Awan untuk Rembulan

By AriraLv

198K 24.7K 5.2K

"Kalau panas mataharinya nyakitin kulit lo, gue bisa jadi awan yang halangin sinarnya." ☁️ Agraska Galelio T... More

Prolog
Cast
β˜οΈγ…£1. Kedatangannya di SMA Pelita
β˜οΈγ…£2. Saus Gadis Petaka
β˜οΈγ…£3. Pengawal yang Menghilang
β˜οΈγ…£4. Pengawal yang Baru
β˜οΈγ…£5. Awan, Cloud Cafe
β˜οΈγ…£6. Ada Rekomendasi Film?
β˜οΈγ…£7. Praktik Drama Korea
β˜οΈγ…£8. Awan Pelindung Rembulan
β˜οΈγ…£9. Sudah Ada yang Tahu
β˜οΈγ…£10. Izin dari Kakak Pertama
β˜οΈγ…£11. Awal Perlawanannya
β˜οΈγ…£12. Penampilan Agraska
β˜οΈγ…£13. Lemah, Letih, Lebay
β˜οΈγ…£14. Dia Lelaki Kimia
β˜οΈγ…£15. Obat Sang Rembulan
β˜οΈγ…£16. Sebuah Rencana Kecil
β˜οΈγ…£17. Bagaimana Faktanya?
β˜οΈγ…£18. Mereka Telah Memulai
β˜οΈγ…£19. Ikut Dalam Permainan
β˜οΈγ…£20. Rencana yang Hancur
β˜οΈγ…£21. Labirin Milik Agraska
β˜οΈγ…£22. Pengganggu adalah Benalu
β˜οΈγ…£24. Rekaman yang Tersebar
β˜οΈγ…£25. Ini Jatuh Cinta?
β˜οΈγ…£26. Sebuah Lagu, Untukmu
β˜οΈγ…£27. Isabela Sudah Pulang!
β˜οΈγ…£28. Lavender dan Blueberry
β˜οΈγ…£29. Luka karena Ayah
β˜οΈγ…£30. Apa Pilihannya?
β˜οΈγ…£31. Terjadi Pembubaran?
β˜οΈγ…£32. Bulan Menerima Awan
β˜οΈγ…£33. Kebahagiaan Sesaat
β˜οΈγ…£34. Penyelamatnya Tiba
β˜οΈγ…£35. Bukan Hanya Teman
β˜οΈγ…£36. Tidak Ada Akses
β˜οΈγ…£37. Kita Harus Bertemu
β˜οΈγ…£38. Berita Buruk, Lagi
β˜οΈγ…£39. Plat Nomor yang Sama
β˜οΈγ…£40. Saat Permohonan Itu
β˜οΈγ…£41. Hari Beraksi
β˜οΈγ…£42. Aksinya, Kembali
β˜οΈγ…£43. Anumus.n Namanya

β˜οΈγ…£23. Permintaan Maafnya

4.1K 588 229
By AriraLv

Awan kembali! Yang kangen siapa?
Oh iya, kayak biasa. Mulai chapter 20-an ini panjang banget, jadi bacanya nyantai ya!

Ramein dulu chapter ini, baru up lagi! ~

"Kalau kerjaan Papa belum selesai, gak perlu pulang dulu, Pa. Besok Bulan mau ke rumah sakit, buat belajar berdiri sekalian minta maaf ke Nenek. Bulan juga minta maaf sama Papa, udah repotin Papa."

Di layar laptop Rembulan, Anggara tersenyum teduh, lega mendengar ucapan Rembulan yang tenang seperti biasanya. Anggara menghubungi Rembulan tentu saja karena kejadian yang menimpa ibu kandungnya di rumah. Laila yang menghubunginya lebih awal disusul dengan Alderion. Keduanya menjelaskan secara detail bagaimana kejadiannya. Dari sudut pandang Laila, serta dari sudut pandang Alderion setelah berbicara dengan Rembulan, keduanya sama, tak ada hal ganjal yang menjadi perbedaan untuk mencurigai Rembulan.

Lagi pula, Anggara tidak mau memutuskan secara sepihak. Ia tidak mau egois seperti dulu, hingga mengacaukan keluarganya sendiri. Anggara juga mengerti. Rembulan kehilangan ayah kandungnya saat masih membutuhkannya, gadis itu harus tinggal bersama ibunya di keadaan yang susah, hanya ibunya harapan satu-satunya, ibunya yang berjuang untuk dirinya. Melihat akan semua perjuangan Laila atas Rembulan, apakah Rembulan menerima jika Laila dihina dan terus disudutkan oleh orang yang bahkan tak tahu apa-apa?

