(212 - 311 ( + extra 350 ) Th...

By erryenellis

59.6K 4.9K 1.2K

Mo Ran merasa bahwa menjadikan Chu Wanning sebagai gurunya adalah sebuah kesalahan. Shizunnya sangat mirip ku... More

212 - [Jiaoshan] Pemimpin Sekte Agung
213 - [Jiaoshan] Pertarungan Hidup dan Mati
214 - [Jiaoshan] Inti Spiritual Hancur
215 - [Jiaoshan] Membakar Sisa Tubuh
216 - [Jiaoshan] Jatuh Menjadi Budak
217 - [Jiaoshan] Mimpi Buruk
218 - [Jiaoshan] Sang Kaisar Kembali
219 - [Jiaoshan] Jangan Pergi
220 - [Jiaoshan] Berjalan Berdampingan
221 - [Jiaoshan] Menggenggam Jemari
222 - Transformasi Menyeramkan
223 - [Jiaoshan] Menjauh
224 - [Jiaoshan] Janji Lelaki Terhormat
225 - [Jiaoshan] Tertawakan Aku Yang Gila
226 - [Jiaoshan] Tidak Pernah Lupa
227 - [Jiaoshan] Kata-Kata Dari Masa Lalu
228 - [Jiaoshan] Sebuah Permainan Kosong
229 - [Jiaoshan] Sejak Saat Itu
230 - [Jiaoshan] Pemuda
231 - [Jiaoshan] Sekte Obat
232 -[Jiaoshan] Dua Penglihatan Tidak Jelas
233 - Jika Aku Ingin Mengubah Judul, Aku Bisa Mengubahnya. Plin Plan!
234 -[Jiaoshan] Sang Kaisar Kembali
235 - [Jiaoshan] Menuju Akhir
236 - [Gunung Darah Naga] Huaizui
237 - [Gunung Darah Naga] Shenmu (Kayu Ilahi)
238 - [Gunung Darah Naga] Tanpa Jiwa
239 - [Gunung Darah Naga] Memiliki Hati
240 - [Gunung Darah Naga]Seorang Manusia
241 - [Gunung Darah Naga] Kebenaran
242 - [Gunung Darah Naga] Chu Fei
243 - 18+
244 - [Gunung Darah Naga] Rawa Ular
245 - [Gunung Darah Naga] Saingan Cinta
246 - [Gunung Darah Naga] Mengikat
247 - 18+
248 - [Gunung Darah Naga] Dilupakan
249 - Gunung Darah Naga] Kebenaran
250 - 18+
251 -[Gunung Darah Naga] Kembali
253 - [Gunung Darah Naga]Bajingan
254 - [Gunung Darah Naga] Merindukanmu
255 - [Gunung Darah Naga] Dituduh
256 - [Paviliun Tianyin] Naik Turun Pengalaman Hidup
257 - [Paviliun Tianyin] Peri Linjiang
258 - [Paviliun Tianyin] Tulang Lunak
259 - [Paviliun Tianyin] Berbagi Jubah Yang Sama
260 - [Paviliun Tianyin] Lahir Seperti Tungku
261 - [Paviliun Tianyin] Fitnah Busuk
262 - [Paviliun Tianyin] Bagian Terpenting Opera
263 - [Paviliun Tianyin] Mimpi Lama Kembali Terulang
264 -[Paviliun Tianyin] Kaisar Seperti Dia
265 - [Paviliun Tianyin] Shi Mei Ganda
266 - [Paviliun Tianyin] Menghangatkanmu
267 - [Paviliun Tianyin] Naga Melilit Pilar
268 - 18+
269 - [Paviliun Tianyin] Kaisar dan Zongshi
270 - [Paviliun Tianyin] Hukuman Akan Dilaksanakan
271 - [Paviliun Tianyin] Pengadilan Final
272 - [Paviliun Tianyin] Kata-Kata Orang Sangat Mengerikan
273 - [Paviliun Tianyin] Berbeda Jalan
274 - [Paviliun Tianyin] Nyaris
275 - [Paviliun Tianyin] Jantung Hancur
276 - [Paviliun Tianyin] Aku Datang Untuk Mati Untukmu
277 - [Paviliun Tianyin] Yang Mulia Ini Kesepian dan Kedinginan
278 - [Paviliun Tianyin] Tidak Pernah Mengkhianati
279 - [Paviliun Tianyin] Malam Bersalju Untuk Sisa Kehidupan
280 - [Puncak SiSheng] Lidah Yang Baik dan Yang Jahat
281 - [Puncak SiSheng] Ingin Melakukan Lebih Banyak Perbuatan Baik
282 - [Puncak SiSheng] Serigala Yang Sendirian Memasuki Situasi Putus Asa
283 - [Puncak SiSheng] Api Akhirnya Menyala
284 - [Puncak SiSheng] Putraku Sangat Berharga
285 - [Puncak SiSheng] Phoenix Api Surgawi
286 - [Puncak SiSheng] Pemuda Yang Sangat Mencintai
287 - [Puncak SiSheng] Tidak Mungkin Lari Dari Takdir
288 - [Puncak SiSheng] Zongshi dan Kaisar Itu adalah mimpi.
289 - [Puncak SiSheng] Mengunjungi Sebagai Hantu
290 - [Puncak SiSheng] Tinggal Bersama Mei Hanxue
291 - [Puncak SiSheng] Dua Dunia Bersilangan
292 - [Puncak SiSheng] Hati Sedalam Laut
293 - [Puncak SiSheng] Kebencian Panjang Sang Kaisar
294 - The dying of death
295 - [Puncak SiSheng] Jalan Kemartiran Untuk Pulang
296 - [Puncak SiSheng] Seperti Dalam Mimpi Waktu Itu
297 - [Puncak SiSheng] Kecantikan Tulang Kupu-Kupu
298 - [Puncak SiSheng] Manusia Tidak Sebaik Surga
299 - [Puncak SiSheng] Tidak Pernah Berhenti
300 - [Puncak SiSheng] Hatinya Seperti Hatimu
301 - [Puncak SiSheng] Masa Lalu Kembali Tumpang Tindih
302 -[Puncak SiSheng] Jiwa Patah di Istana Wushan
303 - [Puncak SiSheng] Xue Meng Kehidupan Sebelumnya
304 - [Puncak SiSheng] Mereka Dari Kehidupan Sebelumnya
305 - [Puncak SiSheng] Persembahan Tubuh Dewa Untuk Iblis
306 - [Puncak SiSheng] Kasihani Tubuhku Yang Berbeda
307 - [Puncak Sisheng] Kelelawar Senja
308 - [Puncak SiSheng] Bekerja Sama Melawan Banjir
309 - [Puncak SiSheng] Mo Ran Tidak Jauh
310 - [Puncak SiSheng] Kartu Terakhir Ada cahaya.
311 - [Puncak SiSheng] Akhir
BAB EKSTRA 312 - KEHIDUPAN DAΜΑΙ

