan Zanara.

mereka berdua bermain kejar-kejaran dengan sesekali terjatuh.

di pinggir lapangan, seorang laki-laki dengan seragam nya yang sudah acak-acakan menatap Zanara lucu. laki-laki itu terkekeh sendiri, ketika melihat wajah Zanara yang cemberut maupun tertawa.

tangannya mengambil sebuah handphone yang berada di saku celananya, lalu membuka kamera dan mengarahkan nya pada Zanara yang sedang tertawa dibawah guyuran hujan.

lalu memindahkan foto itu pada file yang ia kunci dan diberi nama 'Z'

laki-laki itu tersenyum geli, lalu menggelengkan kepalanya pelan "Zanara Zanara ..."

***

Zanara menatap sengit laki-laki yang berada didepannya, pagi-pagi sudah membuatnya kesal saja.

"yaelah, cuma gitu doang marah" ucap laki-laki itu dengan enteng setelah dirinya menabrak Zanara yang membuat kertas-kertas yang ada ditangan Zanara berhamburan dan lecek bahkan basah.

"gitu doang? mikir lo. kertas ini mau dipake hari ini!"

Zanara memilih untuk mengambil kertas-kertas itu dibantu laki-laki didepannya.

setelah merebut kertas dari laki-laki itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Adit. ia berlalu begitu saja, dengan wajah yang tertekuk sebal.

"RA, SINI BIAR GUE FOTOCOPY IN ULANG!"

teriakan Adit tak ia hiraukan, gadis itu memilih abai dan melangkahkan kaki pada kelasnya.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumussalam!"

Zanara menghampiri mejanya, lalu menaruh tasnya dengan sedikit dibanting yang membuat teman kelasnya menatap dirinya. "kenapa sih ra? lagi bete ya?"

Zanara hanya menggeleng sebagai jawaban, lalu membawa kertas-kertas tadi keluar dari kelasnya. Zanara sempat melirik Adit yang sedang mengejarnya dari ujung koridor sana. dengan cepat Zanara berjalan sedikit berlari untuk menghindari laki-laki yang membuatnya badmood.

"RA!"

"RA SINIIN, BIAR GUE FOTOCOPYIIN ULANG!"

Zanara tetap abai, tidak menjawab perkataan Adit.

"ra"

"apaan sih?" kata Zanara sedikit ketus di nadanya

"sini gue—"

"gausah!"

"ra"

Zanara memasuki ruang rohis dan menutup pintunya sedikit kuat agar Adit tak ikut kedalam. matanya beralih menatap meja Azzam, yang kosong tidak ada orang. Zanara menghela napas panjang sambil melirik kertas-kertas yang sudah recek dibawanya, "kaya mana ini?"

Zanara memilih berjalan pada meja tempatnya, suara ketukan membuat ia berhenti bergerak dan menoleh pada pintu yang terbuka lebar. Azzam menyembul dari balik pintu, lalu berjalan pada mejanya.

"anjir, gimananih?"

Zanara menggenggam erat kertas-kertas itu,

"sudah selesai?"

Zanara melirik-lirik kertas recek ditangannya, "aduh maaf Zam, kertasnya tadi jatoh, jadi recek dan basah gini deh. gue fotocopy in lagi aja ya? nunggu lagi bisa kan?"

Azzam sempat terdiam sebentar, lalu bersuara, " tidak usah, biar saya aja" Azzam menyodorkan tangan seperti meminta kertas, dengan segera Zanara memberikannya, "aduh maaf ya Zam" ucap Zanara

"awas aja lo Dit!"

"tidak apa-apa, kalo gitu saya permisi. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

setelah Azzam pergi baru Zanara mendudukan dirinya pada bangku yang ada disana, "gara gara si Adit nih, awas ae dia"

"gue tandain tuh bocah"

***

Zabrina Ruayya Al-Faruq — atau kerap dipanggil Zara, seorang anak kyai yang memiliki wajah cantik namun tertutup oleh cadar agar kecantikannya tidak dilihat oleh lelaki selain Abah dan Suaminya kelak. memiliki tutur kata yang lembut juga ramah, baik dan sopan.

"Zara!" panggilan dari seseorang membuat gadis itu menoleh kekanan dan kekiri melihat siapa yang memanggil dirinya.

"Zar" seseorang menepuk bahunya, membuat ia menoleh. mendapati sepupu perempuannya yang sudah dekat dengannya sedari kecil.

"utamakan salam Dib"

Adiba menepuk jidatnya pelan, "lupa, Assalamualaikum Zar"

"Wa'alaikumussalam, ada apa Dib?"

Adiba mengatur napasnya yang tersenggal-senggal akibat berlari, setelah dirasa sudah baik, ia menatap sepupunya serius, "Zar, kamu dipanggil Abah ke ndalem untuk siap-siap"

"siap-siap? mau kemana emang nya Dib?"

Adiba menggeleng, "engga kemana-mana, kamu disuruh siap-siap karena keluarga Al-Khusyain akan datang"

Zara melotot tak percaya, "serius Dib?"

"iya-iya. udah sana buruan Zar siap-siap keburu dateng."

Zara mengangguk kecil lalu meninggalkan Adiba yang menatap punggungnya yang semakin-lama semakin kecil itu dengan tatapan sulit diartikan, kemudian dia menghela napas dan ikut menyusul sepupu perempuanya itu.

***

sampai sini dulu, maaf jika ada typo atau alur yang menurut kalian tidak jelas.

jangan lupa vote dan komen.

follow instagram : jejes0i2_

sampai jumpa di bab selanjutnya, Assalamu'alaikum.

Continue Reading

You'll Also Like

589K 30.9K 35
Naira, adalah putri bungsu dari pengasuh pondok pesantren yang berada di Blitar. Tapi ia tidak nyaman dengan statusnya sebagai ning. Dengan berjalann...
186K 6.9K 13
2 tom dylogii ,,Agony"
1M 27.8K 11
Awal : 21 Agustus 2021 Selesai : 14 Februari 2022. TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN! Proses revisi. Sudah tersedia di shoppe "aepublishing...