Kalaupun Anggara berada di posisi Rembulan saat itu, ia yakin, ia akan berbuat lebih parah.

"Maafin Nenek ya, Bulan. Seharusnya dia lebih mengerti," ucap Anggara dengan helaan napas. Meskipun begitu, ada rasa cemas juga yang melingkupi Anggara saat ini.

Kepala Rembulan menggeleng. "Papa jangan minta maaf kalau Papa gak terlibat. Mungkin Bulan harus ngertiin Nenek dulu, kenapa Nenek gak suka sama kami. Jadi ... ini memang salah Bulan yang kebawa emosi, Pa."

Anggara tersenyum lagi, ia melihat jam di ruangannya, sekitar dua puluh menit lagi ia harus kembali bekerja. Ia berdeham lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Bulan, Nenek nggak suka sama orang-orang yang katakanlah kurang mampu, karena dulu Nenek pernah terluka parah. Ada pencuri ke rumah, ngelukain Nenek sampai nenek harus dirawat lama di rumah sakit. Setelah diselidiki, pencuri itu ternyata sopir Nenek sendiri, yang terpaksa karena butuh uang."

Rembulan mengerjap mendengar penjelasan dari Anggara. Jadi itulah alasan Isabela tak bisa menerima Laila dan Rembulan? Hanya karena mereka berasal dari keluarga miskin, maka Isabela menyimpulkan jika mereka juga memiliki pemikiran sama dengan sopirnya dulu?

"Padahal udah Papa bilang berkali-kali, setiap orang itu berbeda. Bahkan orang-orang kaya saja tidak sama. Ada yang dermawan tanpa menyebarluaskan kebaikannya, ada yang disebut dermawan karena selalu memublikasikan perbuatan terpujinya. Semua orang tidak sama," ucap Anggara lagi saat ia melihat Rembulan termenung.

"Bulan, sepuluh menit lagi papa harus meeting. Papa tutup, ya? Terima kasih mau jelasin semuanya ke papa. Sekarang Bulan harus tidur yang nyenyak, jangan begadang."

Kepala Rembulan mengangguk-ngangguk, tangannya melambai kecil pada Anggara. Begitu video call itu terputus, Rembulan menopang dagunya dengan satu tangan.

Anggapan Isabela akan sulit diubah olehnya, apalagi jika Isabela sudah menanamkan kebencian karena kejadian masa lalu. Rembulan akan sulit untuk mengubah pemikirannya. Apakah semua ini akan terus berjalan sama? Seterusnya, sampai Rembulan meninggalkan dunia? Rembulan tidak mau, itu pasti akan menyiksa Laila di keluarganya sendiri.

Rembulan menidurkan kepalanya di meja belajar, terdiam untuk merenung namun kemudian ia mendengar notifikasi di ponselnya, segera ia membenarkan posisi duduk lalu meraih benda pipih di samping kanan.

Agar

Piw piw!! My Moon!
Gue sedih banget
Coba tebak karena apa?

Kenapa Agar?

Tugas gue bakalan selesai minggu besok:(
Tugas jagain Tuan Putri
Gak bisa ditambah gitu ya?
Nego dong!
Kalo bisa gue jagain buat selama-lamanya

Rembulan tertawa kecil membaca pesan yang dikirimkan Agraska. Namun seketika keningnya berkerut dalam. Minggu besok adalah minggu terakhir Agraska menjaga Rembulan sebab hukuman Alvaro dan Alvano telah berakhir. Keseharian Rembulan di sekolah akan berjalan lagi seperti dulu, dengan Alvaro dan Alvano yang berjaga di sisi kanan dan kirinya.

Tidak dapat dipungkiri jika Rembulan merasa ada yang mengganjal hatinya saat mengetahui itu.
Setiap istirahat ia akan bersama Agraska, berbagi bekal buatan mamanya. Namun, tidak dengan nanti.

Agar

Kita masih bisa ngobrol, Agar

:(((
Ngobrolnya pasti bentar
Pasti cuman dikasih waktu 1 menit:(

😂😂
Nanti Bulan yang bujuk kak Varo
sama bang Vano

Semoga sih bisa:( gue udah pesimis
EH IYA MY MOON!!!
Gue ada misi selama seminggu
Tujuan misinya biar lo gak lupain gue!

Misi apa emangnya Agar?

Misi untuk awan buat ngelindungin rembulan
Misi untuk awan buat narik perhatian rembulan
Misi untuk awan biar rembulan tau, temennya bukan cuman para bintang

Satu lagi my Moon!

Misi awan biar rembulan bisa jatuh cinta!

Walaupun gue tahu. Faktanya rembulan gak akan tau keberadaan awan

Ping!

Setelah menunggu sekian lamanya, akhirnya Agraska mendapatkan pesan balasan dari Rembulan. Segera ia meraih ponselnya, membaca deretan kata di layar yang membuat hatinya berdesir kuat.

My Moon!!

Awan dan rembulan tau, Agar. Kalau mereka lebih dekat dari ini, mereka bisa jadi bencana buat penduduk bumi

Tapi dibalik itu, keduanya sama, Agar

Dua-duanya sama dikagumi penduduk bumi. Awan dan rembulan. Keduanya indah buat diabadikan

Dan keduanya gak akan terlihat berjauhan saat penduduk bumi yang mengamati

Agar, lanjutin misinya ya💜

Jantung Agraska sudah berdisko ria sedari tadi. Lelaki itu berdiri dari tempat duduknya secara tiba-tiba, hampir menyenggol harpa miliknya. Agraska melompat kegirangan, lalu bergerak ke sana kemari mengelilingi seluruh isi kamarnya dengan suara teriakan tertahan.

Agraska tidak menyangka Rembulan akan membalasnya seperti itu, membuatnya salah tingkah setengah mati.

Apa Agraska bermimpi?!

Bunyi notifikasi terdengar lagi. Secepat kilat Agraska berlari menuju ke arah ponselnya. Namun bukan pesan dari Rembulan, melainkan pesan dari nomor lain yang pernah ia hubungi lewat nomor baru.

Hana-dul set-an

[ send a vid ]

Kening Agraska mengerut setelah memutar video yang dikirimkan. Video CCTV di kediaman Zanava, di mana Rembulan menarik seseorang hingga terjatuh pingsan.

.☁️.

Pukul 10.00 pagi, dibantu oleh Alvano, Rembulan sudah berdiri dengan kedua kakinya, namun belum bisa sepenuhnya. Ia masih menjaga keseimbangan dengan sekuat tenaga, serta tidak melepaskan pegangannya pada Alvano. Ia tersenyum bahagia begitu matanya bertatapan dengan Alvaro dan Alvano.

"Bulan bisa berdiri," ujar Rembulan dengan binaran matanya.

Kepala Alvano mengangguk penuh antusias. "Selamat, Bulan! Abang tahu, Bulan bakalan cepet bisa dan bentar lagi pasti langsung lari! Bulan lihat aja, nanti kita main kejar-kejaran!"

Rembulan terkekeh dan mengangguk perlahan, kakinya kini mulai melangkah saat dokter terus membimbingnya.

"Sakit gak?" tanya Alvaro lalu mengambil alih Rembulan dari Alvano. Mereka bergantian untuk membantu sebagai topangan Rembulan melangkah.

"Nggak, biasa aja, Kak," jawab Rembulan.

"Mulai minggu ini, kamu harus rajin latihan ya." Dokter Nira berkata lembut, memperhatikan setiap pergerakan Rembulan. "Minggu depan pasti perkembangannya akan lebih cepat, jadi buat kakak-kakaknya Bulan, saya minta bantuan untuk terus diperhatikan dan latihannya harus teratur. Jangan lama dibiarkan."

Alvaro mengangguk. "Kira-kira buat berjalan normal, butuh berapa bulan lagi?"

Dokter Nira terdiam sejenak dengan kening berkerut, lantas senyumannya menguar. "Sekitar tiga sampai empat bulan lagi. Saya rasa bisa lebih cepat."

Mendengarnya, Alvaro tak menanggapi lagi selain dengan anggukan kepala. Matanya menatap Rembulan yang masih semangat untuk melangkah, sementara di sampingnya Alvano menggebu-gebu menyemangati. Senang rasanya bisa melihat hal ini, apalagi dengan senyuman mengembang Rembulan yang tampak lega. Namun, Alvaro tahu itu tidak akan berlangsung lama.

Begitu selesai dan keluar dari ruangan, ketiganya menuju ke lantai tiga rumah sakit di mana Isabela dirawat inap di sana. Hari ini, Rembulan memutuskan untuk menemui Isabela yang memang sudah baikan di ruangannya.

Alvaro dan Alvano sudah melarang awalnya, namun gadis itu bersikeras, katanya sudah berjanji pada Anggara bahwa ia akan meminta maaf pada Isabela hari ini.

Padahal jika dipikir baik-baik, Isabela yang memulai semuanya. Keadaannya saat ini tidak akan terjadi jika Isabela tidak pernah melontarkan hinaan pada Laila. Tapi apa boleh buat? Isabela adalah nenek dari mereka, tidak ada yang bisa membantahnya. Orang tua selalu benar.

Mengetuk pintu ruangan, Alvano menyembulkan kepalanya untuk melihat keadaan di dalam. Ada Isabela yang sedang memakan buah-buahannya, Hana serta Hanina yang sibuk pada ponsel, lalu Leonardo. Seketika mata Alvano membulat semangat, ia membuka pintu lebih lebar untuk memberikan jalan untuk Alvaro yang mendorong kursi roda Rembulan.

"Kakek!" Alvano merentangkan tangannya, segera memeluk Leonardo yang terkekeh dengan suara beratnya.

"Siapa yang sakit, siapa yang dipeluk," ujar Isabela membuat Alvano cengengesan di tempat.

Isabela hanya menggelengkan kepalanya, kini ia menoleh pada dua orang lagi yang datang, salah satunya adalah sosok yang tak ia sukai.

"Ya ampun, tebal sekali wajahnya," ucap Isabela menyadarkan semua yang ada di sana dengan keberadaan Rembulan.

Leonardo berdeham, ia berjalan mendekat pada Rembulan dan berlutut di hadapan gadis itu. "Bulan udah selesai pemeriksaan kakinya? Kenapa gak langsung pulang buat istirahat?"

Senyuman Rembulan menguar, Leonardo sama sekali tak menunjukkan raut wajah tak sukanya. Itu berarti, Leonardo juga mengerti pada Rembulan. "Bulan mau jenguk Nenek, Bulan udah beli buah-buahan buat Nenek. Bulan juga mau minta maaf, Kek."

Tangan Leonardo mengelus puncak kepala Rembulan dan mengangguk. Ia menggantikan Alvaro untuk mendorong kursi roda Rembulan ke dekat brankar Isabela. "Lihat, Bulan mau minta maaf sekalipun dia gak bersalah, Isabela," ucapnya membuat Isabela mengernyit.

"Siapa yang tidak bersalah?!"

"Sudahlah." Leonardo tampak tak mau memperpanjang. Ia baru pulang dari luar negeri malam tadi karena mendengar kondisi istrinya. Sejujurnya, ia marah saat melihat rekaman CCTV yang ia terima. Tapi begitu melihat kejadian sebelum itu, di mana Isabela mencengkeram dagu Rembulan dengan kuat serta menampar menantunya, Leonardo tahu ada penyebab besar Rembulan melakukannya.

"Nenek, kemarin Bulan takut banget karena Nenek terus hina Mama Laila. Nenek nyalahin Mama karena Mama nikah sama Papa. Bulan gak terima, Nek. Bulan awalnya mau narik Nenek buat jauhin dari Mama, tapi kayaknya Bulan terlalu kencang nariknya." Rembulan berkata dengan lancar, sekaligus menceritakan kembali apa yang Isabela perbuat kemarin. Tentu saja, Rembulan sengaja agar Leonardo mendengarnya. "Bulan minta maaf, Bulan sadar kalau Bulan berlebihan."

"Tunggu, memangnya Nenek bilang apa aja ke Mama kamu?" Leonardo mencegah Isabela mengeluarkan suaranya. "Jujur sama Kakek, Bulan."

Rembulan menatap Isabela sejenak, wanita itu menatapnya tajam penuh ancaman. Jika saja Rembulan masih sama seperti Rembulan yang memilih diam, pasti Rembulan akan menggeleng saja. Tetapi sekarang tidak mau. Rembulan tidak mau diam saja.

"Apa yang mau lo lakuin, Bulan?" 

Perkataan Agraska selalu terngiang setiap Rembulan memilih diam, maka dari itu, Rembulan akan melepaskannya.

"Nenek bilang, Mama gak pantas buat Papa. Nenek bilang, Mama harusnya gak ketemu Papa, bahkan lihat Papa aja gak bisa. Nenek bilang, Mama harus sadar diri karena kami cuman dari keluarga yang udah hancur."

Seisi ruangan jadi senyap mendengar perkataan Rembulan yang keluar dengan mudah dari mulutnya sendiri. Padahal mereka tahu, itu bukanlah hal ringan yang bisa diucapkan tanpa perasaan sakit yang membingkai.

Leonardo sampai tak bisa berkata apa-apa. Ia tidak tahu apa yang diucapkan Isabela pada menantunya karena tidak ada yang menjelaskan secara rinci. Yang ia tahu, Isabela terlibat cekcok dengan menantunya terkait masalah di rumah juga masalah Rembulan. Pada kenyataannya, Leonardo benar-benar bisa menyimpulkan siapa yang bersalah di sini.

"Kita sudah bicara tentang ini berulang kali." Leonardo menatap istrinya dengan kilatan amarah yang terpendam. "Kenapa terus diungkit? Kamu kan bisa mengatakannya padaku saja, jangan sampai menantu kita mendengarnya. Tapi kamu tidak menurut, sekarang anaknya malah mendengar secara langsung. Apa kamu punya perasaan?"

Isabela mengalihkan pandangannya dengan cepat, menghindari suaminya. Ia tak habis pikir kedatangan Rembulan malah menjadi petaka di sini. Bisa-bisanya gadis polos itu berkata dengan mudah, memojokkannya dengan cepat.

'Dia hanya pura-pura lugu.' Batin Isabela seraya melirik Rembulan yang juga menatapnya.

"Kamu mendengarku, tidak?" Leonardo bersuara lagi, namun kali ini lengannya ditahan oleh Rembulan.

"Kakek, Bulan rasa jangan diungkit lagi. Yang penting sekarang kesehatan Nenek. Bulan juga mau pamit, maaf udah bikin keributan di sini," ucapnya membuat Leonardo menghela napasnya.

"Ya sudah, lebih baik Bulan pulang dari pada di sini," ucap Leonardo lalu menyuruh Alvaro untuk mengambil alih Rembulan.

Di sisi lain, Hana dan Hanina sudah tak keruan lagi melihat adegan itu. Mereka kesal setengah mati karena Isabela bisa kalah telak di sini. Rembulan benar-benar berubah dari apa yang mereka lihat sebelumnya.

Dan yang lebih mengejutkannya lagi, Hana dan Hanina bisa melihat dengan jelas Rembulan menoleh pada mereka berdua sebelum gadis itu melewati pintu.

Rembulan tersenyum, namun kemudian senyum itu berubah menjadi sebuah seringai kecil yang menyentak Hana dan Hanina.

"W-what the hell." Hana mengumpat di tempatnya bertepatan dengan pintu ruangan yang ditutup Alvano.

Secara gak sadar, Agraska emang berbahaya, guys. Dia berhasil 'mempengaruhi' Bulan kan?

Hayolo, masih tetap di kapal Agar-Bulan? Atau bersiap pindah?

Tim mana?

Agar-Bulan

Kuna-Bulan

4A-Bulan

Tinggalkan jejak awan>☁️

Continue Reading

You'll Also Like

242 20 1
"Ayah bukan cinta pertama anak perempuan, melainkan luka pertama anak perempuan."~Gevita Anaillya Bhelandra. ____ Gevita Anaillya Bhelandra, gadis bl...
65.6K 4.8K 52
Geng 'Serigala' adalah sebuah geng yang dipimpin oleh Samuel dengan khasnya sebagai pemimpin. Para murid-murid disana menyebutnya seperti karakter pr...
316 114 12
Ini bukan cerita seorang bad boy, dan juga bukan cerita anak geng motor atau anak orang kaya yang jatuh cinta pada gadis miskin. Tapi ini cerita Dew...
ANESGYAS By ciya

Teen Fiction

281K 25.4K 25
GYAS COWO. BUKAN CEWE. β€’β€’β€’β€’ Aneska Ataya gadis cantik dan Gyas Gautama cowo ganteng yang sama-sama punya 1 ginjal. "Tuhan kita boleh bahagia?"