252 - [Gunung Darah Naga] Membagi Jiwa

491 48 15
By erryenellis

[Gunung Darah Naga] Membagi Jiwa

Keduanya sedang mengobrol tentang sesuatu yang menarik, dan keduanya memiliki senyum ceria di wajah mereka. Xue Meng bahkan mengangkat tangannya dan meletakkan bunga kecil dengan kelopak kuning dan putih di rambut Shi Mei, tetapi Shi Mei tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis dan Xue Meng tertawa keras.

"Ah, Shizun?"

Sudah terlambat untuk menghindar. Ketika Xue Meng berbalik, sudut matanya telah menangkap kehadirannya. Awalnya dia terkejut, tetapi segera setelah itu, dengan gembira dia berkata, "Jarang melihat Shizun selarut ini." Ketika berbicara, dia melangkah maju untuk memberi hormat.

Shi Mei juga tersenyum mengikutinya, dan dengan lembut membungkuk, "Salam, Shizun."

Chu Wanning tidak tahu harus berkata apa. Dia ingin menjawab, tapi sebelum bisa melakukannya, matanya memerah. Untungnya, sudah larut malam, cukup gelap untuk menutupi wajahnya.

Xue Meng ingin tahu seperti kucing. "Ke mana Shizun akan pergi?"

"Aku akan..." Ketika suaranya keluar, itu serak. Chu Wanning komat-kamit, terbatuk dan sebentar kemudian berkata, "Aku akan jalan- jalan."
Setelah beberapa saat, dia tidak bisa menahan untuk bertanya.

