In a dead city

Por yadyaapasya

494 111 86

Sudah lebih dari tiga dekade dari masa pandemi virus Corona berlalu. Kini sebuah virus baru menyebar bagai mi... Mais

Parade kereta api
Ledakan pabrik
4 hari setelah ledakan
Food hunter
Perseteruan
Perampok terkenal
Sirene gila
Umpan darah
Yang ditinggalkan
percakapan pagi
Merancang rencana
Hyperthymesia
Jebakan bansos
Got air
Fight Zombie
Guard Robot
Jumpa kawan lama
Tontonan gratis
Undangan rumah sakit
Ratapan malam
Hilang kendali
Kode
Bus telolet
Sasaran
Perundung
Pengungsian

Pil

15 3 2
Por yadyaapasya

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan ataupun menyerang dan menyudutkan pihak manapun"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Jamila menatap jasad di meja autopsi, mendiang bernama nona Wendy adalah satu-satunya mayat zombie yang tidak memiliki luka akibat zombie lain.

Jamila berhasil membuat sebagian besar dokter di rumah sakit itu percaya padanya.

Dan salah satu mahasiswa yang diizinkan ikut dalam penelitian autopsi adalah Khayran.

Khayran menatap Jamila dengan takzim, dia belum sempat menyampaikan permintaan tolong dari Arya.

Situasinya sedang tidak mendukung.

"Baik, pukul 19.30 autopsi jenazah nona Wendy kita mulai" ujar Jamila sembari bersiap dengan pisaunya.

Khayran mengangguk paham, ia lebih dulu memotret seluruh bagian jasad, sebelum di bedah.

Gio si anak emas berada di ruang pribadi Professor Surya, ia duduk di kursi tamu sembari menyelonjorkan kaki ke atas meja. Beberapa anak yang terlahir kaya raya, terkadang tidak kebagian mendapatkan sopan santun.

"Aku sudah memintamu untuk memperhatikan mahasiswi itu" ucap Surya dengan dingin.

"Tentu saja, tapi aku kan tidak mengikutinya sampai ruang laboratorium. Aku bukan mahasiswa kedokteran atau farmasi" Gio menjawab santai.

"Kau tahu Gio, apa yang tidak aku sukai dari orang jenius?"

Gio menatap dengan tatapan tanya

"Mereka suka menghancurkan rencana dari jenius lain" Surya mengepalkan tangan, ia sudah berusaha menyembunyikan mayat Wendy. Tapi Khayran cukup pintar untuk mengobrak-abrik rencananya.

Tapi meski begitu, Surya lebih dulu mempersiapkan segalanya. Termasuk apa yang harus dilakukan ketika rencananya sedikit terganggu.

Alih-alih marah, Surya malah terbahak puas, "kita lihat saja. Siapa yang paling jenius di antara kita"

Gio mendelik, ia tidak pernah suka pada Professor itu. Hanya saja, jika ia dapat keuntungan dari memihak-nya, kenapa tidak?.

"Selain itu prof, aku punya sesuatu yang bisa mengancam perempuan itu. Kau ingat aku pernah memintamu untuk membuatkan kamera yang berbentuk kamper kamar mandi?. Aku sudah punya koleksi beberapa perempuan termasuk Khayran di sana. Sudah kuduga alat itu akan sangat berguna"
Gio ikut terbahak, puas.

Surya menyeringai, "apapun itu yang kau bisa lakukan. Lakukanlah!"

Sean memarkirkan bus di tempat yang tampak aman, semua penumpang bus itu sama-sama tertunduk diam.

Siapa yang akan baik-baik saja setelah melihat pemandangan mengerikan dengan mata kepala sendiri.

"Kalo udah begini kita harus kemana lagi?, makanan gak punya. Apalagi tempat tinggal" celetuk Bella sembari menatap kosong kearah luar jendela.

"Setidaknya kita masih bisa bermalam disini" balas Sean.

Muti menatap sekelilingnya, mereka setuju untuk sama-sama duduk di bawah, agar tidak tampak dari luar di dalam bus itu ada orang.

"Gak apa-apa, kita bisa melalui ini" ujar Muti mencoba menyemangati, meski lebih tepatnya itu untuk diri sendiri.

Bella menoleh ke belakang. "Ada yang bawa gadget gak?, boleh dong pinjemin"

Ketiga murid SMA yang tidak banyak berbaur itu saling pandang, lalu satu orang melangkah maju, menyerahkan tablet pada Bella.

