Putra Bajingan Duke Adalah Ps...

By 00lyan00

107K 14.6K 599

Ketika ia datang ke desa, seorang penduduk memujinya, "Bagaimana bisa Anda tahu apa yang dipikirkan para krim... More

Prolog
BAB 1 JADI SEBUTANNYA REGRESI ATAU TRANSMIGRASI?
Bab 3 Alter
BAB 4 RAHASIA CASIUS
BAB 5 RAHASIA CASIUS (2)
BAB 6 ELFREDA
BAB 7 CUMA UNDANGAN MAKAN, TAPI MENCURIGAKAN
BAB 8 MAKAN DENGAN TENANG (?)
BAB 9 JALAN-JALAN
BAB 10 YUSHE (1)
BAB 11 YUSHE (2)
BAB 12 YUSHE (3)
BAB 13 DEEP TALK
BAB 14 MALAM BULAN BARU
BAB 15 BULAN DAN SERIGALA (1)
BAB 16 BUKA MULUT! AAAA~
BAB 17 KISAH SEORANG CASIUS (1)
BAB 18 KISAH SEORANG CASIUS (2)

BAB 2 CASIUS DAN PEDANG

6.4K 827 40
By 00lyan00

Kali ini ada yang komen nggak ya? (menerawang masa depan)

Tandai typo!

.

.

Ada satu alasan lagi yang membuat Casius memiliki banyak haters. Itu adalah... pedang.

"Hei."

"-?! Tu-Tuan muda?!"

Seorang prajurit pemula menatap Casius terkejut dan takut. Kebetulan sekali hanya ada dirinya seorang di aula pelatihan ini. Berbeda dengan seniornya yang memiliki banyak jadwal, prajurit pemula tidak memiliki banyak kegiatan. Karena itu ia kemari untuk berlatih. Tapi siapa sangka ia akan bertemu dengan salah satu tuan mudanya yang dikenal 'beringas' itu?!

"Hm. Berikan pedangmu!" 

Nada datar dan dingin Casius membuat prajurit pemula itu nyaris mundur selangkah. Apalagi ketika ia melihat ekspresi Casius yang sangat tidak bersahabat itu.

'Bagaimana ini? Apa aku harus memberikan pedangku? Tapi bagaimana jika dia memenggal kepalaku nanti?! Tapi aku akan mati karena jika membuat tuan muda marah!'

Ada sebuah aturan tak tertulis di Kediaman Vanca.

[Jangan pernah membuat Tuan Muda Kedua tersinggung jika tak ingin tersiksa sampai mati!]

Ada sebuah cerita yang tersebar di kalangan para abdi dalem. Dimana seorang pelayan setia dikabarkan mati mengenaskan setelah membuat keributan dan menghebohkan seluruh penghuni mansion. Yang mengejutkan, pelayan itu berteriak dengan menyebut nama Casius berkali-kali sebelum akhirnya ia menikam jantungnya sendiri dengan pisau dapur.

Dikabarkan bahwa tubuh pelayan itu dipenuhi dengan luka-luka tak wajar. Seperti jarum-jarum yang tertancap dalam hingga tak terlihat di permukaan kulitnya, susunan giginya yang teracak seolah seseorang baru saja melepas lalu memasangnya kembali secara tak beraturan, hingga bola matanya yang ternyata hanyalah hiasan lilin yang dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bola mata. Ya. Entah bagaimana pelayan itu telah kehilangan bola matanya.

Sejak itu, semua orang semakin takut dan membenci Casius. Mereka menganggap bahwa pelayan yang mati itu adalah orang yang menjadi gila karena siksaan Casius dan memilih bunuh diri.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Casius sembari tersenyum.

"?!!"

Casius terkejut ketika pemuda di depannya malah melompat mundur, namun tertutupi oleh senyumannya. 

Senyuman bisa menenangkan ketegangan lawan bicara, itulah yang ia pikirkan. Sayangnya, senyuman Casius tampaknya memiliki efek yang bertentangan dengan yang ia harapkan. Bukannya tenang, prajurit muda itu malah tampak semakin panik dan kalang kabut.

"Eh? Ma-Maafkan saya, tuan muda! Ini dia!"

Prajurit muda itu memberikan pedangnya pada Casius dengan berat hati. Ia pikir lebih baik mati dipenggal dari pada jadi gila sampai mati.

"Terimakasih."

Casius yang telah menerima pedang pun mengambil kuda-kuda. Ia mengayunkan pedang itu secara vertikal beberapa kali, lalu berhenti.

Pemuda itu mengangkat pedang di tangannya, menyejajarkan sisi pedang yang datar dan mengkilat ke wajahnya.

'Aku memikirkan sesuatu, tapi...'

Bibir tipis Casius sedikit demi sedikit tertarik ke atas. Saat itu, mata merah darahnya berkilau mengerikan, sementara seringai keji terukir di bawahnya.

"-?!!"

Casius langsung menurunkan pedangnya.

Ia kaget sungguh. Sejak kapan senyumannya menjadi senyum setan seperti itu?! Sangat mengerikan! Tidak mungkin ia bisa menerima klien jika senyumannya sesetan ini, huhuhu... TT

Casius mendongakkan kepalanya dengan sedih. Saat itulah dimana mata merahnya menangkap wajah kaku sang prajurit muda. Pemuda itu berdiri bak patung dengan pandangan kosong yang menghadap langsung ke arah Casius. Dilihat dari matanya yang melotot dan kulit memucat, prajurit itu pasti syok karena sesuatu. Dan Casius bisa mendunga 'hal' apa itu.

Sekali lagi, Casius menunjukkan 'senyumannya'.

"Apa yang kau lihat?"

Benar saja, prajurit muda itu langsung tersentak dan membungkukkan tubuhnya. Begitu rendah hingga kepala prajurit itu nyaris menyentuh lantai.

"Maafkan saya, tuan muda! Tolong jangan bunuh saya dulu, tuan. Saya belum menikah, belum punya pacar, huhuhu. Setidaknya tolong biarkan saya mendapat gaji pertama saya, tuan muda! Biarkan saya menikmati kekayaan kecil saya ini sebelum Anda membunuh saya, tolooonggg!"

"......"

Bahkan Casius yang sudah menghadapi berbagai macam orang dalam kehidupannya sebagai 'Cakra' pun tidak tahu bagaimana menanggapi omong kosong ini.

Meski begitu, melihat pemuda yang sudah berlingangan air mata dan ingus itu membuat Casius terbebani. Sepanjang karirnya sebagai sebagai psikolog, ini pertama kalinya ia membuat seseorang menangis hanya karena melihat senyum setannya.

Jujur, itu melukai harga diri Casius sang ahli jiwa.

Casius berdehem.

"Siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba.

Prajurit muda yang sejak tadi menunduk itupun terkejut dan mengangkat kepalanya, masih dengan punggung membungkuk.

"Hah?"

Kali ini Casius hanya menunjukkan wajah datar. Ia tak ingin mengambil resiko untuk 'senyuman' ajaibnya itu. Matanya yang memiliki bentuk tajam pun tampak malas dan tak bersemangat. Terdengar mudah, namun itu cukup sulit melihat ia sudah terbiasa tersenyum dan menunjukkan sedikit semangat untuk mengeluarkan aura positifnya di depan para klien.

"Namamu. Juga, bisakah kamu menegakkan tubuhmu?"

Prajurit itu ragu-ragu, namun ia tetap menurut dan menegakkan tubuhnya. "Sa-Saya... Nama saya Gilbert, tuan muda."

Casius menatap Gilbert sejenak. Ia mengembalikan pedang Gilbert dan meninggalkan aula latihan begitu saja. Sementara itu, Gilbert belum beranjak sedikitpun dari posisinya. Matanya menatap lurus siluet Casius yang perlahan mulai menghilang.