"Bagaimana denganmu?"

"Shi Mei dan aku baru saja kembali dari Kota Wuchang. Aku membeli banyak makanan lezat." Ketika mengatakan ini, Xue Meng tampak sangat gembira. "Ada pameran di kuil hari ini, sangat ramai."

Jika itu Chu Wanning pada masa ini, percakapan akan berakhir di sini. Dia tidak akan tertarik untuk memahami apa yang dikumpulkan oleh para remaja ini, makanan apa yang mereka beli, dan mengapa mereka begitu gembira. Pada masa itu, dia hambar dan menjauh dari

semua orang, tidak suka mencampuri masalah pribadi orang lain.

Namun Chu Wanning saat ini, merasa bahwa
Xue Meng dan Shi Mei baik-baik saja, setiap kata, ekspresi, atau bahkan binar-binar dan pantulan di mata mereka sangat berharga. Dia ingin memandang beberapa kali dan mendengar beberapa kata lagi. Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia dapatkan di dunianya sendiri.

Jadi dia bertanya, "Apa yang kau beli?"

"Apakah Shizun ingin melihatnya?" Xue Meng dengan senang hati mengaduk-aduk kantong qiankun-nya seolah menunjukkan harta. "Inti buah kupas, biji pinus, permen osmanthus..."

Setelah menghitung sebentar, dia tiba-tiba menyodorkan segenggam permen osmanthus ke depan Chu Wanning.

"Aku membeli terlalu banyak. Aku akan memberikan ini untuk Shizun."

Shi Mei juga mencari-cari di kantongnya sendiri, tetapi tampaknya tidak dapat menemukan sesuatu yang berguna, jadi telinganya mulai memerah.

"Tidak perlu memberi lebih banyak padaku," Chu Wanning mengambil dua atau tiga permen dan mengembalikan sisanya kepada Xue Meng. Matanya hampir lembap dan lembut di bawah sinar bulan.

"Cukup."

Dia tahu bahwa Gerbang Ruang dan Waktu Kehidupan dan Kematian akan menutup kapan saja. Dia sudah terlalu banyak menarik kekuatan Jiu Ge, jadi tidak mudah baginya untuk membukanya lagi. Selain itu, hanya ada kesempatan malam ini. Jika dia terlambat kembali, dia takut Taxian Jun akan.

menyadarinya. Sambil menahan emosi, dia bertanya, "Di mana Mo Ran? Mengapa tidak bersamamu?" Mereka berdua saling memandang. Xue Meng berkata, "Aku belum melihatnya sejak setelah makan siang."

Shi Mei juga berkata, "Dia tidak bersama kami selama beberapa hari terakhir. Mungkin dia
memiliki sesuatu untuk dilakukan." Jadi, Chu Wanning pergi ke kamar murid, tetapi tidak ada seorang pun di sana, lalu pergi ke aula untuk mencarinya. Melihat dia kehabisan waktu, dia semakin cemas.

💜Dia memikirkannya.

Setelah mengerutkan kening untuk waktu yang lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu.

Mungkinkah Mo Ran pergi ke...

Dia berhenti berpikir setelah beberapa saat. Gagasan yang tampak seperti nyala api ini sama sekali tidak nyaman baginya. Wajahnya perlahan menjadi gelap, dan tanpa sadar mengepalkan jari-jarinya.

Dia ingat tempat dimana Mo Ran berada ketika pertama kali tersesat.

Kurang dari satu jam kemudian, Chu Wanning berdiri di luar sebuah bangunan kayu yang dihiasi ukiran merah dan ungu.

Ini adalah Paviliun Persik Abadi yang agak terkenal. Pada saat ini, malam sudah sangat larut tetapi kemeriahan paviliun baru saja dimulai. Orang-orang berdatangan dari kiri dan kanan. Kebanyakan dari mereka adalah lelaki berminyak yang berbau bedak. Chu Wanning, di sisi lain, memiliki wajah dingin dan punggung kaku. Día terlihat menonjol di tengah kerumunan.

"Tamu, silakan masuk."