Sean melirik, ingin tahu apa yang akan Bella lakukan.

"Saat-saat begini kita juga perlu sharing kabar sama orang internet."

Lepas Bella bicara, Ella dari belakang menyahut. "Maksud lo, kita ikut siaran lawan zombie?"

Bella berpindah tempat duduk, untuk adu mulut dia harus bertatapan dengan lawannya.

"Kalo lo mau, ya lo aja! Gua gak bodoh untuk lakuin hal itu!" Bella membalas dengan wajah yang sangat tidak bersahabat.

Ella terkekeh meledek, "bisa apa si lo? Dari awal juga lo gak bakal bisa apa-apa, lo kan anak dewan petinggi partai. Yang lo bisa cuma-"

Dengan cepat Bella memotong. "Terus lo bisa apa?, gua yang anak petinggi partai aja gak bisa apa-apa. Apalagi anak sebatang kara yang cari nafkah dari bar murahan!" Bentakan Bella langsung membuat 2 kawan Ella bangkit ingin melawan. Mereka jelas tersinggung.


Nuga maju satu langkah. "Mulut lo gak ikut di sekolahin tinggi juga?" Harga dirinya sedikit terluka.

"Kenapa bawa-bawa pendidikan?, iri ya?"

Arul langsung menengahi, sebelum perdebatan itu semakin melebar.

"Udah Bell, udah!. Kita dengerin kok rencana lo. Pasti lo punya yang terbaik" Arul menahan tangan Bella sembari menghalangi perempuan itu dari ketiga orang yang tadi siap menantangnya.

"Awas!" Bella menepis tangan Arul, kemudian kembali duduk di bangku depan.

Arul berbalik, ia melihat Aldi juga menahan Ella. Mungkin sejak awal Aldi memang tidak ingin ikut berdebat.

"Bisa gak sih, kita akur aja?. Untuk sampai nyelamatin diri aja!. Setelah kita kembali ke daerah aman masing-masing, terserah kalo masih mau musuhan" kini Muti yang angkat bicara. Ia malas menanggapi perdebatan tidak penting.

"Betul!, kalo gini terus yang ada kita malah memperkeruh keadaan. Tujuan kita kan satu. Selamat!" Lanjut Heni sembari menatap satu-persatu wajah layu di hadapannya.

Semuanya kembali terdiam, Arul tidak lanjut buka suara. Entah kenapa akhir-akhir ini ia jadi melembek. Tidak selera memimpin rencana.

Bella menyandarkan kepalanya di jendela, sekarang ia malah tidak mood untuk menjalankan rencananya.

Sean dari tadi sengaja diam saja. Ia tidak mau buang-buang banyak tenaga untuk berdebat tidak penting.

"Bell, ayo lanjutin!" Lirih Sean tanpa menolehkan wajahnya pada Bella.

Sejenak Bella menatap Sean, api semangatnya kembali memercik. Ia mulai menyalakan tablet, memasukkan akun insta-nya untuk melakukan sesuatu disana.

Khayran menahan mual ketika ia memotret isi perut mayat yang tengah di bedah, dari sana banyak telur-telur Lalat yang sudah menjadi belatung.

Mahasiswa lain yang ditunjuk bersama Khayran bahkan sudah terang-terangan menjauhi meja autopsi.

Tapi, Jamila yang sudah biasa menghadapi hal itu sama sekali tidak gentar. Bahkan sejak awal dia memutuskan untuk tidak menggunakan masker. Baginya indra penciuman juga sangat penting dalam proses mengautopsi mayat.

Tepat saat Jamila membedah usus besar, ia mengeluarkan beberapa benda asing yang belum hancur dari sana.

Pil-pil berwarna hijau terang.

Jamila terdiam sejenak, bagaimana mungkin benda itu belum hancur didalam tubuh mayat yang sudah membusuk.

Sekali lagi Jamila memeriksa tenggorokan mayat, terdapat luka goresan aneh di sana.

"Benda ini dimasukkan setelah orang ini meninggal. Tolong berikan ke divisi zat beracun!" Titah Jamila pada mahasiswa yang tadi sudah mundur kebelakang.

Mahasiswa itu langsung mengangguk, akhirnya ia punya kesempatan untuk kabur dari ruangan horor.

Khayran menatap pil tadi dari potret kamera. Ia kenal obat itu. "Ini suplemen kesehatan dok" ujarnya pada dua dokter di hadapannya.

