My Little Baby (END) βœ“

By AyyaKanawut

55.2K 7.9K 2.4K

Di usia nya yang baru menginjak 27 tahun Mew Manuel Damarion Harus siap di jodohkan oleh orang tua nya, alasa... More

Perkenalan Tokoh
01 || Di Kejar Nikah πŸ“
02 || Gara-gara Mochi πŸ“
03 || Calon menantu πŸ“
04|| ingin mengikat πŸ“
05 || resmi mengikat πŸ“
06 || Kantor Manuel πŸ“
07 || Bayi sakit πŸ“
08 || Kembali πŸ“
09 || Rencana πŸ“
10 || Kelulusan πŸ“
11 || Pernikahan πŸ“
12 || first time πŸ“
14 || tingkah Gasena πŸ“
15 || Ikan putih-putih πŸ“
16 || Gasena anak baik πŸ“
17 || Ice cream πŸ“
18 || Manuel & Gasena
19 || Gasena Agresif πŸ“
20 || sakit lagi? πŸ“
21 || Mulai nakal πŸ“
22 | Gasena rewel πŸ“
23 || Keseharian πŸ“
24 || Gasena & Adek bayi πŸ“
25 || Keluarga kecil (END) πŸ“

13 || Istri Kecil πŸ“

2.1K 296 86
By AyyaKanawut


Manuel menutup pintu kamar dengan pelan, matanya menelisik sekitar tapi tidak menemukan istri kecilnya itu. Manuel berjalan ke arah tangga, ia akan mencari ke lantai bawah siapa tau Gasena ada disana.

Manuel terbangun tapi sudah tidak ada Gasena di sampingnya, Manuel pun terbangun karena telepon dari ponsel Gasena. Bundanya yang menelpon dan meminta Manuel juga Gasena datang ke rumah, ada acara yang harus mereka ikuti.

Manuel melihat jam di dinding dan waktu menunjukan pukul 8 pagi masih cukup pagi untuk istrinya itu bangun, karena hari libur biasanya Gasena bangun lebih siang.

Mereka di rumah baru, dua Minggu usia pernikahan mereka dan setelah menikah Manuel langsung menculik Gasena. Membawa Gasena ke rumah barunya, hari-hari awal Manuel mendapatkan protes dari mamanya dan bunda Gasena.

Tapi tetap Manuel yang menang karena sudah menjadi suami Gasena, bahkan Gasena sendiri ketika di tanya ingin ikut dengan Manuel jadi para orang tua mengalah demi Gasena.

Mamanya masih sering meminta alamat rumah Manuel tapi belum Manuel berikan, Manuel ingin menghabiskan waktu berdua lebih dulu dengan Gasena jika ada sang mama yang ada waktu Manuel tersita banyak.

Gasena keluar saat Manuel belum bangun padahal semalam mereka melakukan hal itu lagi, selama dua minggu ada beberapa kali mereka melakukan hubungan intim.

Manuel tidak memaksa tapi memang keduanya di dasari sama-sama mau, Gasena tidak menolak ketika Manuel sentuh jadi lampu hijau untuk Manuel.

Sepertinya tidak ada rasa lelah untuk Gasena, bukannya Istirahat istri kecil Manuel itu malah kabur dari kamar. Manuel melirik sekitar, televisi menyala dan Gasena sepertinya baru selesai menonton.

"Dimana istri saya?" tanya manuel pada maid yang melintas dan melewati dengan menunduk hormat. "Tuan muda di halaman tuan," jawabnya dan Manuel mengangguk kecil, Manuel berjalan meninggalkan ruang televisi untuk ke pintu utama.

Manuel mengerutkan keningnya bingung melihat Gasena yang berjongkok dengan tangan mengusap pipi, Manuel berjalan menghampiri istri kecilnya itu.

Satu bodyguard yang Manuel minta menjaga Gasena pun ia perintah untuk pergi, Manuel mendengar isakan kecil dari Gasena. "Sayang," panggilan itu membuat Gasena menoleh. "Om!" Manuel terkejut saat Gasena memeluk tubuhnya.

