Calysta Finn

Door dedesusilowati

3.6K 515 255

Kata orang cinta pertama itu tidak akan dapat terwujud dan Callie merasakan hal itu. Bertahun-tahun ia mengej... Meer

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12

Chapter 13

149 15 3
Door dedesusilowati


Sudah hampir sebulan lebih berlalu ketika Calysta terakhir kali bertemu Cars. Pria itu menghilang seperti sebelumnya. Calysta kembali ke kehidupan normalnya sebagai seorang model. Berbagai macam brand juga perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk bekerja sama dengannya. Meski dia sadar itu semua berkat nama keluarga, Calysta tidak akan menyia-nyiakan privilege ini. Dia membungkam semua orang. Membuat orang-orang yang semula menjauh kini mendekat. Bukan dia tahu tujuan mereka semua berkerumun di dekatnya. Calysta hanya berpikir, dia akan memanfaatkan mereka semua. Sama seperti mereka memanfaatkan nama keluarga yang tersemat di belakangnya kini.

Di balut dress hitam yang pas sekali dengan proporsi badannya, Calysta menghadiri pesta ulang tahun Angeline. Salah satu aktris ternama Amerika yang sekarang sedang naik daun akibat perannya di salah satu film Marvel. Di berperan sebagai super hero, sangat bertolak belakang dengan sifat aslinya. Kira-kira begitulah sejauh ini yang Calysta tahu tentang Angeline.

Calysta mengenal Angeline cukup lama. Sejak wanita itu sama-sama menimba ilmu di sekolah modeling yang sama. Siapa sangka Angeline lebih berbakat dalam dunia akting. Hubungan keduanya tidak cukup dekat namun masih terhitung sebagai teman karena beberapa kali hang out bersama. Namun Angeline menjauhinya begitu Calysta terlibat beberapa skandal hingga terakhir yang paling parah.

Saat media ramai-ramai membicarakan tentang keluarga Calysta, tiba-tiba saja Angeline menghubungi dan mengundang dia untuk hadir di acara ulang tahunnya. Calysta tentu saja masih kesal atas perlakuan dari teman-teman yang dulu sempat menjauhinya. Namun seperti apa yang sudah menjadi tujuan, dia akan memanfaatkan semua peluang termasuk hadir di acara ulang tahun membosankan itu.

Calysta menanggapi basa-basi orang yang menanyakan kabarnya. Dia coba menarik bibir agar senyumnya mengembang. Dan tertawa bodoh saat mendengar cerita konyol tentang mereka yang menjalani operasi pembesaran payudara. Calysta tidak perlu yang seperti itu. Dia selalu percaya diri dengan apa yang tubuhnya miliki. Berusaha menjaga apa yang sudah ada contohnya dengan olahraga. Lagipula, di era sekarang banyak pilihan olahraga yang dapat membuat payudaramu semakin mengencang alih-alih suntik dan operasi.

"Hai ladies.."

Seseorang berdiri di belakang Calysta dengan menyapa wanita-wanita yang baru saja bergosip. Pria itu berdiri sejajar dan melempar senyum menjijikan di depannya.

"Hai Callie, bagaimana kabarmu?"

Calysta tentu tidak ada masalah pribadi dengan pria itu. Pria bernama Matthew merupakan aktor terkenal yang dulu sempat Angeline jodohkan dengannya. Tapi ketidaksopanan Matthew hadir dengan tangan yang berada di balik punggung Calysta. Mengelus bagian kulit telanjangnya dari atas hingga mencapai bagian bawah tali simpul yang tangan pria itu mainkan. Sungguh sangat kurang ajar.

Calysta memberikan isyarat dengan telunjuk tangannya agar Matthew mendekat. Pria itu sedikit menunduk dan Calysta berbisik, "lebih baik kau singkirkan tanganmu itu sebelum kupotong!" Setelah memberikan peringatan tersebut, dia tersenyum. Mengganti ekspresinya dengan ramah.

Matthew membalas dengan senyuman yang sama dan berbisik, "relax baby," katanya sedikit mengejek. "Kudengar kau sekarang semakin nakal setelah putus dari Edward. Apa kau tidak ingin mencobanya denganku daripada pria-pria yang kau temui di bar? Aku masih tergila-gila padamu."

