Sweet Friend (Xodiac SingZay)...

By SugaJennie24

36K 3.6K 6K

Bercerita tentang salah seorang anak kembar bernama Won Zayyan yang sama sekali tidak mirip dengan kembaranny... More

Chap 1~ Teman Seberang Apartemen
Chap 2~ Zayyan Melamar Kerja
Chap 3 ~ Bossy
Chap 4 ~ My Sweet Friend
Chap 5 ~ Sing Beneran Berubah?
Chap 6 ~ Tugas Pertama Yang Mendebarkan
Chap 7 ~ Apa Yang Dilakukan Sing?
Chap 8 ~ Zayyan Panik Karena Leo
Chap 9 ~ Selamatkah Leo?
Chap 10 ~ The Hero
Chap 11 ~ Mulai Goyah
Chap 12 ~ Masih Bersaing
Chap 13 ~ Zayyan Ngambek Dan Kabur?
Chap 14 ~ Zayyan Kepergok Sing?
Chap 15~ Perkara Beliin Baju
Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar
Chap 17 ~ You're My Pretty Boy
Chap 18 ~ Perkara Makan Siang
Chap 19~ Cemburu
Chap 20 ~ Emosi
Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?
Chap 22~ Kencan
Chap 23 ~ Pilihan Sing
Chap 25 ~ Gara-Gara Gyumin
Chap 26 ~ Jangan Melampaui Batas
Chap 27 ~ Usaha Bona Memisahkan SingZay
Chap 28 ~ Terbongkarnya Rahasia
Chap 29 ~ Apakah Berakhir?
Chap 30 ~ Apa Yang Terjadi Pada Sing?
Chap 31 ~ Zayyan Mencari Sing
Chap 32 ~ Ungkapan Hati Leo
Chap 33 ~ Sing Di mana?
Chap 34 ~ Akhirnya Sing Ditemukan?
Chap 35 - Zayyan Bertemu Sing Kembali?
Chap 36 - Jadian Dan Balikan
Chap 37 - Kencan Terpaksa
Chap 38 - Repotnya Kalau Mendua
Chap 39 - Sing Kabur Dari Rumah Sakit?
Chap 40 - Haruskah Mengalah?
Chap 41 - Sehari Bersamamu
Chap 42 - Menginap
Chap 43 - Panggilan Interview
Chap 44 ~ Bertemu Sing?
Chap 45 ~ Menyusul Sing
Chap 46 ~ Melepas Rindu
Chap 47 ~ Zayyan Cemburu?
Chap 48 - Saling Percaya
Chap 49 ~ Cinta Yang Ditolak
Chap 50 ~ Keceplosan
Chap 51 ~ Bersembunyi
Chap 52 ~ Sing Cemburu?
Chap 53 ~ Sulit Putus
Chap 54 ~ Apa Yang Dilakukan Leo?
Chap 55 ~ Gara-Gara Pergi Ke Luar
Chap 56 ~ Sing Mencari Zayyan
Chap 57 ~ Selamatkah Sing?
Chap 58 ~ Usaha Melarikan Diri
Chap 59 ~ Bersama Selamanya
Bonus Chapter

Chap 24 ~ Leo Marah?

510 51 138
By SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

"Ouyin-ah, ada apa?"

"Zayyan, kau dan Sing Hyung sedang pergi berdua ya?" Tanya Leo tanpa basa-basi dan suara Leo di ujung telepon terdengar seperti sedang emosi.

"Ng...," Zayyan melihat ke arah Sing. Dan Sing pun menatapnya dengan penuh tanya. "I-iya, Ouyin. Aku lagi sama Hyung kamu," Zayyan akhirnya menjawab jujur.

"Ngapain??"

"Ngapain apanya?" Zayyan malah balik bertanya.

"Ya kalian ngapain pergi berduaan, hah?!"

"Cu-Cuma jalan-jalan kok."

"Jalan-jalan pakai hoodie couple, iya kan?" Sindir Leo ketus.

"K-Kok tau??"

"Gyumin yang bilang padaku."

"Aishh! Moomin!" Batin Zayyan kesal, ia diam tak menjawab.

"Zayyan! Kenapa diam?!" Kesal Leo karena Zayyan tak kunjung menjawab.

"I-Iya, Ouyin, jangan marah-marah dong! Kan aku jadi takut," cicit Zayyan.

Leo terdengar sedang mengatur napasnya, seolah meredam emosinya.