"Hey, kenapa sayang coba sini Lihat." Manuel melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Gasena, mata bulat itu penuh air mata. Manuel mengusap air mata itu lembut, tatapan teduh Manuel berikan. "Coba, kesayangan Om ini kenapa Hm?" tanya Manuel lembut.

"Itu hiks... Butterfly nya, Asen huahhh!!" tangisan Gasena semakin kencang, Manuel menarik tubuh Gasena dan memeluknya lagi. "stt... Jangan nangis nanti tenggorokannya sakit," gumam Manuel menenangkan Gasena.

Manuel mengumpat kecil, Gasena keluar hanya menggunakan kemeja dan celana pendek. Pahanya terekspos sempurna, Manuel meradang melihat pemandangan ini. "Astaga tuhan," ujar Manuel menghela napasnya pelan.

"Coba jelaskan pelan-pelan sayang," pinta Manuel menatap Gasena dengan sedikit menunduk. "Butterfly hiks... Mati, Asen kuburkan Om. Tadi saat Asen menonton ada butterfly masuk ke dalam, terus Asen tangkap karena butterfly nakal asen hukum dengan patahkan sayapnya tapi butterfly mati Huahhh!!"

Manuel terkekeh kecil, sangat menggemaskan istrinya ini. Manuel mengusap pipi Gasena, Gasena masih terlihat segukan. "Sudah tidak apa-apa butterfly tidak akan marah, sayang kan tidak sengaja." Gasena mendongak pelan.

"Benar Om? Tidak marah dengan asen? Asen tidak sengaja," ujar Gasena dan Manuel mengangguk kecil. "Bener sayang, tidak akan marah butterfly pada anak baik ini." Gasena kembali memeluk Manuel.

"Sayang belum mandi ya?" tanya Manuel dan Gasena tersenyum bayi. "Hihi... Om bobo tadi jadi asen menonton," jawab Gasena semangat, Manuel menjawil hidung Gasena Gemas. 

🍓🍓🍓

Manuel menghela napasnya pelan, Gasena tidak mau pergi dan malah merajuk. Manuel berdiri di samping tempat tidur, Gasena menyembunyikan dirinya di balik selimut.

"Sayang,"

"Tidak, Om jangan nakal dengan asen! asen marah dengan om pokoknya tidak mau berbicara panjang sedikit saja!" Manuel tersenyum tipis tidak mau berbicara panjang tapi Gasena daritadi terus mengomel.

"Om tidak akan berikan Kiss jika sayang Nak—"

"Ish!! Om seperti itu dengan asen, om tidak sayang Asen lagi kan? Om ancam Asen tidak berikan Kiss lagi, om nakal." Gasena duduk dengan menatap Manuel, bibirnya melengkung ke bawah karena sedih mendengar ancaman Manuel.

"Ganti Cake saja bagaimana? Jangan mochi." Manuel menawarkan makanan lain tapi Gasena menggelengkan kepalanya ribut. "Om tidak paham terus! Asen mau mochi tidak mau cake, Asen mau mochi Om."

"Jika sakit gigi tidak om berikan peluk okey? Om belikan Mochi sekarang tap—"

"Om, nakal dengan asen." Gasena kembali memotong ucapan Manuel, Manuel tidak boleh luluh dengan tatapan polos itu. Manuel harus sedikit tegas dengan Gasena agar kesehatan Gasena terjaga, Manuel mengusap rambut Gasena pelan.

"Ayo berangkat, om gendong ya?" tawar Manuel dan Gasena mengangguk kecil, Manuel mendekati Gasena kemudian menggendong istri kecilnya itu. Gasena memeluk leher Manuel, kakinya mengayun pelan.

"Mochi Om, yang strawberry dan cokelat." Gasena kembali meminta makanan favoritnya dan Manuel menghela napas lagi, Gasena melonggarkan pelukannya. "Om mau pukul-pukul pantat asen lagi tidak? Nanti mochi ganti dengan pukul-pukul." Manuel berhenti berjalan ketika Gasena mengatakan itu.