Calysta tahu dia seperti jalang yang haus akan belaian seorang pria. Beberapa kali potretnya tengah mabuk dan berciuman dengan pria tertangkap kamera paparazi. Pria-pria random yang dia temui di bar. Sekarang dia tidak peduli lagi dengan semua komentar buruk. Hal yang menjadi alasannya selama ini bersikap baik adalah Cars. Meski sempat sakit hati dengan pria itu dulu, Calysta ingin selalu menjadi gadis baik di matanya. Kira-kira begitulah moto hidup Calysta sampai terakhir kali dia bertemu Cars. Di tempa kekecewaan kembali atas ekpektasinya sendiri, Calysta membuang semua hal yang dia lakukan atas dasar pria itu.

Jadi jika ada orang yang bilang sikap Calysta berubah karena Cars tidak peduli padanya, dia tidak menyangkal. Lebih tepatnya dia tidak berubah. Hanya saja kembali kepada jati dirinya sendiri.

"Aku mencarimu kemana-mana ternyata kau ada di sini, Callie." Angeline datang dengan look makeup bold. Bibir bervolume serta lipstik merahnya menjadi bagian yang paling menarik untuk di lihat. Harus di akui dia sangat menawan karena polesan penata rias. "Ada seseorang yang ingin aku kenalkan denganmu. Ayo..!"

Angelin menarik tangan Calysta dengan paksa. Memecah ketegangan di antara dia dan Matthew. Untung saja Calysta cepat pergi dari saja. Jika tidak, mungkin sekarang dia sedang memelintir tangan Matthew yang masih bertahan di balik punggungnya.

"Ini sangat penting untuk karir kita berdua. Aku mempunyai kepentingan pribadi dengannya dan dia ternyata sangat mengidolakanmu," kata Angeline di tengah langkahnya yang tergesa menarik Calysta di tengah kerumunan orang-orang menikmati pesta.

"Hola Senora. Sanchez. Disfrutaste la fiesta..?"

"Ya. Tentu saja ini sangat menyenangkan," ucap Mrs. Sanchez."

"Lihatlah siapa yang kubawa, kudengar kau sangat mengidolakannya."

"Hola Senora Sanchez," sapa Calysta menyunggingkan senyum hangat. "Bagaimana kabarmu?"

"My Godness, Calysta Finn aku sangat mengidolakan gadis muda sepertimu."

"Terimakasih Senora. Kau sangat baik. Bagaimana jika kita bicara sambil minum. Mari, aku antar kau mendapatkan segelas air."

Calysta membimbing tubuh Mrs. Sanchez. Senyum puas dari bibir Angeline menyertai keduanya yang menjauh ke arah stand makanan dan minuman.

Buena Sanchez merupakan istri dari Augusto Sanchez perdana mentri Spanyol. Sengaja Angeline undang ke acara ulang tahunnya karena dia mempunyai kepentingan pribadi untuk memuluskan sekolah acting yang akan dia bangun di negara beribukota Madrid tersebut.  Kebetulan dia kenal dengan Buena sendiri di acara privat kenegaraan yang mengundang pesohor-pesohor terkenal. Mendengar istri perdana mentri tersebut mengidolakan Calysta semakin memuluskan rencananya.

"Cheers..." Calysta bersulang dengan Buena.

"Apa aku terlalu kuno karena memilih jus?"

Calysta terkekeh, "tidak Senora. Jus sangat baik untuk kesehatan kita."

Buena tersenyum, "kau harus maklum karena aku ini wanita tua."

"Kau tidak setua itu Senora. Lihatlah kulitmu masih mulus dan kencang. Bisakah kau rekomendasikan klinik kecantikan di Madrid? Aku akan menyempatkan mengunjunginya jika kesana."

"Oh, tentu saja. Jangankan klinik kecantikan. Aku akan menjamumu jika kau datang ke Madrid. Aku terkejut saat mengetahui kau putri dari keluarga Arcene. Tapi sekarang jika di lihat dari jarak sedekat ini, kau memang mirip dengan ibumu. Sangat cantik."

