Bricia's world

By KentangBogel17

1.1M 96.4K 6K

(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐Ÿ) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษช... More

Prolog
Bricia 1๐Ÿ”ฎ
Bricia 2 ๐Ÿ”ฎ
Bricia 3๐Ÿ”ฎ
Bricia 4๐Ÿ”ฎ
Bricia 5๐Ÿ”ฎ
Bricia 6๐Ÿ”ฎ
Bricia 7๐Ÿ”ฎ
Bricia 8๐Ÿ”ฎ
Bricia 10๐Ÿ”ฎ
Bricia 11๐Ÿ”ฎ
Bricia 12๐Ÿ”ฎ
Bricia 13๐Ÿ”ฎ
Bricia 14๐Ÿ”ฎ
Bricia 15๐Ÿ”ฎ
Bricia 16๐Ÿ”ฎ
Bricia 17๐Ÿ”ฎ
Bricia 18๐Ÿ”ฎ
Bricia 19๐Ÿ”ฎ
Bricia 20๐Ÿ”ฎ
Bricia 21๐Ÿ”ฎ
Bricia 22๐Ÿ”ฎ
Bricia 23๐Ÿ”ฎ
Bricia 24๐Ÿ”ฎ
Bricia 25๐Ÿ”ฎ
Bricia 26๐Ÿ”ฎ
Bricia 27๐Ÿ”ฎ
Bricia 28๐Ÿ”ฎ
Bricia 29๐Ÿ”ฎ
Bricia 30๐Ÿ”ฎ
Bricia 31๐Ÿ”ฎ
Bricia 32๐Ÿ”ฎ
Pengumuman๐Ÿ“ข
Bricia 33๐Ÿ”ฎ
Bricia 34๐Ÿ”ฎ
Bricia 35๐Ÿ”ฎ
Bricia 36๐Ÿ”ฎ
Bricia 37๐Ÿ”ฎ
Bricia 38๐Ÿ”ฎ
Bricia 39๐Ÿ”ฎ
Bricia 40 (Flashback) ๐Ÿ”ฎ
Bricia 41 ๐Ÿ”ฎ
Bricia 42๐Ÿ”ฎ
Bricia 43๐Ÿ”ฎ
Bricia 44๐Ÿ”ฎ
Bricia 45๐Ÿ”ฎ
Bricia 46๐Ÿ”ฎ

Bricia 9๐Ÿ”ฎ

36.5K 3.1K 203
By KentangBogel17


H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮



●○●○●○●○











Tak tampak sama sekali raut wajah bahagia dari Bricia, diliriknya malas kala Romero diam anteng menonton televisi layar lebar didepan mereka saat ini.

Masalahnya, kenapa dia harus memeluk lengannya bak anak monyet sedari tadi?!
"Berhenti gelendotan bisa? Kalo nonton ya nonton aja gausah bawa-bawa gue! Dasar tukang ngadu!"

Cibir Bricia, beradanya dia disekitar radar anak setan ini karena perintah Bundanya, Tiara membujuk Bricia agar mau mengeloni Romero yang sedari tadi menangis tak mau diam.

Pria itu mencibikan bibir bawahnya dengan tangan mengeratkan pelukannya di lengan Bricia.
"Bricia kenapa selalu marah-marah kaya singa galak? Romero nakal banget ya sama kamu makannya Bricia gamau maafin."

Bricia menggigit geram kepalan tangannya sebelum menjawab.
"Kesabaran gue setipis tisu kalo sama lo, Asal lo tau aja. Gue benci kalo deket sama lo Romero karena lo yang bakal bunuh gue dimasa depan."

Benci? Kenapa mata Romero memanas mendengarnya? Merasakan tetesan cairan jatuh keatas paha Bricia, gadis itu dengan cepat mengangkat wajah Romero yang benar saja sudah kembali menangis, padahal wajahnya telah sembab sekali bak disengat tawon tadi.

"Astaga lo ko cengeng banget sih! Berhenti nangis nanti gue dimarahin Bunda!" ditangkupnya wajah Romero yang kini melipat bibirnya kedalam berusaha menahan isakan, senyuman geli Bricia timbul. "Lo kalo masih kecil gini kaya orang bener ya."

Bricia tak tau apa saja yang Bricia asli rasakan dulu, karena didalam Novel tokoh figuran ini muncul saat dimana Romero mulai mencintai Aira.

Usapan Bricia yang lembut membuat Romero memejam menikmatinya, Bricia mengerjap sadar dan segera menarik tangannya menjauh.

"Bricia jangan benci Romero... Gaboleh ngulang kata itu lagi... Disini... Sakit, Romero masih punya hati," tunjuk nya pada dada dengan polos, ia peluk tubuh hangat Bricia. "Jangan marah terus, jangan kasar juga. Rome udah minta maaf tapi Bricia gak mau maafin, sekarang Romero harus lakuin apa buat nebus kasalahan Romero."

