Billionaire Marriage Partner

By summerbreezefairy

43.8K 2.7K 71

Resyakilla tau kalau suaminya itu pendiam, emotionless, kaku, moody, galak, tidak bisa disentuh. Segala aspek... More

Prolog
1# Grim Reaper and his (absolutely) rules
2# Keadaan di luar rencana!
3# My Special Husband
4# Ritual Hari Minggu
5# Little Secret
6# Her Ordinary World
7# Saling terbuka sedikit demi sedikit
8# Insecurities
9# Kehebohan kecil di kampus
10# Aktivitas di Kantornya
11 # Tertidur di kantornya
12# Terbangun di surga eh ranjangnya
13# Mama
14# Keinginan Mama
15# Kejutan Malam (Negeri di atas angin)
16# Sakit, penyakit cinta
17# Baikan
18# Magang
19# Bosku Grim Reaper
21# Welcome Honeymoon eh...
22# Jangan di ruang publik

20# Perjalanan Dinas Mendadak

336 30 1
By summerbreezefairy

Happy reading!
Sorry for typos 🤪

***

Seperti seseorang yang sedang dipermainkan—setidaknya mirip orang kena prank, Resyakilla mendengarkan dengan saksama penjelasan tidak penting yang dikatakan Jonathan padanya. Ia tau jelas kalau Jonathan sengaja melakukannya untuk membuatnya kesal. Ia sudah tau tentang pekerjaan Jonathan—kurang lebih. ia juga sudah kenal dengan rekan satu timnya—sekretaris : Retha, dan Asisten Pribadi : Adam. Satu lagi, asisten sekretaris : Wanda.

Selagi mendengarkan penjelasan tidak penting Jonathan tentang perkenalan dan apalah itu, Resyakilla bisa melihat wajah terkejut sekaligus menahan geli dari Retha maupun Wanda. Sedangkan Adam masih dengan wajah pokernya hanya menatapnya datar.

Perkenalan singkat yang nyatanya menjadi lama itu berakhir ketika mendekati jam makan siang. Resyakilla benar-benar ingin melarikan diri dari situasi awkward ini, tapi ia sebagai pemagang tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti ‘perintah atasan’.

“Sepertinya sudah waktunya jam makan siang, perkenalan cukup sampai disini. Untuk tugas kamu bisa tanyakan pada Adam.”

“Baik Pak. Terimakasih, kalau begitu saya pamit dulu.”

Resyakilla bangkit dari kursinya, berniat untuk undur diri, tapi tiba-tiba tangannya ditahan oleh Jonathan. Resyakilla menatapnya kesal, “Mohon maaf, Pak?”

“Kamu makan siang sama siapa? Kalau belum punya teman, makan siang saja sama-sama.”

Resyakilla tersenyum penuh kemenangan. Untung saja ia tadi sudah janjian dengan Vina! Kalau tidak, bisa berlanjut penyiksaan perlahan ini.

“Maaf Pak, tapi saya sudah punya janji bersama teman saya. Jadi mungkin lain kali jika bapak berniat untuk mentraktir saya.” Ucap Resyakilla diimbuhi dengan senyuman paksa.

Jonathan mengerut, “kamu sudah punya teman? Siapa? Perempuan? Laki-laki?”

Resyakilla tidak menjawab. Ia langsung keluar dari ruangan sesaat setelah Jonathan melepaskan tangannya.

Resyakilla berjalan menuju tempat duduknya yang dekat dengan Adam. Resyakilla mengeluarkan ponselnya, sebuah pesan masuk dari Vina. Sepertinya Vina sudah menunggunya, Resyakilla segera mengetikkan balasan.

“Makan siang sama siapa?” tanya Adam.

Resyakilla menoleh, ia tersenyum “Oh kebetulan saya sudah ada janji makan siang bersama teman saya, Pak?” Resyakilla agak ragu untuk mengimbuhkan embel-embel 'Pak' di depan nama Adam.

Adam menyernyit saat mendengar itu. “Apa itu tadi?”

“Aturan hiererarki jabatan harus dijunjung. Saya diajarkan seperti itu oleh Pak Jonathan.” Jelas Resyakilla.

Resyakilla bisa melihat Adam menahan tawa, “Tidak perlu seformal itu sama saya. Biasa saja.”

Resyakilla mengangguk setuju. “Ya, tapi kalau kita sedang berdua. Kalau ada orang lain bisa bahaya.”

“Makan siang bareng Ca?” tanya Retha yang sudah muncul dihadapan mereka.

Resyakilla memasang wajah sungkan, meminta maaf, “Maaf aku tadi udah janjian makan sama temenku di divisi sebelumnya. Nggak enak kalau dibatalin, besok kali ya?”

“Besok?”