Ketika matanya tak lagi menangkap sosok Casius, Gilbert mengalihkan pandangan pada pedang di tangannya. Mata pemuda itu berkilau antusias, secercah kekaguman hinggap di dadanya.

"Hebat!"

Ia melihat Casius mengayunkan pedangnya beberapa kali. Padahal sangat jelas bahwa tuan mudanya itu mengayunkan pedangnya dengan sembarangan, namun setiap ayunannya sangat kuat dan bertenaga. Padahal Casius sudah lama terbaring di tempat tidur dan tubuhnya pun sangat kurus, namun orang itu masih sekuat ini? Sangat gila!

"... Eh?"

Gilbert baru saja menyadari adanya keanehan.

'Tuan muda kedua meminum racun sebulan lalu, lalu ia kehilangan kesadarannya dan belum bangun sampai saat ini... Sampai saat ini... Loh?'

"TUAN MUDA? ANDA SUDAH SADAR?!"

Pertanyaan bodoh. Jika tuan mudamu belum sadar, lalu siapa orang yang baru saja bicara denganmu?

Sementara itu, di sisi Casius...

Pemuda itu berdiri di depan meja riasnya. Kedua tangannya mengampit pipi tirusnya untuk beberapa lama. Sesekali, pemuda itu akan menarik bibinya ke atas atau menarik sudut matanya ke bawah.

"Oke! Mari kita mulai!" serunya menggebu-gebu.

Untuk kesekian kalinya, Casius menarik sudut bibirnya ke atas, mencoba untuk tersenyum dengan cara yang 'biasa'. Tapi-

"AAAARRGGHHH!"

Brakk!

Casius memukul permukaan meja riasnya frustasi. Kenapa ia banya bisa menunjukkan senyum setannya alih-alih senyum teduh yang selalu ia tunjukkan pada kliennya?! Jika terus begini, Casius khawatir ia akan menjadi 'klien' tak lama lagi.

"Hahhhh... Padahal wajahnya sama. Orangnya juga sama. Jadi kenapa rasanya sulit sekali mengendalikan tubuh ini?" gumam Casius frustasi.

Saat itu, sebuah decakan terdengar di kepala Casius.

"Ya pastilah! Itukan tubuh gue."

"!!!"

Casius reflek mendongakkan kepalanya. Di dalam cermin itu, ia melihat refleksinya sendiri yang tengah menyeringai.

.

.

TBC

~Pojok cerita~

Cakra anak baik: "Apa ada yang bisa kubantu? (senyum)"

Setan Casius: "LO! Lo kalo pake tubuh gue tuh yang sangar dong, anjir! Masa muka lu lempeng aja kek toge layu gitu? YANG SANGARR! PAHAM NGGAK HAHH?!"

Cakra anak baik dan tidak suka mengumpat: "... (masih senyum) Kita itu satu orang kalau kamu lupa. Hanya beda garis waktu saja."

Jenderal setan Casius: "HALAH TAI! Selama lu belom bisa ngalahin tuan muda ini, kita tetep DUA ORANG!"

Continue Reading

You'll Also Like

82K 7.8K 11
Askara Mahendra, seorang remaja yatim piatu yang mati akibat ditusuk pisau oleh pencopet. Bukannya terbangun di alam kubur, ia malah terbangun di tub...
59.1K 4.5K 27
Dia adalah orang yang sangat suka membaca buku novel. Hampir setengah isi kamarnya dipenuhi oleh buku-buku novel yang tersusun rapi. Kecelakaan yang...
20.9K 2.4K 26
Aku lelah. Kali ini aku ingin hidup tanpa penyesalan, dan hanya akan hidup menyendiri, lalu menjalani hidupku dengan tenang *** Zenovia Ralliade. Buk...
39.3K 5.4K 24
Ketika ia bangun, jiwanya telah pindah kedalam suatu karakter dalam novel yang pernah ia baca dikehidupan sebelumnya. Sagatha, nama Jiwa dari dunia m...