cinta dan kita | mencintai da...

By jejes0i2

474 49 0

Zanara dengan perasaan mati rasa nya. *** 5 detik, tapi bagi Zanara kenangan 5 detik itu seperti 5 tahun. da... More

prolog
01 | cinta dan kita
02 | cinta dan kita
03 | cinta dan kita
04 | cinta dan kita
05 | cinta dan kita
07 | cinta dan kita
08 | cinta dan kita

06 | cinta dan kita

22 4 0
By jejes0i2

ااسلا م عليكم

vote dulu ya

follow ig : jejes0i2_

selamat membaca, semoga suka, aamiin ...

"nyatanya tuhan hanya mempertemukan, bukan menyatukan"

***

malam ini, hujan mengguyur ibu kota. hujan yang deras ditambah sejuk malam ini membuat semua orang rasanya ingin tidur segera. berbeda dengan seorang gadis yang duduk di balkonnya dengan mata yang selalu menatap air yang turun dari langit.

perempuan itu menghembuskan napas panjang, pandangannya beralih menatap kertas yang ada ditangannya. lama-kelamaan kertas itu di cengkram kuat olehnya, membuat kertas itu menjadi bulat dan recak.

'gaada yang peduli'

'sia-sia!'

'gue udah cape-cape ngejar ini? tapi apa hasilnya?'

perlahan, sebuah setetes air jatuh dari pelupuk matanya. perempuan itu mulai terisak di bawah derasnya hujan.

***

Zanara sedang berada di ruang Rohis, untuk memberi informasi tentang adik kelasnya yang ingin menjadi calon ketua dan wakil Rohis.

dirinya tidak sendiri, ada Azzam di meja depannya. laki-laki itu juga sama hal dengannya. 

mereka baru selesai, Zanara membereskan barang-barangnya yang berserak di atas meja. suara decitan kursi terdengar, Azzam berdiri dari kursinya lalu menghampiri Zanara "saya mau pulang duluan, bisa kamu kuncikan jika sudah selesai?"

Zanara mengangguk, laki-laki itu menaruh sebuah kunci di atas meja Zanara lalu pergi setelah mengucapkan salam.

Zanara beranjak, lalu keluar dari ruangan tersebut. setelah mengunci Zanara kembali kedalam kelasnya karena bel pulang sudah berbunyi.

kelas sudah sepi, perempuan itu segera mengambil tas hitamnya lalu berlalu meninggalkan kelas XII IPA 1.

Zanara menaiki motornya, ketika ingin menyalakan mesin motor, suara dering telpon terdengar dari saku roknnya. perempuan itu segera mengambilnya

"Assalamu'alaikum, kenapa kak?"

"Wa'alaikumsalam. ra, kesekolah bawa motor ga?"

"bawa, kenapa?"

"jemput ayuk sih dirumah, mau kesana gaada motor. kak rezi nya lagi kerja"

"yaudah, tapi ada upah lah"

terdengar decakan dari seberang sana "iya, yaudah buruan"

setelah memutuskan sambungan nya, Zanara kembali memasukan handphone itu lalu menyalakan mesin motornya.

Zanara melajukan motornya di kecepatan rata-rata, jalan raya besar ini tidak terlalu ramai.

perempuan itu sudah sampai di kediaman rumah kakaknya. setelah melepas helm, Zanara segera masuk ke dalam rumah sederhana kakaknya.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" tampak kakaknya yang sudah siap bersama kedua anaknya, Axlle dan Syabian.

"udah?"

mereka langsung menaiki motor beat biru tadi.

***

Adnan menghembuskan napas panjang, melihat layar handphone nya yang menampilkan sebuah pesan yang sangat mengganggu pikirannya. laki-laki itu beranjak dari duduknya, menuju sebuah lemari yang berada di dalam kamarnya.

dahinya mengernyit saat tidak menemukan barang yang sedang ia cari, Adnan mengambil baju kokoh berwarna coklat itu dan merogoh sesuatu di saku baju coklat itu.