"Ayo masuk dan lihat. Ada aktor terkenal yang bermain hari ini. Orang terkenal dari Xiangtan, tidak kalah dari penyanyi Xunfeng dan penari Duan Yihan. Satu putaran delapan puluh kata, tambahan sepuluh kata untuk barisan depan..."

Di pintu, seorang bocah lelaki sedang melambai-
lambaikan kipas pada seorang cendekiawan yang kebetulan lewat. Cendekiawan itu mencemooh, "Sungguh tak tahu malu, menyombongkan diri sebagai orang yang luar biasa terkenal, benar-benar berani menantang dua legenda Duan dan Xun."

"Benar, aktor delapan puluh kata memiliki nama yang sama terkenalnya dengan Xunfeng.

Xunfeng lemah dalam permainan kata, delapan ratus koin emas tidak cukup."

"Teater jelek ini mengecoh uangmu!" Seseorang
lewat, menggaruk ketiak dan terkikik. Chu Wanning tidak mengerti, tapi mendengar

semua itu membuatnya sakit kepala. Dia mengibaskan lengan bajunya dan memasuki gedung. Terdapat lentera-lentera sutra yang digantung tinggi dan suasana berisik. Beberapa orang sedang menonton pertunjukan, beberapa minum anggur dan mabuk, dan beberapa masuk keluar hanyut dalam pesona kelembutan dan pemerah pipi.

Suara pemain drama dan otot seperti batu giok musim semi.

Di panggung lantai pertama, sang bangsawan sedang mabuk dan wajahnya dipenuhi bunga. Drama itu lembut dan sedih, bahkan penonton tersentuh dan tak henti-hentinya mendesah dan bersemangat. !"

"Bagus -! Bagus

"Ayo lagi!"

Bau tajam bedak membuat Chu Wanning mengerutkan kening dan wajahnya menjadi. gelap. Mata phoenix-nya memindai tempat itu tetapi tidak bisa menemukan bocah itu di manapun.

Dia berpikir, apakah dia salah menduga lagi?

Pada saat ini, Nyonya yang terlalu sibuk melepaskan diri memerhatikannya. Seperti kupu-kupu yang berwarna-warni, dia dengan anggun berjalan ke sekitarnya, membuka mulut yang diolesi awan merah, dan tersenyum mengundangnya masuk. "Gongzi, silakan duduk dan nikmati pertunjukannya."

Chu Wanning meliriknya, "Aku mencari

seseorang."

"Mencari seseorang..." Senyum Nyonya lenyap dan tatapannya berubah dingin. "Pergilah dan temukan sendiri."

Chu Wanning menghela napas dan melepaskan cincin dari pinggangnya. Itu adalah batu giok
indah yang diberikan kepadanya oleh Taxian Jun dan hangat saat disentuh. Dia menyerahkan batu giok pada Nyonya dan mengulang, "Temukan dia."

Nyonya mengambilnya dan melihat ke kiri dan ke kanan. Dia terbatuk ringan ketika menyimpan batu giok dan senyumnya kembali, bahkan lebih lebar dari sebelumnya. "Siapa yang dicari Gongzi?"

"Seorang pemuda berusia sekitar lima belas atau enam belas tahun. Mo Ran."

Di lantai tiga Paviliun Kecantikan Merah, terhampar karpet indah dan elegan. Tidak heran banyak orang yang mau menghabiskan malam dengan minum-minum di sini. Hanya dengan melemparkan perak, wanita-wanita cantik teater bisa memberi mimpi indah seperti bunga poppy. Berapa banyak pahlawan di sini, jika

malam-malam bisa dilewati seperti ini, diperlakukan dengan lembut, siapa yang mau menghadapi carut-marut kehidupan dan rasa sakit kenyataan?

💜"Ini tempatnya." Nyonya mengangkat jari panjang dan rampingnya yang diwarnai dengan kapulaga dan membalik papan kayu yang diukir dengan kata-kata "Rong Jiu" di pintu.

Dia mengangkat mata dan menatap Chu Wanning dengan penuh pertimbangan, "Gongzi, tolong tunggu aku untuk memanggil Jiu-er, kemudian aku akan mengundangmu ke kamar untuk mengobrol dengan temanmu."

"..." Bahkan orang mesum itu bisa melihat betapa dia peduli padanya.