"Tentu saja. Aku bahkan lebih cantik darinya, Senora." Keduanya terbahak bersama oleh lelucon tersebut.

"Itulah yang kusuka darimu Callie. Kepercayaan dirimu itu membuat orang-orang tertarik. Aku bahkan membeli semua produk yang kau bintangi. Busana-busana yang kau pamerkan selalu pas denganmu. Membuat penikmat sepertiku ini ingin memakainya juga."

"Terimakasih atas pujianmu yang berlebihan, Senora."

"Kau sungguh rendah hati. Bagaimana dengan kabar ibumu? Dia sangat sulit untuk kuhubungi. Untuk memintanya membuatkan gaunku saja membutuhkan waktu yang lama untuk bertemu dengannya."

"Dia memang super sibuk mengingat siapa suaminya."

"Benar, ayahmu sungguh pekerja keras. Aku sangat senang bisa bicara denganmu sesantai ini. Tapi sayang sekali Callie, waktuku tidak banyak. Augusto memberikanku waktu satu jam saja untuk menikmati pesta sebelum mendampinginya ke acara makan malam kenegaraan. Bagaimana jika akhir pekan ini kau kuundang ke rumah peristirahatan kita di Washington? Aku mempunyai banyak koleksi perhiasan. Kudengar kau sangat menyukai benda berkilau itu?"

"Benarkah? Dengan senang hati aku akan datang menerima undanganmu, Senora." Calysta mengajak Buena untuk bersulang kembali sebagai salam perpisahan mereka karena pengawalnya sudah datang menjemput. Dari ekor mata Calysta sedari tadi dia tahu sedang di awasi oleh Marie. Wanita jalang itu tengah menatapnya dengan ekspresi kesal juga iri.

Setelah Buena pergi, Calysta melarikan kakiknya ke toilet. Dia ingin buang air kecil dan berencana pulang setelahnya. Tepat saat dia selesai dan hendak keluar dari bilik, suara-suara wanita terdengar jelas di antara gemericik air kran yang keluar.

"Kau lihat dia bahkan tidak tahu malu datang kesini, Marie."

"Tentu saja dia mempunyai muka yang tebal. Kudengar keluarga Arcene mempunyai bisnis kotor. Tidak heran orang-orang sepertinya menjadi kaya raya dengan menghalalkan segala cara."

"Lalu apa yang akan kau lakukan terhadapnya, Marie?"

"Entahlah saat ini aku sedang tidak mood melakukan sesuatu yang berhubungan dengannya. Aku hanya sedang berpikir untuk mendapatkan koleksi perhiasan terbaru dari Laurie."

***

"Jadi namamu Jake? Dari mana asal usulmu?" Sekarang Calysta sedang berendam di atas bathub dengan tubuh telanjang yang tertutupi beberapa bunga wewangian. Satu kakinya tertekuk ke atas sehingga bagian paha tubuhnya terekspose. Sementara matanya sibuk meneliti koleksi perhiasan terbaru dari layar iPad di tangannya yang akan launching beberapa saat lagi.

Jake adalah pengawal yang sengaja Taylor tempatkan di sisinya. Semenjak mengumumkan bahwa dia putri dari Karl Vrishin Arcene, pemilik Arc Company Building, seorang pengusaha terkenal yang mempunyai banyak koneksi di segala bidang. Yang di gosipkan mempunyai andil sebagai salah satu elite global, penguasa yang ikut mengatur pergerakan sistem-sistem dunia, membuat Calysta sedikit banyak berubah. Keluarganya memang tidak pernah keberatan jika dia mengungkapkan identitas aslinya. Tapi semua berarti jika dia harus siap menerima segala konsekuensi termasuk keamanannya yang mungkin saja dapat terancam. Bagaimanapun orang seperti ayahnya mempunyai banyak musuh dalam hal pekerjaan bahkan yang lain.

Taylor sendiri di minta Asher untuk mencari pengawal sementara agar mendamping Calysta sebelum orang kepercayaannya mengambil alih. Dan Jake di sinilah berada, berdiri tepat di samping pintu kamar mandi yang terbuka dengan wajah menunduk dan kedua tangan lurus di samping tubuh tengah berdiri canggung.