"Zayyan, sekarang bilang padaku kalian berdua ada di mana?!" Kini nada suara Leo sedikit lebih tenang dibandingkan tadi.

"M-Mau apa emangnya?"

"Mau nyusulin kamu!"

"Eh? Nggak usah! Nanti aku juga pasti pulang kok."

"Kapan pulangnya?"

"Mungkin sebentar lagi."

"Ya udah cepetan pulang! Jangan lama-lama!"

"I-Iya...iya!"

Leo pun menutup panggilannya secara sepihak.

Setelahnya, Zayyan pun menatap Sing yang juga masih menatapnya dengan penuh tanya sejak tadi.

"Leo kenapa?" Tanya Sing.

"Dia marah, karena aku pergi sama kamu. Udah gitu dia juga tahu kalau kita berdua hari ini pakai hoodie couple."

"Kok dia bisa tahu?"

"Hhh...siapa lagi kalau bukan Moomin yang memberitahunya," Zayyan menghela napas lelah membayangkan kelakuan Gyumin.

"Ck! Kok Gyumin mulutnya ember ya?" Sing pun tak habis pikir, padahal dirinya sudah sering memberi uang pada Gyumin.

"Maafin saudara kembarku ya, Sing."

"Iya, sudah lupakan saja. Aku nggak marah kok."

"Makasih, Sing."

"Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa Leo harus marah kalau kita pergi berdua dan pakai hoodie couple?"

Zayyan terdiam berpikir. "Mungkin...karena selama ini aku selalu pergi dengannya, dan tak pernah dengan yang lain selain dirinya. Makanya dia kaget dan marah padaku," terang Zayyan menurut pemikirannya sendiri.

"Hmm...bisa jadi begitu. Aku paham kok kalian sangat dekat sejak kecil, jadi mungkin Leo belum terbiasa melihatmu pergi dengan yang lain."

"Iya. Makasih ya Sing, atas pengertianmu," Zayyan menyentuh pipi Sing, lalu mengusapnya lembut seraya tersenyum.

Sing pun balas tersenyum.

"Zayyan, sekarang kita pergi ke photobox yuk!"

"Ng...lain kali aja deh. Soalnya tadi aku udah terlanjur bilang sama Ouyin kalau kita sebentar lagi akan pulang, dan dia juga nyuruh aku untuk cepat pulang. Kalau enggak, nanti dia bakalan tambah marah," Zayyan terpaksa menolak, meski pun sebenarnya dirinya juga masih ingin berlama-lama dengan Sing.

Sing menghela napas. Meski dia heran dengan sikap posesif Leo, namun bagaimana pun Sing adalah seorang kakak yang juga menyayangi adiknya, sehingga ia pun memilih untuk mengalah dan memahami adiknya.

"Oke, baiklah, kalau begitu kita pulang sekarang," ucap Sing akhirnya.

"Sing!" Namun tiba-tiba Zayyan menahan tangan Sing yang baru saja hendak mengemudikan mobilnya.

"Apa, chagi?"

"Sebelum pulang, kita selfie pakai kamera ponsel kita aja yuk!" Ucap Zayyan demi mengobati kekecewaan Sing. Meskipun tadi mereka juga sudah beberapa kali berselfie bersama saat masih berada di area sungai Han.

Akhirnya mereka berdua pun berselfie lagi di dalam mobil dengan pose-pose mesra. Ada pose di mana Sing memeluk Zayyan dari belakang, ada pose saat Sing mencium pipi Zayyan, dan juga ada pose di mana Zayyan yang mencium pipi Sing.

Setelah puas berselfie ria, akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk kembali pulang.

***

Di kediaman keluarga Kim...

"Beomsoo-yaa, kenapa kau tidak mau di rawat di rumah sakit saja, di sana kan peralatannya jauh lebih lengkap ketimbang di rumah?" Tanya Hyunsik.

"Aku tidak betah kalau harus tinggal di rumah sakit dalam waktu lama, makanya aku lebih memilih untuk dirawat di rumah saja. Lagi pula setiap tiga hari sekali, selalu ada dokter yang mengontrol kondisi kesehatanku. Dan setiap pagi juga ada suster yang akan datang merawatku dan mengganti cairan infusku jika sudah habis. Jadi aku tak perlu khawatir," terang Beomsoo.

"Tapi jika terjadi sesuatu, maaf...maksudku jika tiba-tiba kau mengalami kritis, maka kau harus menempuh perjalanan dulu ke rumah sakit dan itu akan memakan waktu, sementara kau harus segera ditangani dengan peralatan yang lengkap. Bukankah itu bisa berbahaya untukmu?"