"Nanti jika merah lagi asen menangis minta berhenti," ujar Manuel memancing. "tidak-tidak, om berikan mochi Asen tidak akan menangis, janji." Manuel terkekeh kecil, Gasena memiliki umpan agar dirinya bisa mengizinkan dan membelikan mochi.

"Gak sayang, lelah jangan setiap hari Asen butuh istirahat. Om belikan Mochi untuk hari ini besok jangan okey?" Gasena berbinar dan mengangguk senang. "Asen kiss-kiss Om!"

Cup!!

Cup!!

Gasena mengecup pipi dan Bibir Manuel, Manuel tersenyum dan kembali menuruni tangga untuk ke lantai bawah. Mereka harus segera pergi, tidak enak dengan orang tua Gasena jika terlambat.

"Mochi, mochi Asen jajan mochi." Gasena bersenandung ria dalam pelukan Manuel, kakinya mengayun kedepan dan belakang. "Mochinya di tempat biasa ya Om, Asen ingin disana." Manuel mengangguk kecil, Manuel mengetahui tempat Favorit Gasena ketika membeli Mochi.

Manuel berjalan keluar di sana sudah ada supir yang baru selesai memanaskan mobil, Manuel mengangguk ramah. "Pak di rumah aja, saya aja yang nyetir." Manuel meminta supir untuk tinggal tidak perlu mengantar.

Manuel memang tidak terbiasa menggunakan supir, supir itu khusus Gasena jika tidak bersama Manuel. Manuel membuka pintu penumpang dan Gasena duduk disana, Seatbelt tidak lupa di pasangkan pada tubuh Gasena.

Cup!!

Manuel mengecup bibir Gasena sebelum menjauh, Manuel menutup pintu mobil dan berjalan ke kursi kemudinya.

"Om, mama chat Asen minta lokasi rumah ini. Mana om bagikan lokasinya pada mama," ujar Gasena ketika Manuel masuk ke dalam Mobil. "Nanti aja, sayang." Manuel tidak akan memberikannya sekarang.

Papanya juga menelpon tadi karena Manuel dan Gasena tidak bisa di lacak lokasinya padahal mereka bisa menelpon dan berkabar dengan Gasena juga Manuel, entah apa yang Manuel lakukan hingga bisa seperti itu.

🍓🍓🍓

"Lo bisa main Ps kak?" Pertanyaan itu membuat Manuel menoleh, Manuel tidak mengerti mengapa ada pertanyaan seperti itu. "kenapa Emang? Bukannya biasa cowok bisa main Ps?" tanya balik Manuel dan orang yang bertanya menggaruk kepalanya tidak gatal.

"Bukan gitu maksud gue, Lo kan udah jadi CEO gue kira gak bisa main Ps." Manuel menghela napasnya pelan. "Umur gue mau 28 bukan 50 tahun, gue bisa kalau perlu Lo mau bukti lain? Ayo balapan motor atau mobil sama gue?" tantang Manuel pada sepupu Gasena itu.

Dirinya di panggil Om oleh Gasena karena menurut Manuel itu Gasena menggemaskan ketika memanggilnya Om, bukan berarti usia Manuel sudah benar-benar tua.

"Gue cuma suka aja di panggil Om sama Gasena, bukan berarti gue beneran Om-om kurang pergaulan." Manuel menambahkan. "Tapi muka Lo mendukung Kak buat jadi sugar daddynya Gasena."

"Bukan sugar Daddy, Daddy doang Gapapa gue." Manuel menggelengkan kepala saat kedua sepupu Gasena tertawa pelan. "Emang sih kalau di banding sama kita Lo gak jauh beda umurnya, tapi gak tau kenapa pas sama Gasena keliatan banget Lo berumurnya Kak."

Manuel terkekeh bukannya tersinggung. "Gapapa, gue suka kok." Manuel menjawab dengan kembali Fokus bermain Game, memang tidak masalah jika itu tentang Gasena.