"Isinya bisa lain lagi" jawab Jamila menghela napas panjang.

Khayran menggeser potret-potret yang ia dapat, ada beberapa keanehan yang sedikit mencolok.

"Dok, dibagian langit-langit mulut, ada sebagian warna aneh"

Jamila langsung kembali membuka mulut mayat, sembari dibantu dengan penerang ia akhirnya melihat perbedaan warna yang dimaksud oleh Khayran.

Jamila mengangguk, ia juga merasa aneh.

Ada bagian berwarna ungu yang sangat tipis membentuk sebuah kotak persegi.

Kalau tidak dilihat dengan teliti, maka tidak akan bisa terlihat.

Jamila langsung menyeka bagian itu lalu memerintah yang lain untuk dikirim juga ke divisi beracun.

Autopsi segera diselesaikan.

Khayran kembali ke ruang istirahat mahasiswa, disana berbagai orang melakukan aktivitas. Beruntung mereka tidak stress akibat penelitian-penelitian di rumah sakit ini.

Sekelompok laki-laki yang kemarin mengganggu Meliana kembali menatap Khayran dengan wajah meledek.

Khayran menarik napas, ia tidak tertarik untuk membalas mereka. Dalam keadaan seperti ini, manusia harus melapisi hatinya dengan baja agar tidak mudah terpengaruh.

Tak lama setelah Khayran duduk di tikar miliknya, pintu ruangan terbuka. Gio datang sembari berjalan angkuh, ia menghampiri anggota-anggotanya.

"Mana videonya?" Tanya Gio dengan tangan terulur meminta salah satu anak buahnya menyerahkan handphone khusus milik mereka bersama.

"Belum dilihat bos, sesuai kesepakatan. Untuk yang ini, lo duluan yang bisa lihat"

Gio tersenyum bangga, ia menyalakan rekaman kamera tersembunyi miliknya. Sejak awal ia selalu berhasil mengancam para mahasiswi dengan itu.

Tapi, kenapa rekamannya gelap. Tidak berwarna hitam. Lebih tepatnya berwarna cokelat gelap.

Gio memundurkan rekaman. Kini video berlangsung saat Khayran masuk kedalam kamar mandi.

Perempuan itu menatap belakang pintu dengan meneliti sela-selanya.

Tak lama pandangannya mengedar ke atap-atap kamar mandi seperti mencari sesuatu yang tersembunyi.

Terakhir, ia mendekati wadah kamper, mengangkat jari telunjuknya, lalu menarik benda itu keluar dari wadah.

Khayran tersenyum tipis menatap lensa kamera yang tidak terlihat dari luar, setelah itu ia menjatuhkan kedalam kloset.

Tamatlah riwayat rencana Gio.

Gio mengepalkan tangan, hatinya tersulut emosi. Ia menatap ke arah Khayran, kebetulan khayran juga sedari tadi memang menatapnya juga.

Khayran tersenyum menang. Dia tidak sebodoh itu untuk tertipu.

"Sialan!" Geram Gio sembari menggertakkan giginya.

Khayran memandang ke arah lain, ia sebenarnya takut kalau terus-terusan melawan Gio. Bagaimana pun ia hanya perempuan lemah yang mengidap serangan panik. Tapi pada saat seperti ini, menyerah juga tidak akan menghasilkan hal baik.


💊🟡

Oke, nantikan part selanjutnya
Jangan lupa vote dan komen ya gengss
Ini cerita pertama aku, jadi mohon maaf jika ada kesalahan dalam bentuk apapun, dan aku tunggu juga sarannya ☺️

Mampir ig @yadyaa._pasya

Kalian bisa lihat visual para tokohnya di akun Tiktok aku yaaa
@yadyaapasya










Continuar a ler

Também vai Gostar

TERROR Por Shizou Taa

Mistério / Suspense

875 454 17
Hans di teror oleh seseorang yang tidak dikenal selama bertahun-tahun lamanya hingga membuat kehidupannya menjadi terganggu. Kecemasan dan ketakutan...
Gerilya Sinom Por Askamella

Ficção Adolescente

841 140 3
Berawal dari tidak adanya mata pelajaran bahasa daerah di sekolahnya, membuat Senja dan Sabiru membentuk sebuah geng yang bertujuan untuk melestarika...
2.4M 206K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
23.5K 2.3K 16
if you don't like it, skip it INI FIKSI JANGAN DIBAWA KE REAL LIFE. Ga pandai buat deks jdi baca aja ya..