"Aku besar di Boston, Ms. Arcene."

"Kudengar Boston adalah kota yang menyenangkan. Tapi sayang sekali aku belum pernah kesana."

"Iya. Kau harus mencobanya kesana."

"Tentu. Aku sedang membuat list kota-kota mana yang harus kudatangi. Apa pemuda Boston juga menyenangkan? Atau mereka sekaku kau?"

Jake tidak menjawab. Dia hanya diam saja sampai ada pergerakan dari Calysta yang memberinya isyarat untuk mendekat. Gadis itu mengacungkan gelas kosong di tangan ke atas, meminta Jake untuk mengisinya lagi. Jake paham, dia mundur satu langkah untuk mengambil botol wine lalu menuangkannya.

Calysta meneguk wine kemudian menaruh gelas kembali. Sementara matanya fokus menatap layar iPad dan tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia mengangkat panggilan yang masuk, "bagaimana?" tanya Calysta begitu sambungan terhubung lalu senyumnya terbit. "Bagus. Lanjutkan semuanya," dia mematikan telepon.

Menaruh iPad dan ponselnya, Calysta mulai menggosok lengannya. Mencipratkan air dengan pelan untuk membasuh. "Kau tahu Jake, aku baru saja memborong semua perhiasan koleksi terbaru dari Laurie. Aku tidak akan menyisakan satu pun untuk orang lain miliki."

Iya, Calysta baru saja mendapat kabar dari seseorang yang dia suruh untuk ikut war dalam pembelian koleksi perhiasan Laurie terbaru. Salah satu brand luxury yang sedang digemari para wanita khususnya di Amerika. Dan dia rela merogoh kantung membeli semua jenis perhiasan hanya karena mendengar jika Marie Scott tengah mengincar salah satu dari perhiasan tersebut.

Sebenarnya tidak ada rencana Calysta untuk membalas wanita sialan itu. Namun karena tidak sengaja dia mendengar obrolan Marie di ruang ganti saat syuting kemarin, Calysta merasa ingin memberikan sedikit hiburan untuk dirinya.

Suara seseorang yang tengah menekan kombinasi angka kamarnya terdengar dari luar. Itu pasti Taylor batin Calysta karena tidak ada orang lain lagi yang tahu kode kamarnya selain mamager itu. Dan mungkin kedepannya juga dengan Jake. Tidak berniat keluar dari bathub, Calysta malah semakin menenggelamkan tubuhnya. Lalu suara pintu terbuka di susul langkah tergesa mendekat dan yang Calysta sadari bahwa itu bukan suara ketukan heels milik Taylor.

"Jake, keluarlah!"

Calysta mengangkat kepalanya yang hampir saja terendam air bathub, menemukan Asher tengah berdiri dengan kedua tangan berkacak pinggang. "Darimana kau tahu kode pintu kamarku?"

Asher tidak menjawab. Dia hanya menatap datar Calysta dengan mulut terkunci rapat.

"Ada apa?" tanya Calysta kembali.

Asher masih belum mau bersuara, dia bergerak mengambil handuk lalu menyodorkannya kepada Calysta. "Keluar! Ganti pakaianmu!" perintahnya tegas. Setelah memastikan Calysta menerima handuk pemberiannya, Asher membalikan tubuh. Memunggungi Calysta. "Tadi hanya ada Jake, dan kau menyuruh pengawalmu untuk ke sini? Apa kau sudah gila, Callie?! Bagaimanapun dia seorang pria."

Calysta sudah keluar dari bathub dan mengganti handuk dengan kimono mandinya. "Dia pengawalku. Dia tidak akan berani macam-macam."

"Kau tidak akan pernah tahu apa yang dipikirkan para pria, Callie."

"Berisik sekali. Bukankah kau menyewanya untuk menjagaku dari para penjahat. Aku membawanya kemari barang kali ada penjahat yang menculikku saat aku mandi." Calysta melenggang keluar dari kamar mandi di ikuti oleh Asher. Dia berjalan ke arah walkin closet sementara Asher memilih duduk di tepi ranjang.