"Hahaha!! Lo Buc—"

"ASTAGA ANAK NAKAL INI!!" teriakan itu membuat semuanya menoleh, Manuel terkejut dan mematikan sejenak Gamenya.

Manuel beranjak dari sana untuk menghampiri sumber suara, sepertinya di taman terdengar dari teriakan bunda Gasena pasti Gasena sedang melakukan sesuatu.

Manuel melihat sekitar, bunda Gasena berkacak pinggang dengan Gasena yang berjongkok disana. "Kenapa Bun?" Suara Manuel mengalihkan sang bunda dan Gasena yang juga menatapnya.

"Om!" Gasena beranjak dan memeluk Manuel, Manuel melihat Gasena yang sepertinya terluka. "Astaga, ini kenapa?" tanya Manuel melihat tangan Gasena, Gasena menunjuk ke bawah. 

"Meow nakal Om, cakar tangan Asen jadi asen mandikan kucingnya biar tidak nakal lagi." Manuel mengambil tangan Gasena, sangat jelas goresannya itu.

"Nakal banget sih Kamu, itu kucing tetangga anak bunda. Astaga, bunda pengen karungin Asen jika seperti ini!" Sang bunda berkacak pinggang, Gasena menyembunyikan wajahnya di dada bidang Manuel.

"Bunda, marah-marah kan Asen om." Gasena mengadu pada suaminya, Manuel melihat kucing yang basah kuyup bahkan mengigil kedinginan itu. "bunda, sampaikan permintaan maaf Gasena buat pemilik Kucingnya. Manuel bakal Ganti rugi kalau orangnya marah," ujar Manuel pada bunda Gasena.

"Hadeh, yasudah bunda bawa dulu ini kucingnya." Sang bunda membawa kucing itu menggunakan handuk, Manuel menundukan kepalanya. Tangan Manuel langsung menangkup wajah Gasena, pipi Gasena Manuel usap juga.

"Om obati, ayo sayang." Manuel mengangkat Gasena dan menggendong Gasena untuk kembali ke dalam, melihat luka di lengan Gasena Manuel paham jika kucing itu yang mencakar Gasena duluan.

Dengan anjing peliharaannya saja jika anjingnya itu tidak menggonggong Gasena tidak akan menjerit kesal, jadi Manuel tau bukan Gasena yang salah. "Asen tidak nakal tau om, kucing itu tiba-tiba cakar Asen saat Asen mencari cacing di tanah." Gasena menjelaskan jika bukan dirinya yang nakal.

"Iya sayang, Asen anak baik tidak nakal." Gasena mengeratkan pelukannya, Gasena selalu meminta perlindungan Manuel karena Manuel tidak pernah mengatakan dirinya anak nakal. Gasena selalu mengelak jika di sebut anak nakal, padahal memang benar Gasena itu nakal.

Manuel yang terlalu Bucin itu penyebab Gasena mudah sekali dekat dengan Manuel, Manuel benar-benar memperlakukan Gasena seperti bayi dan mengikuti setiap keinginan Gasena. 

🍓🍓🍓

"Ini letaknya di mana Om?" tanya Gasena menunjukan potongan Lego yang sedang dia susun, Manuel melihat dan membaca kertas panduannya.

"Disini sayang," jawab Manuel mengambil alih benda di tangan Gasena dan memasangkannya, Gasena bertepuk tangan dengan mengunyah makanan. Manuel mencubit pipi Gasena lembut, Gasena menunjukan senyuman bayinya pada Manuel.

"Pantesan gak tahan kak gemes gitu adek gue," ujar pria di belakang Manuel, Manuel menoleh sebentar tapi kemudian memperhatikan Gasena lagi.

Gasena dan Manuel duduk di lantai sekarang, Gasena sedang menyusun Lego miliknya. Jika Manuel, dirinya sedang menyuapi Gasena makan tadi Gasena merengek tidak mau makan tapi Manuel bujuk akhirnya mau makan.