Chu Wanning memejamkan mata, "Maaf telah mengganggumu."

Kemudian dia masuk. Tampaknya ada seseorang yang berbicara di ruangan itu, suaranya tidak jelas.

Setelah beberapa saat, Nyonya keluar lagi dengan seseorang mengikuti di belakangnya. Chu Wanning melirik orang yang bernama Rong Jiu, yang pipinya masih merona. Dia tampak akrab, seolah mirip seseorang. Rong Jiu membungkuk padanya dengan suara rendah dan pergi bersama Nyonya.

Chu Wanning mendorong pintu terbuka, dan apa yang terhampar di depan matanya adalah warna merah dan ungu, membuat kulit kepalanya mati rasa. Tidak ada dupa di dalam ruangan, tetapi ada bau anggur. Mo Ran berbaring miring di tempat tidur, menopang pipi. Jari-jarinya yang ramping masih memainkan rumbai merah yang diikat ke pot tanah liat kecil. Tempat tidurnya juga berwarna merah dan berantakan. Yang terbaik adalah jangan memikirkan apa yang telah terjadi di sini.

Chu Wanning menghampirinya, sedingin salju. beku, berdiri di dalam perasaan musim semi yang tidak pada tempatnya untuknya. "Uh... Shizun ada di sini?"

"Duduk dan minum? Bunga pir putih, anggur yang enak. Aku yakin kau belum pernah mencobanya."

"Kau mabuk," kata Chu Wanning.

Mo Ran tertawa kecil ketika melihat lelaki berpakaian putih itu berjalan ke tempat tidurnya. Dia memang mabuk. Tiba-tiba dia mengulurkan tangan untuk menarik pinggang Chu Wanning.

"Mabuk, baik kan? Mabuk, kau tidak takut apa- apa. Ayo, ayo, ini malam yang panjang. Lebih baik bermain-main."

Chu Wanning tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya mengangkat pemuda itu dari tempat tidur yang semerah lautan hasrat. Urat-urat di punggung tangannya menonjol. Dia adalah lelaki dengan sikap seorang zongshi. Pada saat ini, dia masih serius dan khusyuk. Hanya ujung jarinya yang gemetar mengkhianati perasaan batinnya.

Dia menutup mata dan berbisik, "Mo Ran."

Lelaki muda itu berteriak, tetapi masih tidak mengerti. Bahkan ada senyum tak berperasaan di wajahnya.

Chu Wanning berkata dengan suara serak, "Aku terlambat."

Dia menekankan dahi mereka, ujung jari-jarinya sedikit bergerak. Rasa sakit ini sangat menyiksa.

Di tengah rasa sakit yang mencabik-cabik ini, senjata ilahi muncul. Itu adalah pohon begonia. Ekornya melengkung ke atas, dengan tujuh baris senar seperti tujuh untaian cahaya yang mengalir. Sungguh guqin kayu kuno yang agung.

Chu Wanning mengatupkan gigi dan
membiarkan senjata ilahi untuk sementara mengalirkan energi spiritual yang kuat ke tubuhnya. Energi spiritual semacam ini adalah lelucon untuk Taxian Jun, tetapi sudah cukup baginya untuk mengucapkan banyak mantra. Dia menekan dahi Mo Ran ke dahinya dan menutup mata.

Lalu dia merasakannya... Tubuh Mo Ran memang memiliki aura bunga kebencian. Di depan matanya, seolah-olah bunga hitam dan berat berakar di jantungnya, terkubur jauh di dalam pembuluh darahnya. Itu adalah bunga delapan kebencian dan kepahitan panjang.

Itu adalah sumber semua dosa-dosanya.

Chu Wanning menarik napas dalam-dalam dan melantunkan mantra sesuai buku kuno. Kemudian dia berteriak sekuat tenaga. "Pemecah Jiwa!"

Chu Wanning mendadak membuka mata, dan cahaya dingin bersinar dari kedalaman pupil
matanya.

Bunga kebencian hanya bisa ditekan oleh kekuatan jiwa. Seperti yang disebutkan dalam buku, dia memotong setengah jiwanya dan memindahkannya melalui dahi mereka ke tubuh Mo Ran.