Resyakilla tampak heran saat Retha mengatakannya.

“Iya. Besok.”

“Kamu belum tau ya?”

“Kenapa?” tanya Resyakilla bingung.

Retha tersenyum, ia menggeleng tak percaya selagi menatap ruangan direktur yang masih tertutup. “Besok kamu akan menggantikan aku jadi sekretarisnya Pak Jonathan selama perjalanan dinas. Kamu akan bekerja bersama Adam.”

WHATT???”

***

Di kantin, Vina tampak penasaran dengan divisi tempatnya berada. Sepertinya Vina lebih tertarik untuk bekerja disana, berkebalikan dengannya. Resyakilla hanya menjawab sekadarnya saja, entah kenapa lama kelamaan Vina mulai membanding-bandingkan mereka manakah yang lebih baik dan itu membuat Resyakilla sedikit jengah. Moodnya lumayan kacau karena Jonathan, belum lagi pemberitahuan mendadak tentang dinas itu. Kalau begitu, kemarin malam Jonathan memang sengaja mengerjainya. Ia sudah merencanakan semuanya! Resyakilla merasa tertipu.

“Kenapa Bu Wara lebih memilih lo ya buat di tempatkan di divisi lainnya itu. Seandainya saja gue yang jadi lo, gue gak bakalan sia-siain kesempatan buat deket sama bos tajir!”

Resyakilla memutar bola matanya, kesal, tapi ia masih tersenyum canggung, “entahlah, hanya dia yang tau. Mungkin lo mau tanya ke orangnya langsung.”

“Ide bagus. Siapa tau bakalan berubah pikiran kan, lagian divisi 2 ini garing semua, cowoknya semua cupu, bapak-bapak pula.”

Resyakilla meringis mendengarnya, memang penting entah itu karyawan bapak-bapak, atau om-om, atau bujangan, anak sma. Tidak penting. Mereka tidak akan semengerikan ‘grim reaper’nya.

Resyakilla baru menyelesaikan makanannya setengah saat sebuah panggilan masuk.

Grim Reaper Jo is Calling...

Resyakilla bisa melihat kalau Vina curi pandang kearah layar ponselnya tadi, ia segera bangkit dan menyingkir sedikit.

“Halo, ya, Pak?”

“....”

“Baik. Saya akan segera kesana.”

Resyakilla tidak menunggu balasan Jonathan dan langsung memutuskan panggilan itu. Ia kembali menghampiri Vina untuk pamitan, “sorry Vin, gue duluan ya, dicariin.”

“Tadi atasan lo?”

Resyakilla mengangguk.

Nick name nya, Grim Reaper?”

Resyakilla menggeleng, “Bukan. sebelumnya tadi temen gue.” eles Resyakilla.

“Oh...”

“Yaudah kalo gitu, gue duluan ya. See you...”

Resyakilla langsung meninggalkan kantin, ia bergegas menuju lantai 12.

***

Resyakilla mengetuk pelan pintu ruangan Jonathan, samar mendengar balasan, Resyakilla menjejalkan dirinya masuk. Ia membawa beberapa berkas dokumen bersamanya, lalu mendekati Jonathan yang tampak fokus dengan pekerjaannya.

“Ini Pak dokumen yang Bapak minta.”

“Taruh sini saja.”

Resyakilla meletakkan dokumennya disisi meja yang masih kosong. Jonathan tampak membaca cepat dokumennya selagi mengambil bulpoint dari dalam sakunya. Jiwa Resyakilla yang tadinya murung mendadak segar kembali saat sadar kalau pulpen yang digunakan Jonathan adalah pulpen pemberiannya. Pantas saja waktu itu ia mencarinya diruangan tapi tidak menemukannya dimanapun. Ternyata memang pulpen itu selalu dibawa Jonathan.

“Ada apa?”

“Hah?”

“Kamu bengong?”

“Maaf Pak.” Resyakilla segera mengambil berkas yang tadi sudah ditangani oleh Jonathan. Ia bersiap untuk pergi saat Jonathan meletakkan lagi satu berkas lagi ditumpukan paling atas.

“Ini adalah ringkasan materi selama perjalanan dinas. Untuk berkas dan rinciannya kamu bisa minta pada Retha.” Jelas Jonathan, “Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik mengingat pentingnya dinas kali ini.”

Resyakilla mengangguk mantap, “Baik Pak. Terimakasih.”

***

Pulang kerja, Jonathan bersikeras agar mereka pulang bersama. Padahal Resyakilla sudah bilang kalau ia tidak ingin menimbulkan banyak kecurigaan, tapi tampaknya hal itu tidak menjadi beban untuk Jonathan. Resyakilla juga harus bersabar saat Jonathan memaksanya agar meninggalkan mobilnya dikantor dan meminta tolong seseorang untuk membawakannya pulang nanti.