"Om ini banyak sekali asen bisa tidak?" tanya Gasena saat melihat susunan berikutnya, Manuel mengangguk kecil. "Bisa, sayang kan anak pintar." Manuel menjawab dengan mengusap rambut Gasena.

"Baiklah, Asen coba lagi tapi Aaaa— suap Asen om." Gasena membuka mulutnya, Manuel langsung menyuapi makanan kesana. Gasena menguyah dengan kepala bergerak ke kiri dan kanan, bundanya bilang jika respon Gasena seperti itu artinya makanan itu enak.

"Ihh, ini mudah Om asen bisa!" Seru Gasena yang langsung menyusun dengan baik lego miliknya. "Asen, biasakan panggil Kakak sayang tidak enak masa sama suami sendiri panggil Om sih." Manuel yang menoleh ketika bunda Gasena menegur anaknya, Gasena memang pada dasarnya bayi ia hanya fokus dengan legonya.

"Gapapa bunda, Manu suka kok di panggil Om." Manuel tidak masalah, dirinya suka Gasena memanggil Om apalagi jika mereka sedang melakukan hubungan rasanya lebih menyenangkan sebutan Om itu di sematkan untuknya.

"Kak manu seneng bunda di panggil pedofil tuh." Sang bunda menggelengkan kepalanya, Manuel tersenyum tipis. "gak masalah, selama Gasena nyaman apapun boleh kok." Manuel melanjutkan ucapannya lagi.

"Jangan seperti itu kak, anaknya biar sopan juga nanti kalau apa-apa di bolehin anaknya takut seenaknya." Sang bunda memberikan nasihat baiknya pada manuel untuk mengajarkan Gasena dan mengatakan tidak pada Gasena.

"Manu gak janji bun, kalau urusan mendidik pasti Manu bakal belajar didik istri kecil manu ini dengan baik." Manuel menjawab dengan mengusap pipi Gasena. "Yasudah terserah kakak saja asalkan semuanya yang terbaik untuk Gasena, bunda titip anak bunda ya." Manuel mengangguk kecil, Gasena sudah menjadi miliknya jadi selalu Manuel jaga dengan baik.

"Om suap lagi!" Manuel terkekeh kecil ketika Gasena berucap dengan kuat, Manuel memberikan suapan lagi. "Dasar anak nakal." Gasena merengek saat bundanya mencubit pipi Gasena gemas dan mengatakan Gasena anak nakal.

"Om, lihat bunda panggil asen anak nakal terus Ish!! Om bilang asen anak baik kan bukan anak nakal? Bunda tidak percaya dengan asen," rengek Gasena mengadukan pada manuel. "Asen anak baik kok, tidak ada anak nakal." Manuel menenangkan Gasena.

"Wlee, tuh bunda dengar om bilang asen anak baik. Asen tinggal dengan Om selama-lamanya, bunda bilang asen nakal terus jadi asen tidak mau bobo disini lagi." Sang bunda terkekeh kecil, memang jika tidur disini Gasena jadinya menginap masih saja tidak paham anak manis itu.

"Sudah lah bunda mau ke dapur aja, Gasena anak nakal bunda Coret dari kartu keluarga."

"BUNDA JANGAN SEPERTI ITU DENGAN ASEN, OM LIHAT-LIHAT BUNDA NAKAL DENGAN ASEN!"

Maaf yaa baru ngetik lagi, aku nyari mood dulu tadi tuh jadi agak lelet nulisnya.

Semoga suka

Vote and komen jangan lupa

See you next part 👋

Continue Reading

You'll Also Like

1M 85.8K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
1.1K 112 5
Metawin yang biasa di panggil awinn atau iwinnn, laki laki istimewa dengan little space nya, sulit menerima orang baru, tapi saat melihat bright jadi...
91.2K 5.8K 49
Tentang MewGulf ✨Photo from Pinterest
20.1K 1.7K 41
Terkadang cinta itu bisa tumbuh seiring berjalannya waktu sekalipun awalnya tak ada cinta namun lambat lain hatipun akan menerimanya apa adanya serta...