"Kau belum bilang kenapa kau kemari?" tanya Calysta setelah beberapa saat dia mengganti baju dan keluar dari walk in closet. Mengabaikan tatapan Asher yang mengikutinya mondar-mandir, Calysta mengambil tempat duduk di depan cermin rias.

Calysta mengambil hair dryer lalu menoleh ke arah Asher dengan mengacungkan barang tersebut untuk meminta mengeringkan rambutnya. Asher bangkit, menggulung kedua lengan kemejanya ke atas lantas mulai mengeringkan rambut Calysta.

"Aku dengar sejak identitasmu diketahui oleh publik, kau semakin membuat banyak skandal." Kata Asher di tengah tangannya yang sedang menyisir rambut Calysta.

"Itu hanya foto ciumanku jangan berlebihan."

"Dan itu dengan dua pria berbeda dalam rentang waktu satu minggu. Kau tidak sedang terlibat dalam suatu hubungan, Callie. Pria-pria itu adalah pria random yang kau temui di bar. Bagaimana bisa kau seceroboh itu!"

"Sejak kapan kau tertarik dengan hubungan asmaraku. Berhenti mengomentarinya!" Calysta menatap tajam wajah Asher dalam pantulan cermin di depannya.

"Aku tidak masalah kau berkencan dengan siapapun tapi bisakah kau memilih pria yang benar. Bagaimana jika mereka berniat macam-macam denganmu."

"Dengar Ash, aku hanya butuh hiburan dengan mereka. Jadi hentikan omelanmu itu. Kau lebih cerewet daripada daddy. Menyebalkan. Hubungan asmara atau kehidupan seksualku dengan pria manapun bukan urusanmu! Pergi. Aku sudah mulai kesal denganmi!"

"Demi Tuhan Callie, aku tidak kesini untuk mengomentari hubungan asmara apalagi kehidupan seksualmu. Fuck off! Aku hanya akan memperingatkanmu lagi kali ini untuk bertindak hati-hati karena sekarang kau menjadi sorotan kembali. Bukan hanya sebagai Calysta Finn seorang model ternama melainkan juga sebagai putri bungsu keluarga Arcene. Aku tidak ingin hal buruk dulu terulang lagi, kau mengerti?!"

Calysta mendengus, "aku mengerti. Kau juga sudah menempatkan pengawal di sisiku jadi bisakah kau tidak berisik lagi?"

"Jake hanya sementara. Aku akan mencari seseorang yang lebih baik?"

"Apa kau bilang?"

Calysta mendongak ke atas namun tangan Asher sudah memaksa kepalanya untuk kembali tegak menghadap ke depan, "kemampuannya masih terbilang kurang memuaskanku." Selesai mengeringkan rambut Calysta, Asher menyisirnya dengan pelan-pelan. Hal yang selalu dia lakukan dulu saat adiknya kecil.

"Apa kau begitu mempunyai banyak waktu untuk mengurusi kehidupanku di saat sudah mempunyai kekasih?"

"Tentu saja kau masih menjadi perioritas utamaku. Jadi, tolong kurangi skandalmu itu." Asher mengetuk-ketukan telunjuknya di pelipis Calysta, "berpikirlah yang jernih. Aku tunggu kau di bawah. Aku ingin sarapan denganmu." Pun Asher keluar dari kamar.

***

"Callie... Callie kau harus bangun! Kau punya janji untuk mencoba busana pengantin untuk iklan terbaru."

Calysta menggeliat. Dia semakin menenggelamkan tubuh dalam selimut ketika Taylor berusaha mengguncang-guncang tubuhnya.

"Callie bangun atau aku akan menyuruh Jake menyeret tubuhmu ke kamar mandi!"

Calysta tentu tidak gentar dengan ancaman Taylor. Kelopak matanya bahkan tidak bergerak sedikitpun untuk berusaha bangun. Hingga tubuhnya tiba-tiba terasa melayang. Perlahan selimut yang menutupi tubuhnya turun, luruh hingga lantai. Dia membelalak ketika tubuhnya di gendong oleh Jake.

"Jake! Apa yang kau lakukan, turunkan aku! Turunkan aku bodoh." Calysta meronta sementara Jake berhenti, siap mendengar perintah selanjutnya dari Taylor.