💜Angin kencang sekonyong-konyong bertiup di sekelilingnya, dan Jiu Ge benar-benar mengeluarkan suara phoenix menangis.

Energi spiritual menyala.

Mo Ran... Mo Ran...

Di masa lalu, Shizun tidak melindungimu dengan baik.

Aku akan bersamamu.

Sekarang, aku di sini untuk menyelamatkanmu.

Potongan jiwa yang robek berubah menjadi gumpalan debu putih yang terus mengalir.

Mo Ran membayangkan dan Chu Wanning sangat kesakitan.

Tak berkesudahan.

Aku akan bersamamu.

Ketika sinar terakhir menghilang, mereka berdua tiba-tiba kehilangan seluruh kekuatan mereka. Chu Wanning melepaskan tangannya. dan Mo Ran jatuh kembali ke tempat tidur.

Jiu Ge juga menghilang, bersembunyi di darah dan tulang Chu Wanning. Setelah kehilangan setengah jiwa, sangat sulit bagi Chu Wanning untuk mempertahankan kestabilan senjata ilahinya.

Chu Wanning duduk di samping tempat tidur, perlahan-lahan menutup mata. Wajahnya begitu pucat sampai bibirnya pun tidak berdarah. Namun, hatinya tenang dan lega.

Dia akhirnya menyelesaikan langkah pertama untuk mengubah hidup Mo Ran. Menggunakan kekuatan jiwanya untuk mengacaukan bunga kebencian yang belum berakar dalam. Dia tidak ingin Mo Ran kehilangan akal lagi.

Sudah waktunya kembali. Dia akhirnya melindunginya.

Chu Wanning tidak bisa tinggal lebih lama. Hal pertama yang perlu dilakukannya adalah mencegah Mo Ran ditelan bunga kebencian. Dia sudah melakukannya dan akan melakukan hal kedua.

Dia tidak tahu seberapa kuat orang di belakang layar itu. Meskipun orang itu tidak bisa merobek celah ruang dan waktu, berhati-hati selalu benar.

- Dia ingin memastikan bahwa ketika bencana terjadi lagi, dia bisa memulihkan ingatan dari kehidupan sebelumnya dan menahan pada saat yang tepat.

Karena itu, hal kedua yang dia lakukan adalah menemukan dirinya dari masa lalu.

Semua tabir di Paviliun Teratai Merah tidak berguna untuknya. Dia dengan mudah masuk dan berdiri di dekat jendela setengah terbuka, memandang lelaki terpaku putih yang tertidur pulas di atas meja.

Di tengah malam, dia masih menggambar.

Kalau saja semua masalah di dunia manusia
hanya mengatasi para setan kecil. Chu Wanning memindahkan setengah Jiwa Buminya yang terkoyak ke dalam tubuhnya sendiri.

Pada dasarnya, jiwa ini miliknya, jadi lelaki yang
tertidur itu sedikit pun tidak merasa terganggu. Dia menyaksikan gumpalan cahaya putih murni melayang melewatinya, menyelimuti dirinya yang lain dalam lapisan cahaya hangat. Perlahan, cahaya redup dan angin meniup cetak biru di atas meja jatuh ke lantai.

"Jika ada bencana besar lain, Mo Ran tidak akan menjadi musuhmu." Dia berdiri di dekat jendela
dan berbisik kepada orang di dalam, "Sekarang inti spiritualku telah hancur dan jiwaku telah dipecah. Aku hanya bisa melakukan ini, aku tidak bisa mengubah zaman kita, tetapi kau bisa."

Orang di ruangan itu masih tidak sadar.

"Aku membagi yang terlemah dari tiga jiwa

menjadi dua, memberikan setengah untukmu dan setengah lainnya untuk Mo Ran. Jika hidupmu berjalan dengan baik, dua belahan jiwa ini tidak akan banyak memengaruhimu. Namun, jika kebencian ini terus menyerang atau jika ada kekacauan di dunia, aku akan menemukan cara untuk menggabungkan jiwa ini kembali bersama."

Jika perkiraannya tidak salah, saat jiwanya dan jiwa Mo Ran bergabung, bunga kebencian di tubuh Mo Ran akan sepenuhnya hancur. Dan dia juga akan mendapatkan kembali ingatan dari kehidupan sebelumnya setelah dua Jiwa Bumi kembali bergabung menjadi satu.