"Astaghfirullah, kemana tasbih itu menghilang?"

Adnan segera menaru baju itu ditempatnya, lalu berlalu dari kamar nya.

"Ummi, Ummi!"

"ada apa sayang?" seorang wanita paruh baya dengan cadar yang terpasang diwajahnya menghampiri anak laki-lakinya yang terlihat sedih bercampur panik.

"lihat tasbih hitam Adnan tidak mi?"

tampak Ummi nya mengglengkan kepala, "engga nan, hilang tasbih kamu?"

Adnan mengangguk, laki-laki itu berpamitan pada Ummi nya untuk mencari tasbih hitam kesayangannya.

***

Zanara menghempaskan tubuhnya pada kasur empuk miliknya, perempuan itu baru selesai menunaikan sholat ashar. tangannya terulur mengambil sebuah tasbih yang terjatuh dari seseorang yang tidak sengaja menabraknya.

"A?" Zanara melihat ukiran sebuah huruf 'A' di tasbih itu, apakah itu inisial pemilik tasbih hitam ini?

Zanara kembali meneliti benda yang berada ditangannya. sampai tak sadar kakaknya yang ketiga sudah berada di sampingnya

"woi nara!" teriak Rani tepat di samping kupingnya

Zanara tersentak, lalu menoleh mendapati kakaknya yang sedang cengengesan "apan sih?!"

"dipanggilin budeg banget geh, dipanggil kak Rara tuh" setelah mengucapkan itu, Rani berlalu dari hadapannya

Zanara memutar bola matanya malas, perempuan itu beranjak dari kasurnya lalu keluar kamar setelah menyimpan terlebih dahulu tasbih hitam tadi.

"kenapa kak?" tanya nya, setelah dihadapan Rara

"beli mie ayam sana"

"males, kalo beliin baru mau!"

kakak nya nampak berdecak sinis "yaudah, sana beliin. kakak dua, mamah satu, rani satu. es nya jangan lupa"

Zanara mengangguk, setelah mengganti pakaiannya. perempuan itu segera menaiki motornya.

"mang mie ayamnya 5 ya!"

"siap neng!"

sembari menunggu Zanara memainkan handphonenya.

"nih neng"

Zanara menoleh, lalu mengambil plastik yang dipegang mamang penjualnya "berapa mang?"

"50 ribu"

setelah memberi uang, Zanara kembali menaiki motor miliknya.

Zanara mengendarai motor sedikut pelan, menikmati udara segar sore ini. matanya memicing melihat perempuan becadar tampak kesusahan mendorong motor miliknya.

"permisi" Zanara menghampiri perempuan tadi, membuat perempuan itu menoleh

"iya, kenapa?"

"eum, motor nya kenapa?"

perempuan tadi menatap motornya sebentar, lalu kembali menatap Zanara "gatau mbak, tiba tiba mati"

"waduh saya juga ga bisa benerin motor, apa mbaknya mau saya antar aja kerumah? kalo mbaknya dorong takut capek"

perempuan tadi tampak menggeleng "eh gausah mbak, takut merepotkan"

"eh engga merepotkan kok"

"beneran mbak?"

"iya, tapi motornya gimana ya?" tanya Zanara pada mbak bercadar didepannya

"biar nanti saya suruh abang saya aja ngambil motornya."

perempuan tadi menaik ke motor Zanara, lalu Zanara melajukan nya pelan.

***

Zanara menatap heran bangunan didepannya, perempuan bercadar yang ia tumpangi turun dari motor miliknya.

"makasih ya mba"

Zanara menoleh lalu mengangguk pelan "sama-sama mba, eum mbak"

"iya?"

"mbaknya santri disini?" Zanara menoleh ke bangunan didepannya, ada bertuliskan 'PONDOK PESANTREN AL-HASAN'

"bukan"

"terus mbaknya—"

"NING ZARA!" mereka berdua sontak menoleh ke arah dua orang laki-laki yang berjalan menghampiri mereka.