Beomsoo tampak menghela napas. "Aku bahkan tak pernah memikirkan hal itu, Hyunsik. Lagi pula aku juga tidak perduli, jika saat itu datang, dan jika aku tak selamat di dalam perjalanan ke rumah sakit, aku sudah pasrah. Dari pada aku hidup hanya menjadi beban bagi kedua orang tuaku, maka lebih baik jika aku pergi."

"Beomsoo-yaa!!" Sentak Hyunsik kesal. Ia tak mau Beomsoo terus mengucapkan kata-kata yang penuh keputus asaan seperti itu.

"Mianhae," lirih Beomsoo. Ia mengerti perasaan Hyunsik yang sangat mengkhawatirkannya.

"Berhentilah berkata seperti itu. Pokoknya kau harus sembuh, dan aku yakin kau akan sembuh," Hyunsik menggenggam erat sebelah tangan Beomsoo dengan mata berkaca-kaca.

"Hyunsik-ie, apakah...Dohyun tahu kalau kau datang mengunjungiku ke mari?" Tanya Beomsoo kemudian.

Hyunsik menggeleng cepat, dan segera menghapus air matanya yang sempat jatuh di pipi putihnya itu. "Tidak, dia tidak tahu. Aku sengaja tidak memberitahunya."

"Syukurlah," timpal Beomsoo lega. "Aku tahu, Dohyun pasti tidak suka jika tahu kau berada di sini bersamaku."

"Iya, kau benar, maka dari itulah aku tidak memberitahunya."

"Hyunsik-ie, apa kau tahu apa penyebab Dohyun tidak suka jika kau dekat denganku?"

Hyunsik terdiam, meski ia tahu penyebabnya, namun ia tidak yakin dengan perkiraannya sendiri.

"Hyunsik-ie, terkadang aku merasa heran, meskipun kau dan Dohyun sejak kecil sering tidak akur, tapi mengapa sampai sekarang justru kau dan dialah yang lebih sering bertemu ketimbang dengan diriku?"

"Itu kan karena apartemen kami dekat, dan seperti yang kau tahu bahwa kami tetanggaan. Maka dari itulah kami jadi sering bertemu."

"Tapi kurasa bukan itu alasannya. Kau dan Dohyun sering bertemu, karena ada sesuatu di antara kalian."

"Sesuatu apaan? Dia itu menyebalkan dan suka menyuruh-nyuruhku seenaknya. Bahkan saat aku sedang sibuk bekerja pun, dengan seenaknya ia menyuruhku untuk segera datang ke rumahnya. Dan anehnya bosku pun takut kepadanya," tiba-tiba Hyunsik curhat dengan menggebu-gebu.

Beomsoo terkekeh pelan. "Lihatlah dirimu, kau bahkan bercerita tentangnya dengan sangat antusias dan menggebu-gebu."

"Bukan antusias, tapi karena sebal padanya!" Protes Hyunsik dengan nada sewot.

"Tapi kau juga tidak pernah menolak perintahnya, bukan? Kau selalu saja menurutinya, bukankah itu aneh?"

"Aku menurutinya karena terpaksa kok."

"Benarkah?"

"Ng...iya. Kenapa memangnya?"

"Hmm...entahlah, hanya saja terkadang aku merasa bahwa kau dan Dohyun seperti pasangan serasi yang walau sering bertengkar namun sebenarnya saling sayang."

Seketika wajah Hyunsik bersemu merah, dan kemudian salah tingkah. "Ngaco kamu! Mana mungkin kami terlihat serasi? Itu hanya perasaanmu saja!" Ucapan dengan ekpresi wajahnya tak sinkron.

"Hyunsik-ie, mengakulah, bahwa kau sebenarnya juga suka padanya sejak kecil, kan?"

"Kamu ngomong apa sih? A-Aku sama sekali tidak pernah menyukainya kok. Dia itu kan menyebalkan, jadi mana mungkin aku menyukainya!" Elak Hyunsik namun terlihat gugup.

Beomsoo tersenyum simpul. "Baiklah, jika kau belum mau mengakuinya. Aku mengerti kok."

"Beomsoo-nie, aku...sebenarnya lebih nyaman saat bersamamu."