Chu Wanning berkata, "Jangan salahkan aku karena memberimu semua hal ini. Jika mungkin, aku juga berharap kau tidak perlu

memikirkannya, tapi..." Dia tidak melanjutkan, hanya mendesah pelan.

Kemudian, dia melakukan hal ketiga.

Ini adalah langkah terakhir dia pergi menemui Huaizui. Menyerahkan tungku dupa yang sudah
dia suling sejak lama. Dalam tungku dupa itu, dia menggunakan Teknik Pemulihan Jiwa. Teknik rahasia ini akan menyerap bagian terdalam ingatan bawah sadarnya dan merangsang dua belah jiwanya yang telah terpecah untuk bergabung kembali. Chu Wanning tidak yakin apa ingatan terdalamnya. Dia merasa ada terlalu banyak. Mungkin itu adalah pertarungan besar ketika hubungan Shizun dan murid terputus, atau mungkin darah yang menetes dari tangan Mo Ran ketika inti spiritualnya dihancurkan, atau mungkin rasa sakit ketika dipermalukan Mo Ran untuk pertama kalinya.

💜Terlalu banyak. Terkadang orang bahkan tidak bisa melihat diri mereka dengan jelas.

Dia mendesak Huaizui agar menyegel tungku dupa itu di gua Gunung Darah Naga. Jika melihat sesuatu yang berbeda di dunia fana, Huaizui harus membawa dirinya dan Mo Ran ke tempat. itu.

Setelah semua ini, sudah waktunya bagi Chu Wanning untuk kembali. Ruang dan waktu memiliki kemampuan untuk pulih sendiri. Jika bukan robekan yang merusak, celah akan menutup.

Bahkan, dia benar-benar ingin tinggal di sini, di tempat yang bersih dan damai dimana tidak ada yang terjadi.

Namun, Chu Wanning tahu bahwa dia tidak seharusnya berada di sini. Dia tidak akan pernah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan teknik terlarang demi kepuasan diri dan keserakahannya akan kehangatan. Dia pergi.
Meninggalkan mimpi indah di belakang, tidak menoleh.

“Tuan Chu.”

Kembali ke zamannya sendiri, Chu Wanning baru saja keluar dari celah di belakang gunung untuk menutupi jejak energi spiritual ketika melihat seorang lelaki berpakaian merah berjalan ke arahnya di jalan biru. Itu adalah budak tua, Liu Gonggong, yang telah lama melayani Mo Ran.

"Kemana Zongshi pergi? Yang Mulia memintaku mencarimu."

Chu Wanning bertanya, "Di mana dia?"

"Di Paviliun Teratai Merah."

Ketika dia tiba, Mo Ran sedang duduk di bawah teras bunga wisteria dengan mata tertutup. Melihatnya mendorong pintu terbuka, dia perlahan mengangkat wajah dan melambai padanya.

"Kemari."

Chu Wanning mengerutkan bibir, dan bertanya
dengan ekspresi tak acuh seperti biasa, "Lagu-
lagunya tidak merdu? Ini terlalu dini." "Tidak ada yang tidak memuaskan." Mo Ran berkata, "Sudah kudengar dengan baik, hanya beberapa melodi. Aku lelah."

Dia membuka lengan bajunya dan menarik Chu Wanning ke pelukannya. Mo Ran tidak bertanya
ke mana dia pergi. Bagaimanapun, Chu Wanning tidak pernah taat. Akan aneh jika dia tetap di paviliun sepanjang waktu tanpa bergerak. Dia memaksa Chu Wanning untuk duduk di pangkuannya dan mencium pipi lelaki itu sebelum membenamkan wajah di dadanya. "Aku baru saja bermimpi."

"Hmm?"

"... Dalam mimpi itu, kau mengajariku cara menulis."

Chu Wanning tertegun, detak jantungnya tiba- tiba melambat. Namun pada saat ini, Taxian Jun tenggelam dalam ingatannya sendiri. Dia tidak bisa melepaskan diri dari itu, jadi tidak melihat sesuatu yang janggal. Dia terus berbicara dengan nada ringan dan sedih tanpa disadarinya.