"dari mana kamu ning? lama sekali" laki-laki itu mengelus kepala perempuan bercadar tadi yang Zanara ketaui namanya Ning Zara, eh? Ning? apa dia anak dari pemilik ponpes ini?

Zanara menutup mulutnya tak percaya, matanya kembali menatap perempuan tadi.

"mbak?"

Zanara tersadar "eh iya, kalo gitu saya pulang dulu ya Ning?"

perempuan tadi tampak menahan lengannya "mampir dulu ya?"

Zanara menggeleng "e-eh gausah Ning, saya lagi buru-buru soalnya. saya pamit dulu ya Ning, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

***

"Ya Allah ..." Adnan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

seorang wanita paruh baya dengan segelas susu hangat ditangannya, menghampiri Adnan yang tampak sedikit gelisah. wanita itu menaruh gelas itu pada meja didepan nya, tangannya mengelus punggung anak sulungnya "sudah jangan sedih, nanti pasti ketemu tasbihmu"

Adnan menoleh mendapati Umminya yang sedang tersenyum ke arahnya, Adnan mengangguk pelan.

"Ummi udah buatin susu nih buat kamu, minum gih" Adnan menerima gelas yang disodorkan Umminya, lalu meminumnya.

"Adik kamu belum pulang nan?"

Adnan menggeleng "belum mi"

***

suara langkah kaki terdengar dari arah anak tangga, tampak putra tunggal keluarga Bratajaya yang sedang menuruni anak tangga dengan mata yang senantiasa menatap layar handphone nya

"Adit cepat siap-siap"

suara itu menghentikan langkahnya, matanya menatap penuh tanya pada sang papah "mau ngapain?"

"kita akan ke rumah Om Dimas"

dahi Adit mengernyit mendengarnya, "tumben ngajak adit kerumah temen papah, biasanya cuma berdua sama mamah?"

Sinta menghampiri putra tunggalnya, lalu mengelus lengan anaknya "papah sama mamah mau jodohin kamu sama anak om Dimas"

deg

Adit mematung mendengarnya, handphone yang berada ditangannya jatuh begitu saja. matanya menatap kedua orang tuanya tak percaya "mamah, papah bercanda kan? adit masih sekolah!"

Arya menghampiri putra nya yang tampak terkejut "papah ga langsung nikahkan kalian. tunangan saja terlebih dahulu, ketika kalian lulus baru kalian bisa menikah"

Adit menggeleng kuat "gak, Adit gamau! sampai kapanpun Adit gabakal nerima perjodohan ini! Adit udah dewasa, udah bisa memilih calon istri adit sendiri!"

"ini demi kebaikan kamu sayang"

"ga mah, ini bukan kebaikan buat Adit! Adit udah suka sama seseorang, jadi tolong jangan jodoh-jodohin Adit. Adit bukan anak kecil lagi!"

setelah mengatakan itu, Adit berlalu dari kehadapan keduanya dengan wajah yang memerah.

***

sampai sini dulu.

terima kasih sudah membaca <3

follow ig : jejes0i2_

Continue Reading

You'll Also Like

100K 5.7K 135
𝐭𝐡𝐞 𝟐𝐧𝐝 𝐛𝐨𝐨𝐤 𝐨𝐟 𝐬𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐨𝐥𝐢𝐯𝐢𝐚 𝐫𝐨𝐝𝐫𝐢𝐠𝐨 𝐚𝐧𝐝 𝐲/𝐧'𝐬 𝐦𝐞𝐞𝐭-𝐜𝐮𝐭𝐞𝐬/𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢�...
122K 328 148
bxb stories that i recommend !! none of the works are mine, credit goes to the owners
259K 1K 30
Just some AO3 shots not mine credit to owner ❤️
55.5K 4.3K 61
"Bredda yuh deaf say mi and yuh done" I said as I walked out of the bathroom "We nuh left until mi say suh" He said following behind me "Who author...