Beomsoo terdiam menatap dalam mata Hyunsik. Sebenarnya Beomsoo sudah lama menyukai Hyunsik, namun terhalang oleh Dohyun yang menyuruhnya agar tak mendekati Hyunsik lagi, sejak hari di mana Dohyun mengatakan pada Beomsoo mengenai perasaannya terhadap Hyunsik. Dan semenjak itu Beomsoo hanya bisa menahan perasaannya terhadap Hyunsik, dan bahkan selalu mencoba untuk menjodohkan Hyunsik dengan Dohyun.

"Tapi Dohyun lebih nyaman jika bersamamu," balas Beomsoo yang malah membicarakan Dohyun lagi.

"Kok bahas dia lagi sih? Kan aku ngomongin tentang aku dan kamu," ucap Hyunsik.

"Hyunsik-ie, terimakasih karena kau sudah merasa nyaman bersamaku. Tapi kurasa kau juga harus merasa nyaman saat bersama Dohyun."

"Ck! Malah bahas dia lagi!" Hyunsik berdecak kesal.

"Hyunsik-ie, apa kau tahu, bahwa meskipun Dohyun itu menyebalkan, namun sebenarnya dia itu selalu perduli padamu dan perhatian padamu. Apa kau tidak merasakannya?"

Hyunsik terdiam, sebenarnya apa yang dikatakan oleh Beomsoo itu ada benarnya juga. Selama ini bohong rasanya jika ia tak bisa merasakan perhatian yang diberikan oleh Dohyun. Apalagi selama ini Dohyun juga sering membantunya khususnya dalam hal keuangan.

Pernah suatu kali Hyunsik hampir celaka dan akan di habisi oleh sekelompok debt. kolektor yang mengejarnya, akibat dirinya yang sudah menunggak cicilan hutangnya selama beberapa bulan. Karena demi membantu keluarganya, terkadang mau tak mau Hyunsik terpaksa memijam uang pada rentenir secara diam-diam. Dan pada saat itu Dohyun datang menyelamatkannya dan bahkan melunasi semua hutang-hutangnya pada rentenir. Dan banyak hal lain lagi yang sebenarnya pernah dilakukan Dohyun bagi Hyunsik.

"Iya, kau benar. Dohyun sebenarnya juga perhatian padaku dan juga suka menolongku yang kerap kesulitan dalam hal keuangan. Tapi...bagaimana pun aku cukup tau diri. Kedua orang tua Dohyun itu sangat tak menyukai keluargaku, karena kami miskin. Berbeda dengan keluargamu yang masih terlihat ramah setiap kali aku datang ke rumahmu. Dan selain itu kau juga perhatian dan sayang juga padaku, cara bicaramu juga lebih lembut dan tenang, jadinya aku lebih nyaman saat bersamamu," tutur Hyunsik.

"Jadi karena orang tuanya tak menyukai keluargamu, makanya kau merasa tak pantas dengan Dohyun?"

Hyunsik mengangguk.

"Lalu...apa kau ingin bersamaku?"

"Eh?? Maksudnya?"

Beomsoo tersenyum. "Ah, tidak! Bukan apa-apa kok. Lupakan saja ucapanku tadi."

Beomsoo lagi-lagi menahan hatinya, meski sebenarnya ia bisa saja memperjelas ucapannya tadi, namun ia mengurungkan niatnya. Kondisi kesehatannyalah yang membuatnya sadar bahwa dirinya tak seharusnya mengajukan pertanyaan itu tadi. Karena ia takut tak akan bisa bertahan lama, dan pada akhirnya malah akan membuat Hyunsik kecewa dan sedih jika dirinya pergi nanti.

***

Baru saja mobil Sing menepi di dekat gang yang menuju ke apartemen Zayyan, tiba-tiba Leo muncul dan langsung mengetuk-ngetuk kaca jendela tepat di sisi Zayyan duduk. Rupanya Leo sudah menunggu di sana sejak tadi.

"Buka pintunya! Keluar kau, Zayyan!" Hardik Leo.

Sing pun heran melihat adiknya sampai harus berteriak seperti itu, hingga membuat Zayyan pun seperti ketakutan.

Begitu Zayyan ke luar dari dalam mobil, Leo langsung menariknya dengan kasar.

"Ouyin! Aww!!" Pekik Zayyan kesakitan, namun Leo tak perduli. Ia malah menatap sengit ke arah hoodie yang di kenakan oleh Zayyan dan Sing saat ini.

"Ayo, ikut aku sekarang juga!" Titah Leo, masih sambil mencengkeram erat pergelangan tangan Zayyan.