"Bawa dia ke kamar mandi Jake!"

"Taylor apa yang kau lakukan? Aku bisa memecatmu sekarang juga. Jangan main-main denganku!"

Taylor bersikap acuh. Dia membukakan pintu kamar mandi lalu mempersilahkan Jake untuk lewat dan mendaratkan tubuh Calysta tepat di dalam bathub yang sudah berisi air dengan wewangian sabun yang semerbak. Sementara Calysta membombardir umpatan, Jake langsung keluar dari kamar mandi.

"Aku akan memberikan kau waktu setengah jam untuk bersiap. Tamu kita sudah menunggu hampir satu jam, Callie."

"Persetan kau, Taylor!" maki Calysta dari dalam.

Meski dengan perasaan kesal, Calysta tetap menjalankan perintah Taylor untuk selesai bersiap dalam setengah jam. Walau terpangkas beberapa waktu dari biasanya dia berias, Calysta tetap tampil menawan. Ketukan heelsnya saat menuruni tangga membuat ketiga tamu yang hadir berdiri segan. Di bawah sana Taylor sudah bergabung duduk di sofa memegang iPad, satu-satunya orang yang duduk santai dengan kedatangan Calysta.

"Selamat pagi, Nona Calysta." Sapa seorang perempuan yang berumur kira-kira empat puluh tahun. Penampilannya terlihat modis dari apa yang dia kenakan. "Astaga, kulitmu benar-benar sangat bersinar di pagi hari seperti ini."

"Terimakasih. Maaf telah membuatmu menunggu." Calysta mengambil tempat duduknya di single sofa berseberangan dengan Taylor. Sementara Jake sigap berdiri di sampingnya.

"Ah, itu tidak masalah, Nona. Kami di temani hidangan-hidangan yang sangat enak. Terimakasih untuk jamuannya."

"Itu sudah seharusnya aku lakukan. Menjamu tamu dengan baik."

"Saya jadi sangat terharu, Nona. Terimakasih sekali lagi karena telah memilih butik kami untuk gaun pengantin yang akan kau gunakan di sebuah iklan. Karena Nona menolak untuk datang ke butik, kami membawakan beberapa contoh gaun pengantin sesuai dengan apa yang menjadi permintaan Nona. Manager Taylor sudah memberi tahu kami tentang semuanya dan Saya harap tidak mengecewakan Nona." Wanita itu memberi isyarat pada seorang pelayan laki-laki yang datang bersamanya untuk membuka koper mereka."

Calysta tidak menyimak kata-kata wanita itu karena dia sibuk memperhatikan perempuan muda yang duduk di sebelah si wanita. Perempuan yang beberapa kali terlibat kontak mata secara tidak sengaja dengannya karena tertangkap mencuri pandang kepada Jake.

Benar-benar tidak sopan!

"Siapa perempuan muda yang kau bawa itu Mrs. Jones?"

Perempuan muda itu tersentak. Tidak seperti tadi, dia langsung menunduk begitu matanya berserobok dengan Calysta.

"Ah, dia kebetulan anak dari kakak kandungku. Dia di sini untuk belajar."

"Oh. Begitu ya..?" Bibir Calysta terangkat mengejek. "Apa dia sangat tampan?"

"A-apa?" perempuan muda itu terkejut. Pengawalku. Dari tadi kau menatapnya terus menerus. Aku tidak pernah sekaku ini dengan orang. Tapi kau? Di mana sopan santunmu itu ketika tidak sengaja bertatapan denganku saat kau memandangnya. Apa kau tidak berniat menjalin kerjasama? Kau bahkan tidak menyimak ucapan dari rekan kerjamu.

"M-aafkan Saya, Nona. Maafkan Saya karena sudah lancang."

"Tolong maafkan dia, Nona Calysta." Mrs. Jones ikut meminta pengampunan.

"Aku tahu orang sepertimu akan selalu tergiur dengan sesuatu yang indah. Sesuatu yang bukan milikmu. Itu berarti kau tidak boleh melihatnya. Tapi matamu itu sangat kurang ajar kepadaku! Kau bahkan tidak sengan saat aku memperhatikan tingkahmu dalam diam."

"N-nona Calysta..."