Bricia berdecak mendorong mundur bahu Romero dan mencengkram nya kuat.
"Gue bakal ma'afin lo, tapi setelah ini lo jauh-jauh dari gue dan jangan ulangi kejahilan lo itu."

Mendengar itu sontak kepala Romero menggeleng hingga ia terperanjat kaget kala Bricia memukul meja dengan mata menajam.
"Jadi lo gamau?!"

"Engga gitu... Rome keberatan sama yang harus jauhin Bricia... Rome gabisa... Aku senang kalo deket Bricia," ungkapnya jujur lalu mendekatkan tubuhnya hingga membuat Bricia harus mundur seraya melotot. "Romero suka Bricia, kalo Bricia--?"

"Gue suka duit lo! Minggir!" sentak Bricia memutar malas bola matanya.

"Bricia jangan marah-marah nanti cepet tua," tunjuk nya menakut-nakuti.

Bricia mengangkat sebelah sudut bibirnya dengan tubuh bersandar pada Sofa, dia pikir Bricia akan percaya meski tubuhnya masih anak kecil?
"Dasar bocah."

Romero cemberut, ia mengambil snack diatas meja dengan kesal dan merajuk.
"Bricia cantik tapi galak, panggilnya singa cantik aja."

"Heh-heh! Ngomongin gue di denda seratus ribu!"

Tak jauh dari sana kedua pasutri yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya mengulas senyuman simpul.

"Aku rasa Romero sudah mulai berubah, pilihan kita tidak meleset untuk mengambil anak itu," ucap Tiara memeluk tubuh Demetrio.

"Tapi kamu yakin akan merahasiakan perjodohan ini semua dari mereka? Sampai kapan?"

"Entah, kita pantau saja lebih dulu keduanya. Aku juga sudah mendaftarkan Bricia untuk satu sekolah dengan Romero."


Di sebuah ruangan pribadinya, terdapat satu pria yang sudah menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan duduk diatas sofa kerjanya dengan menopang pelipis diatas meja.

Kesalah dimasalalu membuatnya menyesali semua yang telah ia buat, kesalahan yang membuat putrinya hilang tanpa jejak.

"Mohon maaf Tuan Miller... Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa Nyonya Hera namun semuanya harus kalah oleh takdir Tuhan... Nyonya Hera... Kami nyatakan meninggal setelah melahirkan putri anda."

Degh!

Tubuh Miller, pria masih dengan pakaian formal kerjanya itu langsung terduduk lemas, ia seakan dilempar kejurang hitam nan dalam kala mendengar penuturan dokter didepannya.

Dan saat itu juga ia membenci anak tersebut, putri cantik yang dilahirkan istrinya sampai harus mengorbankan nyawanya sendiri, Miller benar-benar frustasi hingga dipuncak akhir ia berkata.

"Buang bayi tersebut, aku tidak sudi melihat wajah dan mendengar tangisannya!" bentaknya dibarengi petir yang menyambar dari luar jendela.

"Tapi Tuan, dia masih sangat--"

"Kalian berani membantah ku! Kubilang buang bayi sialan tersebut! Aku tidak peduli dia akan mati atau hidup!" nafasnya terlihat naik turun dan tanpa kata lagi Miller segera beranjak menutup pintu dengan keras.

Para Maid disana tertunduk iba melihat putri yang belum satu minggu dirawat harus mereka buang begitu saja.

Suara pintu yang terbuka mengambil alih kesadaran Miller, terlihat disana bawahannya berjalan mendekat.
"Apa kalian membawa kabar gembira?"

"Tidak Tuan... Kami belum bisa mengetahui dimana Nona berada, bahkan tidak ada secerca petunjuk pun," ujarnya membuat Miller kembali melemah.

"Apa aku salah karena menginginkan putriku kembali? Putri yang dulu tak pernah kulihat sedikitpun wajahnya. Aku menyesali semua tindakanku... Aku yakin dia masih hidup, aku hanya menginginkan putriku kembali..." lirih Miller, suara tangisan kecil putrinya terus terdengar dikepala pria tersebut. "Aku merindukannya... Bagaimana dia sekarang... Seperti apa kehidupannya... Apa dia mengalami hal-hal sulit... Aku memang tidak pantas disebut seorang ayah."

Bawahannya menunduk ikut merasa iba, Tuan mereka terlihat kacau selamat beberapa tahun ini bahkan tak ayal banyak para bodyguard yang memilih keluar dari pekerjaan ini karena tak sanggup mencari lagi dimana bayi tersebut berada.

"Saya akan kembali mencari semua petunjuk Tuan, permisi," pamitnya undur diri.

Miller mengusap matanya yang perih, ia menutup bibirnya menahan sesak yang kembali menerpa dada pria berusia matang tersebut.
"M--maaf... Maafkan aku Hera... Aku gagal... Tolong... Bantu aku menemukannya... Aku akan menebus semua dosa-dosaku dimasa lalu pada putri kecil kita."