"Satu kata, aku tidak bisa menulis sampai empat atau lima kali. Kau sangat marah, tapi kau juga tidak menyerah. Kemudian kau memegang tanganku dan ada bunga melayang dari jendela, aku melihat..."

Dia terlalu terlena dalam mimpi besar itu sehingga tidak lagi menyebut dirinya "Yang Mulia".

Mo Ran berhenti sejenak. Pada saat itu, ekspresinya benar-benar naif.

"Aku melihat sesuatu tertulis di kertas. Membaca surat mewakili pertemuan. Anggap melihat surat ini seperti melihatku..." Ketika mengatakannya, dia menyeringai.

Senyum itu tidak bisa disebut senang atau dengki.

"Hal semacam itu hanya bisa dilihat di dalam mimpi."

Dia mendongak, menatap mata Chu Wanning yang dipenuhi pikiran. Perlahan, dinginnya Taxian Jun kembali. "Apakah kau tahu mengapa Yang Mulia ini tiba-tiba ingin melihatmu?"

Tangannya terulur dan menyentuh wajah Chu
Ingin yang dingin.

"Dalam mimpi itu, kau terlihat sangat baik." Taxian Jun berkata pelan, "Yang Mulia ini bahkan tidak bisa melupakannya. Jadi ingin melihat dirimu yang sebenarnya."

Chu Wanning menurunkan matanya.

"Aku khawatir tidak membencimu. Aku ingin membencimu. Jika tidak, aku..."

Tiba-tiba dia kehilangan kata-kata. Jika tidak, apa?

Jika tidak, aku tidak akan bisa lagi bermurah hati, atau aku tidak akan tahu bagaimana untuk terus maju. Jika tidak, aku tidak akan tahu bagaimana melanjutkan kehidupan yang hancur ini.

💜Aku harus membencimu. Aku belum berubah. Aku membencimu.

"Wanning." Dia akhirnya menutup mata dan menghela napas. "Hanya tingal kau dan aku di dunia ini."

Sejenak, hati Chu Wanning serasa ditusuk pisau, dan lebih suka menunggu daripada bicara. Tiba- tiba dia merasa seolah telah kehilangan tempat berpijak dan jatuh dari tebing, jatuh dari tidur dan terbangun dari mimpi!

Chu Wanning seketika membuka mata, dan pandangannya gelap gulita. Dia bisa mendengar detak jantungnya yang berdentum-dentum, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya, dan wajah Taxian Jun yang muram dan dingin tampak masih ada di depannya.

Dia gemetar dan agak tersengal-sengal. Kenangan kehidupan masa lalunya membuat bulu kuduknya berdiri, membuatnya gemetar ngeri. Ingatan-ingatan ini belum berhenti, masih terus menerkamnya dengan gila.

Jakunnya bergerak, dia...di mana ini?

Di mana dia...

Kenapa dia tidak bisa melihat apa-apa? Kenapa semua yang ada di depannya hitam?

Pikirannya kusut. Setelah beberapa saat, dia akhirnya ingat apa yang terjadi di Gunung Darah Naga.

Perlahan dia mencapai dan berkumpul, "Mo Ran..." Pada saat ini, pipinya tiba-tiba disentuh oleh tangan yang hangat dan lembut.

Tangan itu memegang dagunya dan mengusapkan ibu jari ke bibirnya. Chu Wanning mendengar suara yang jelas menggunakan teknik mengubah suara, dengan lembut berkata padanya.

#####💜💜💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 123K 39
"I wanna kill you.." He whispered huskily. "I dare you" I said. Seventeen year old Sonee rave win's a contest to go stay at Dracula's castle for two...
690K 74.4K 130
အခွက်ပြောင်လွန်းတဲ့ ဆရာ နဲ့ အင်နိုးဆန့်တပည့်လေး တို့ရဲ့စတိုရီလေးပါ😝 Name;Seduce & Subdue/Hold my master Type;Boy'Love/Comedy(On Going) I don't won a...
231K 18.1K 55
အကုန်လုံးနီးပါးသိကြတဲ့နာမည်ကြီးNovel​ရဲ့ manhua​ မလို့ဘာမှမ​ပြော​တော့ဘူး​နော်💓 Not my own✌ Original author-Meatbun Doesn't Eat Meat Start date-17.8...