Calysta berdiri. Menarik tangan Jake yang kebingungan. Sementara Taylor sendiri sudah mengehela nafas sedari tadi dan menggelengkan kepala. Taylor bahkan sudah lebih dulu memberikan perintah di obrolan group untuk mencari butik terbaru karena dia yakin yang ini akan gagal.

"Lihatlah!" Calysta mendorong tubuh Jake hingga pengawal itu berlutut. "Apa kau menyukainya? Bagian wajah mana yang kau suka?" Mungkin ini sangat berlebihan tapi Calysta ingin memberi pelajaran untuk perempuan muda itu dan Jake yang sudah kurang ajar menggendongnya ke kamar mandi. Jake pikir siapa yang menjadi bos di sini? Meski Taylor yang memperkerjakannya atas permintaan Asher tetapi Calystalah yang memberi gaji.

"M-maafkan aku. Maafkan aku Nonan Calysta." Dia gemetar ketakutan hanya karena sorot mata Calysta yang bola matanya hampir saja akan keluar. Sangat berbeda dengan Calysta yang beberapa saat lalu menyapa kehadiran mereka.

"Aku hafal sorot mata yang sepertimu itu. Perempuan yang mengharapkan milik orang lain. Dia pengawalku. Apa kau menginginkan yang sepertinya?"

"M-mana mungkin Saya berani. Maafkan Saya, Nona."

"Maafkan dia Nona Calysta, dia masih muda dan Saya pasti akan mengajarkannya sopan santun dengan lebih baik lagi."

"Maafkan aku Mrs. Jones. Aku tidak bisa bekerjasama denganmu. Taylor yang akan membayar ongkos perjalanan kalian kesini."

Calysta berbalik menaiki tangga dan kembali ke kamar. Tidak biasanya dia begitu. Dia hanya merasa kesal kepada perempuan muda tadi. Tatapannya mengingatkan pada beberapa orang yang dia kenal. Mereka yang menginginkan sesuatu miliknya. Dulu Mia teman asramanya juga begitu, dia bilang menyukai Asher tapi pada saat bertemu Cars, Mia malah mengkhianatinya. Dan yang paling terbaru adalah Edward. Calysta tidak menyangka Edward berselingkuh dengan Marie, musuhnya yang pernah bilang bahwa Edward merupakan sutradara amatir. Namun lihat, wanita sinting itu mau menjadi selingkuhannya.

Taylor membuka pintu kamarnya. Berjalan mendekat di ikuti oleh Jake di belakang. "Apa kau tidak bisa berhenti membuat kepalaku hampir meledak?"

Calysta hanya menoleh, lalu mengembalikan fokusnya pada layar ponsel kembali. Kakinya sengaja dia silangkan begitu Taylor mengambil tempat di ujung ranjang.

"Ini bukan seperti dirimu. Setelah putus dari Edward. Skandal besar dengan Marie dan terakhir kau menggagalkan program varity show yang kuusahakan untuk membangun imagemu kembali. Lalu sekarang...? Kau bahkan mengusir orang dan menghentikan kerjasama hanya karena tidak suka."

"Kau juga lihat dia begitu kurang ajar. Saat menatap Jake dan menemukan mataku secara tidak sengaja dia bahkan tidak gentar untuk menunduk. Aku tahu dia orang macam apa. Dan ingat Taylor, Calysta Finn yang kau kenal adalah aku yang sekarang."

"Aku tahu Callie tapi itu bukan imagemu sebenarnya."

"Persetan dengan imageku. Aku hanya ingin menjadi diri sendiri. Kau tahu aku sebenarnya adalah aku yang sekarang. Apa kau tidak lihat bagaimana mereka menjegal semua langkahku hanya karena skandal dan lebih percaya mulut manis Marie? Sekarang biarkan aku bertindak sesuka hati untuk membungkam mulut-mulut mereka!"

***

Guys aku lagi mudik dan kemungkinan bakalan update cerita ini lagi nanti habis lebaran. Maaf lahir batin buat semuanya :)

(Calysta Finn Arcene)

(Carston Green Walton)

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

1.5M 135K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1M 106K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
1M 42.8K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
338K 26.3K 57
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...