"Leo-yaa, jangan kasar seperti itu pada Zayyan! Kau tidak lihat dia sangat ketakutan, huh?" Tegur Sing.

"Bukan urusanmu, Hyung. Jangan ikut campur!" Ketus Leo, dengan tatapan tajam.

Lantas Leo pun menarik paksa Zayyan untuk mengikuti langkahnya.

"Leo-yaa, kau mau bawa Zayyan ke mana?" Teriak Sing.

"Kau jangan mengikuti kami, Hyung. Aku ingin bicara empat mata dengan Zayyan!" Balas Leo sambil terus melangkah membawa Zayyan.

Zayyan yang di tarik pun terus melihat ke belakang ke arah Sing, seolah meminta tolong, namun Sing juga tak dapat mencegahnya, karena tak ingin Leo ngamuk dan berakhir menyakiti Zayyan.

Sing menatap kepergian Zayyan dan Leo dengan khawatir, dan ia hanya bisa berharap agar Zayyan baik-baik saja.

***

Rupanya Leo membawa Zayyan ke rooftop gedung apartemen yang ditempati oleh keluarga Zayyan.

Leo mendorong Zayyan ke dinding rooftop dan mengunci pergerakannya dengan kedua tangannya yang di letakkan di sisi kanan dan kiri kepala Zayyan.

"O-Ouyin??" Zayyan menatap takut mata Leo yang tersirat emosi saat ini.

"Zayyan-ah, apa-apaan ini? Kenapa pakai hoodie couple segala, hah?!"

"I-Ini...pemberian Sing, dan a-aku suka hoodie ini," jawab Zayyan terbata.

"Lepas!" Titah Leo.

"Apanya?"

"Hoodiemu!"

"Eh? Kenapa harus dilepas?"

"Karena aku tak suka melihatnya!"

"T-Tapi...k-kalau aku lepas, nanti aku telanjang dada dong, soalnya aku nggak pakai kaos dalam."

"Aishh!!" Leo merotasi matanya frustasi. "Lain kali jangan pernah seperti ini lagi ya!"

"Maksudnya?"

"Kau jangan pernah pergi berduaan dengan orang lain selain diriku, dan jangan pernah pakai pakaian couple!"

"Memangnya kenapa sih, Ouyin?"

"Karena aku nggak suka kalau kamu pergi sama yang lain selain aku."

"Sama Ibuku, Hyunsik Hyung, dan juga Moomin juga nggak boleh?"

"Ck! Kalau itu sih nggak masalah. Boleh-boleh aja, karena mereka kan keluargamu!"

"Tapi kan Sing itu juga Hyung kamu, orang yang kau kenal. Dan dia juga bosku di kantor. Masa pergi sama bos sendiri tidak boleh?" Zayyan beralasan.

Leo menghembuskan napas kasar.

"Boleh saja kau pergi dengan Sing Hyung, tapi khusus di hari kerja! Tapi tidak di hari libur seperti ini. Kau mengerti?!"

"Memangnya kenapa nggak boleh, kalau kami pergi berdua di hari libur?"

"Karena hari libur, adalah hari untuk kita berdua menghabiskan waktu bersama! Masa kamu nggak paham sih?"

"Ouyin, kenapa kamu jadi posesif banget kayak gini sih? Padahal itu kan Hyung kamu sendiri, bukan orang lain. Kamu saja sering hangout bersama dengan teman-teman kampusmu tanpa mengajak aku, aku nggak pernah protes tuh."

Leo menarik kedua tangannya, dan sedikit menjauhkan tubuhnya, sehingga membuat Zayyan kini dapat leluasa bergerak.

"Ouyin, jangan marah, ya. Aku kan cuma jalan sama Hyung kamu, bukan sama orang lain yang nggak kamu kenal. Aku ngerti kok, kalau kamu pasti belum terbiasa melihatku jalan sama yang lain selain sama kamu. Tapi percaya deh sama aku, kalau nggak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi kamu di hatiku. Kamu tetap akan selalu menjadi teman manisku, Ouyin," Zayyan merayu Leo agar berhenti marah sambil mengusap pipi Leo dengan lembut.

Leo pun mengerjap imut, sorot matanya yang tajam, kini berubah menjadi teduh kembali. Perlahan sepertinya Leo pun mulai luluh, karena perlakuan manis Zayyan.

"Maafin aku ya, Zayyan. Udah marah-marah nggak jelas dan membuatmu jadi takut."

"Iya, gak apa-apa. Tapi lain kali jangan kayak gitu lagi ya. Aku takut beneran loh tadi."