Romero berlari cepat menuju kamarnya lalu ia kunci kamar tersebut, melihat begitu banyak mainan yang ia letakan dikasur Bricia dengan cepat Romero bergerak membereskan semuanya.

Tak hanya itu ia juga menepuk bantal Bricia dari debu dan mengganti sprei ya agar sama dengan miliknya.
"Sekarang Bricia harus tidur diatas kasur, gaboleh dibawah lagi. Huhuuu maaf Bricia... Romero jahat."

Mendengar derap langkah kaki dari luar, Romero sigap turun dan membuka kuncinya, terlihat dibalik pintu Bricia berdiri menatapnya aneh.
"Ngapain lo senyum-senyum? Merusak pemandangan aja."

Romero masih tersenyum tak sabar melihat reaksi Bricia melihat kamar mereka sudah rapih lagi, namun senyumnya pudar kala gadis berambut hitam itu malah berjalan santai meraih bantalnya dan meletakkan nya di lantai seperti biasa.

"B--bricia..." dengan ragu Romero berjalan memegang ujung piyama moca Bricia. "Jangan tidur dibawah lagi... Diatas kasur aja udah Romero bersihin ko lihat, Bricia bisa bobo disini!"

Romero berjalan riang menepuk kasur Bricia, gadis itu masih berekspresi datar tanpa minat sedikitpun.
"Gue dibawah aja udah nyaman."

"Jangan! Dibawah dingin nanti tubuh Bricia sakit! Diatas aja ayo!" Romero menarik tangannya namun dihempas Bricia.

"Gue bilang dibawah ya dibawah! Lo kenapasih hah? Sikap lo aneh tau gak! Muak gue lihat wajah lo!" sentak Bricia mengiris ulu hati Romero yang langsung menunduk membiarkan rambutnya berjatuhan menutupi wajah sedih pria itu. "Tidur sana dan jangan ganggu gue awas aja lo!"

Bricia benar-benar diterjang ngantuk parah, gadis itu menguap sebelum menjatuhkan tubuh kecilnya tengkurap diatas bantal hingga tak lama terdengar dengkuran halus.

"Gaboleh nangis... Bricia pasti capek..." ucapnya menggeleng agar tak lagi menangis, tapi tetap saja ia begitu lemah jika dibentak gadis itu.

Romero mengusap air matanya yang terus berjatuhan, diambilnya selimut dan bantal pria tersebut kearah Bricia.
"Romero... Juga tidur aja dibawah... Kalo Bricia gamau... Diatas..."

Benar saja, bocah laki-laki itu membaringkan dirinya disebelah Bricia lalu menutupi tubuh mereka dengan selimut, ia memeluk tubuh hangat Bricia dengan duselan halus.

"Bricia... Kenapa selalu bentak Romero... Sakit tau... Dasar singa cantik!" bisiknya sebal sampai tiba-tiba Bricia membalikan wajahnya ke samping.

Pipi Romero memerah saat hidung mancung keduanya saling bersentuhan, ia malah mendekatkan wajahnya dengan bibir terbuka kecil membiarkan nafas hangat mereka saling melebur.

Namun ada hal yang aneh, tatapannya berubah teduh dengan aura menggelap yang seolah mengagumi tiap jengkal dari wajah gadis yang tengah tertidur itu, Romero terkekeh kecil mengeratkan pelukannya.

Wajahnya menyembulkan setengah dari balik bahu Bricia.
"Ngantuk banget ya... Mungkin lain kali Romero harus kurangin setengah obat tidurnya disusu Bricia."










_TBC_









Romero ini tipe-tipe diam-diam menghanyutkan 🙂

Jangan trust isu ke saya guys, janji deh disini gak bakal kalian temuin konflik yang terlalu berat kaya beban hidup saya😭🙏

Oh iya mungkin chapter depan bakal dicepetin usianya jadi dewasa, mau Romero sikapnya kaya gini terus apa ada perubahan?

Makasih udah mau baca, kalo suka jangan lupa tinggalkan jejak dengan menekan bintang disamping ✨


Continue Reading

You'll Also Like

10.2K 463 21
"kamu itu seperti sepatu, kalo ga cocok, ya ga bisa di ajak jalan apalagi sampai pelaminan!" Kayshiel begitu mencintai Kaiden, tunangan hasil perjodo...
761K 72.2K 32
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
955K 56.1K 43
Note : Cerita ini hanya ada di wattpad dengan nama akun @IthyuIshii, jika kalian ketemu cerita yang sama di lapak lain maka kalian tau sendiri lah it...
5.3K 439 17
[AKU LAGI KULIAH. SABAR, YA] "Kamu dan aku, seindah cahaya lensa." William J. Wonwoo ฦธฬตฬกโ ำœฬตฬจฬ„โ ฦทฦธฬตฬกโ ำœฬตฬจฬ„โ ฦทฦธฬตฬกโ ำœฬตฬจฬ„โ ฦท Perempuan cantik bernama lengkap...