Kini Resyakilla duduk dengan kesal, sedangkan Jonathan lagi-lagi dengan kemenangan telak menyetir dengan tenang.

“Nanti dirumah kemasi dulu barangmu, bawa yang seperlunya aja, karena penerbangan kita jam 12 malam.”

“Kalau Mas udah tau dari kemarin, kenapa nggak bilang sih?”

Jonathan tersenyum simpul, “kalau aku bilang, memangnya kamu bakalan nurut apa kataku?”

Resyakilla kali ini membuang mukanya, kesal. Benar juga, kalaupun sudah diberitahu, pasti Resyakilla akan melakukan segala cara agar bisa lolos dari hal ini. Resyakilla menghela nafasnya panjang. Memandang gemerlap jalanan yang padat merayap. Cukup macet menngingat hari ini adalah jumat malam.

Resyakilla memikirkannya lagi, dengan cara ini berarti dia tidak perlu kesepian dirumah. Dia bisa ikut Jonathan, sekaligus menjalani masa magangnya. Tapi apa boleh semudah ini? dia seharusnya tidak mencampurkan masalah pribadi  dengan pekerjaan seperti ini.

“Kenapa? Mikirin apa?”

“Tau ah, kezel banget sama Mas hari ini. Nyebelin tingkat dewa. Aku mau tidur aja.” Resyakilla merasa kesal, tapi tidak dapat dipungkiri ia juga suka dengan sikap perhatian Jonathan padanya—semacam ini. Tapi ia tidak akan membiarkan Jonathan dengan mudah memenangkan hatinya.

***

Resyakilla menyelesaikan packing kilatnya. Seperti kata Jonathan, ia hanya mengemasi beberapa barang yang memang penting saja. Ia tidak tau juga harus membawa apa. Ini terlalu mendadak untuk dikatakan dinas selama satu bulan lebih. Biarlah, uang Jonathan banyak, ia bsa minta dibelikan ini itu disana nanti.

Setelah berhasil mengemasi barangnya, Resyakilla memandang keseluruhan ruangan, memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal. Resyakilla menarik kopernya keluar. Di depan lift, ia menemukan Jonathan yang hanya membawa koper kecil yang biasa ia gunakan saat berpergian 2 hari saja.

“Cuma bawa itu Mas?”

Jonathan mengangguk, “beberapa barangku sudah ada disana.”

“Mas sering kesana?” tanya Resyakilla lagi.

Jonathan meragu sejenak, kemudian mengangguk lagi, “lumayan.”

“Kita dinas kan, nggak lagi liburan kan Mas?” tanya Resyakilla memastikan.

Jonathan terawa, mengacak rambut Resyakilla, “lihat saja nanti disana.”

***

Resyakilla harus benar-benar mengucapkan syukur karena Jonathan. Menjadi istri seorang konglomerat membuat hidupnya belum susah sekalipun—jika mengenai tentang harta. Kebahagian kecil yang dirasakannya seperti sekarang, sedang duduk di kursi penerbangan bisnis. Padahal biasanya ia menggunakan kelas ekonomi, bahkan saat Papa dan Mamanya masih hidup.

Resyakilla mengamati sekitar, pesawat akan terbang selama 3 jam. Ia punya cukup waktu untuk beristirahat. Ia bisa melihat Adam yang bersiap untuk tidur, dan juga Jonathan yang duduk disebelahnya. Resyakilla mengamati laki-laki yang tampak membaca  sesuatu dengan serius di notepad nya.

“Baca apa Mas?”

“Oh ini.. Bukan apa-apa. Kamu nggak tidur?”

“Mas sendiri nggak istirahat?”

Jonathan meletakkan notepadnya. Ia menatakan tempat duduk Resyakilla agar nyaman digunakan untuk tidur. “Tidur aja bentar, nanti kalau udah landing aku bangunin.” Jonathan mencium puncak kepala Resyakilla dan menyuruhnya untuk istirahat.

Resyakilla menurut saja, setelah ciuman selamat malam itu, Resyakilla merasa matanya benar-benar berat. Ia berpamitan untuk tidur.

***

Continue Reading

You'll Also Like

132K 9.5K 55
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia
321K 26.6K 23
(PDF dan buku cetak sudah ready. Cek infonya di dalam cerita) Dulu, Kaia pernah membuat kesalahan dengan berusaha mengacaukan hubungan Wisnu dan Dian...
1.1M 52.5K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
26.3K 2K 24
-Perjodohan, Pernikahan, Rumah tangga. Di antara semua di atas, semuanya tidak cocok untuk wanita seperti Anna. Sayangnya, hal-hal tidak cocok itu se...