"Hari ini aku cuma lagi kesal. Soalnya waktu aku nyamperin ke apartemen kamu, kamunya malah nggak ada dan lagi pergi jalan-jalan sama Hyungku. Sebenarnya sih aku senang melihat kalian berdua akhir-akhir ini jadi dekat dan akrab, nggak kayak dulu lagi. Tapi...," Leo menghela napas sejenak.

"Tapi apa, Ouyin?"

"Tapi aku juga merasa takut kalau kalian berdua jadi terlalu akrab. Aku takut kamu jadi berubah."

"Aku nggak bakalan berubah kok, Ouyin. Tenang aja, aku akan tetap menjadi Zayyan yang sama, yang juga selalu menyayangimu."

"Janji?"

"Iya," Zayyan lalu menarik Leo ke dalam pelukannya.

Leo merasa lega dan tersenyum dalam pelukan Zayyan.

***

Di apartemennya, sambil tersedu-sedu, Bona menelepon kakak lelakinya yang bernama Kim Yong Min, yang juga merupakan rekan bisnis Sing untuk proyek hotel pribadinya di pulau Jeju.

"Hiks...Oppa...,"

"Iya, Bona, ada apa? Kenapa kau menangis? Apa yang terjadi?" Kim Yong Min terdengar khawatir.

"Hiks...Sing...dia jahat, Oppa...hiks...," Bona mulai mengadu.

"Sing Jahat kenapa? Apa yang dilakukannya padamu?"

"Dia...hiks...dia mutusin aku hiks...,"

"Apa?? Dia mutusin kamu??" Pekik Kim Yong Min terkejut.

"Iya, Oppa. Hiks...dan dia mutusin aku gara-gara sekarang dia udah punya kekasih lain. Dia selingkuh sama yang namanya Won Zayyan, si cupu miskin yang tinggal di seberang apartemennya itu."

"Ha?? Dia mutusin kamu hanya demi orang miskin??"

"Hiks...iya, Oppa."

"KETERLALUAN! BRENGSEK KAU SING!!" Geram Kim Yong Min.

"Hiks...hiks...sekarang aku harus bagaimana, Oppa? Hiks...aku masih sayang banget sama Sing, aku nggak rela putus sama dia hiks...apalagi kan dia itu kaya banget, dan sebentar lagi Sing bakal punya usaha hotel sendiri di pulau Jeju. Sayang banget kan kalau aku putus sama dia?"

"Iya, kau benar, Bona. Tidak seharusnya kalian putus, karena kehilangan pemuda kaya seperti Sing, sama juga kau kehilangan berlian. Padahal aku juga berharap supaya kau bisa menikah dengannya, supaya nanti harta warisannya serta usaha bisnis hotelnya bisa jatuh ke tangan kita. Tapi belum sampai kau menikah, eh kalian malah putus. Sial!"

"Jadi aku harus bagaimana, Oppa? Tolong beri tahu aku!"

"Kau tenang saja, Bona. Biar nanti aku yang akan kasih pelajaran pada Sing. Supaya dia nggak berani main-main lagi sama kamu, dan akan kupastikan Sing pasti bakalan balik lagi sama kamu."

"Iya, Oppa. Terimakasih, sekarang aku jadi tenang, setelah bicara denganmu."

Setelahnya panggilan pun di tutup.

Bona menghapus air matanya, lalu menatap ke luar jendela dengan mata yang penuh dengan kebencian dan amarah yang menyala.

"Sing adalah urusan Oppaku, tapi kau Zayyan adalah urusanku! Aku pasti akan menyingkirkanmu dari kehidupan Sing! Dasar cupu miskin tidak tahu diri, sok kecakepan! Aku membencimu, Zayyan!" Gumamnya penuh rasa benci.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca

Jangan lupa Votmen.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

ZaLeSing Kesayangan ❤️❤️❤️

Sing Jidatan dong! 🥰 💃💃💃❤️❤️❤️😘😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

97.6K 24K 65
mereka berdua punya perjuangan masing masing.
521 88 43
Kumpulan cerita dengan pairing dari ONEUS, ONEWE, atau ONEUS/ONEWE x idol lain. Jangan dibuka kalau kamu ngga suka.
6.8K 642 40
Yechan yang terbangun di tengah-tengah keadaan koma nya di kejutkan dengan kenyataan bahwa jiwa nya kini harus terpisah dari tubuhnya untuk sementara...
407K 30K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG