BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOI...

By reginanurfa

2.2K 333 65

Hantu? Batari sama sekali tak percaya dengan hal semacam itu. Hingga suatu waktu, ia berubah pikiran setelah... More

00. PROLOG
⚠️TUNGGU⚠️
01. Hal Yang Tertinggal
02. Rumah Tua
03. Hansen Terheide De Vries
04. Sebuah Pertanda
05. Gangguan Dimulai
06. Pribumi Misterius
07. Menjadi Rebutan
08. Tetangga Sebrang
09. Pertanda Kedua
10. Oma Belinda
11. Terus Membuntuti
12. Pertanda Mimpi
13. Kediaman De Vries
14. Meminta Bantuan
15. Tulip Yang Manis
16. Reinkarnasi
17. Si Rambut Pirang
18. Sosok Pendamping
19. Bukan Teka-Teki
20. Sebuah Titik Terang
21. Menyelami Masa
22. Bukan Hilang Ingatan
23. Terjebak Di 1941
24. Tak Ada Jalan Pulang
25. Mereka Bukan Hantu
26. Babu Sang Gundik
28. Pesona Batari
29. Hansen vs Aryan
30. Tragedi Awalan
31. Tamu Istimewa Si Kembar

27. Pangeran Kembar

24 6 2
By reginanurfa

Plak.

Suasana di sebuah ruangan terasa sunyi dan hening setelah suara tamparan terdengar begitu nyaring menggema. Begitupun dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Mereka terdiam seakan berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

Fleur yang baru saja mendapat tamparan tepat di pipi kanannya hanya terdiam mengatur nafas. Kulitnya yang putih kini meninggalkan bekas berwarna merah samar. Baru kali ini Fleur mendapat perlakuan tidak enak. Bahkan kedua orangtuanya saja sangat menjaga. Kedua matanya mulai dipenuhi air menggenang. Hal itu membuat Batari semakin meradang.

"Heh!" Batari mendorong bahu kiri Anneke yang sama terkejutnya karena ia tak sengaja akan menampar sang adik tiri.

Anneke tak bermaksud menampar Fleur. Ia yang kepalang kesal dan malu berusaha menumpahkannya pada Batari. Gadis berambut pirang itu mengangkat tangan kanannya tinggi, bersiap untuk menampar sungguhan kali ini. Namun ketika dengan lantangnya tangan itu mengayun, Batari langsung sigap mencekalnya.

Tap.

"Wow" Saking terkesimanya, lagi-lagi Wessel hanya bisa berekspersi begitu.

"Lepas!" Geram Anneke.

Dengan kasar, Batari menghempaskan lengan gadis tersebut. "Sekali lagi kamu kasar sama Nona Fleur, awas aja!" Ancamnya.

Membulatlah kedua mata Anneke ketika dirinya ditantang begitu. "Durf jij je werkgever uit te dagen?!"

"Ck, ngomong apaan sih? Engga ngerti tau!" Balas Batari sewot.

Astaga. Dari dulu kekesalan Anneke memang tak penah surut jika menyangkut soal babu yang satu ini. Hingga akhirnya dia kembali menjambak rambut Batari. Apa gadis manis itu diam saja? Tentu tidak. Dia balas menjambak rambut Anneke sangar, membuat Fleur harus berusaha melerainya kembali. Akhirnya mereka bertiga saling jambak. Lagi.

Melihat hal buruk kembali terjadi, tiga pemuda yang baru muncul didekat Wessel segera mengambil tindakan. Mereka masuk ke dalam kamar dan langsung memisahkan pertengkaran sengit itu.

Hansen. pemuda itu menarik adiknya mundur. Sedangkan dua pemuda lainnya yang memiliki paras serupa, masing-masing menarik Anneke dan Batari. pemuda yang menahan Anneke dari belakang sedikit kelabakan karena gadis itu tidak bisa diam.

"Hei, hei, hei. Berhenti, Ann!"

Raden Mas Arsen Witjaksono. Pemuda yang mengenakan ageman jawa serba putih dilengkapi blangkon itu dibuat pusing karena Anneke tidak mau diam. Dug. Bahkan dagunya sempat terkantuk sikut Anneke cukup kencang, membuatnya meringis karena ngilu. Sial. Lumayan sakit juga rupanya.

"Batari, tenanglah"

Raden Mas Aryan Witjaksono. Sedangkan pemuda yang memiliki tahi lalat setitik dibawah mata kirinya ini berdeham pelan ketika belakang kepala Batari menyentuh dada bidangnya yang juga terbalut ageman rapi. Aryan salah tingkah. Sedikit. Dengan segera ia mulai melonggarkan pegangannya pada lengan Batari saat gadis itu mulai tenang.

"Lepas!" Sentak Anneke pada Arsen.

Arsen langsung melepas kedua tangan Anneke dan mengangkat kedua lengannya sendiri ke atas. "Tentu. Werkgever" Sindirnya dengan menyebut majikan.

Batari yang sudah terbebas dari kukungan Aryan langsung menunjuk Anneke geram. "Hansen, dia kasar sama adik kamu tuh!"

Mendapat aduan begitu, kedua pipi Anneke merah padam karena merasa dipermalukan. "Inlander!" Umpatnya sambil berlalu pergi.

Kini situasi mulai kembali kondusif, Wessel yang masih diambang pintu mengangkat sebelah bahunya ketika tontonan sudah usai. Dengan santainya, pria berkumis tipis itu ikut berlalu juga sambil mengelus anjing kesayangannya.

Hansen menghela nafasnya sambil menatap Batari datar. "Sekasar apapun, dia tetap majikan kamu"

"Apa? Hei, tunggu!"

Batari mendengus cukup keras dan hal itu membuat langkah Hansen yang hendak pergi langsung terhenti. Begitupun dengan Aryan dan Arsen. Sedangkan Fleur masih terdiam memegangi pipinya yang terasa panas.

"Aneh. Setinggi apapun derajat atau jabatan seseorang kalau tingkah lakunya kasar dan semena-mena, dimata aku tetep aja dia sampah. Engga punya adab sama sekali dan engga pernah bisa ngehargain orang lain itu namanya sampah, paham?!" Jelas Batari geram.

"Wow" Gumam Arsen pelan. Ia terkesima dan hal itu membuat sang kakak langsung menyikut lengannya.

Masih memunggungi Batari, Hansen terdiam. Ia memandangi kedua kakinya yang entah kenapa tidak bisa diajak kompromi untuk segera pergi. Dibelakang itu Batari segera membawa Fleur untuk duduk ditepi ranjang.

"Sini coba liat, aku obatin dulu pipinya" Ujar Batari segera mengompres pipi Fleur dengan cangkir berisi air hangat.

Setelah melihat adiknya ditangani oleh Batari, Hansen menghela nafas lalu bergegas pergi menuju kamarnya. Melihat itu, Arsen segera menyusul sang sahabat keluar. Sedangkan Aryan menoleh ke arah Batari sekilas sebelum akhirnya ia ikut undur diri juga.

*****

Kini di dalam kamarnya, Hansen hanya duduk terdiam sembari memutar-mutar globe yang ada diatas meja. Sedangkan Aryan memandangi halaman samping dari balik jendela. Melihat situasi hening begini, Arsen yang tiduran diatas ranjang mulai bercuit.

"Hansen, apa dia sungguh Batari?" Tanyanya sembari memandangi langit-langit kamar.

Aryan yang masih mematung menghadap jendela hanya melirik dengan ujung matanya. Menunggu penjelasan yang akan Hansen berikan.

Karena tak ada jawaban, Arsen mengubah posisinya menjadi duduk sambil membenarkan blangkon yang sedikit miring. "Ada banyak hal yang harus kamu ceritakan, bung!"

Lagi-lagi Hansen hanya menghela nafas pelan. Ia menurunkan kedua kakinya ke bawah yang selonjoran dari atas meja lalu membetulkan posisi duduknya. "Bukankah urusan kalian dengan Papa saya?" Dalihnya.

Mendengar itu, Aryan berbalik dan mengeluarkan selembar lipatan surat dari dalam agemannya. "Tuan Thomas sudah setuju dan menandatangani kerjasama dengan Romo kami" Ucapnya menaruh surat tersebut diatas meja.

Arsen yang merasa dapat pembelaan, cengengesan tak jelas. "Kangmas Aryan benar. Jadi, kamu ndak bisa mengulur waktu lagi. Cepat katakan, yang tadi itu seperti bukan Batari loh"

Setelah membacanya sekilas, Hansen kembali melipat surat tanda kerjasama antara ayahnya dengan ayah si kembar perihal perdagangan teh. "Hah, baiklah. Fleur bilang dia terjatuh dan tidak ingat apa-apa"

"Maksud kamu.. hilang ingatan begitu?" Tanya Arsen kaget.

"Sudah diperiksa?" Lanjut Aryan tak kalah kaget. Namun dengan pandainya ia bisa menyembunyikan rasa itu.

Hansen mengambil sebatang rokok dan korek zipo lalu dihisapnya setelah menyala. "Dokter Herman bilang tidak ada yang aneh, semua baik-baik saja"

"Kasihan Batari" Lirih Arsen lesu.

Hansen mengembuskan asap dari mulut. "Tapi.." Ucapnya terjeda.

"Tapi?" Ulang Aryan dengan sebelah alis terangkat.

"Dia hanya ingat saya" Sambung Hansen seadanya.

Mendengar itu, Aryan dan Arsen kompak saling melempar pandang. Seakan mempertanyakan apakah itu benar adanya. Arsen yang memiliki watak heboh dan tidak sekalem kakaknya itu langsung menghampiri Hansen.

"Eyyyy, kamu terlalu percaya diri sekali hahaha!!" Tawanya menggelegar setelah menepuk bahu Hansen.

Sedangkan yang dituduh percaya diri hanya memberikan tatapan datar pada Arsen. Hal tersebut membuat tawa pemuda gagah ini memudar perlahan.

"Kamu.. serius?" Tanya Aryan meyakinkan, yang langsung dibalas anggukan oleh Hansen.

"Gusti.. Dia ndak bercanda, Kangmas" Gumam Arsen lalu memegangi kepalanya frustasi. "Gustiii. Haduh Kangmas, ndak bisa dibiarkan sih ini"

Aryan terlihat tak percaya juga. "Berarti.. dia juga lupa dengan kami?"

Hansen mengangguk dan kembali menghembuskan kepulan asap. "Iya, semuanya. Kecuali saya"

Semakin pusinglah Arsen mendengarnya. "Loh loh loh, bisa begitu toh? Kenapa hanya ingat kamu saja? Masa iya ndak ingat aku atau Kangmas Aryan? Aneh, aneh, aneh"

Tok. Tok. Tok.

Disela-sela kegentingan yang dibuat Arsen, terdengar beberapa ketukan dari luar kamar. Hansen langsung mematikan rokok dan membuka pintunya. Ternyata itu adalah Iyam.

"Permisi, ada yang mencari Tuan" Lapor wanita tersebut.

"Siapa?"

"Dia bilang utusan Jenderal Poorten dari Tjimahi, Tuan"

Hansen terdiam mendengarnya. Baru saja dua hari di rumah apa dia harus kembali bertugas? Hansen mengangguk mengerti dan membuat Iyam langsung pamit undur diri. Setelahnya ia menoleh pada kedua sahabatnya.

Tanpa berucap apapun, mereka berdua mengerti. Apalagi Arsen langsung beringsut untuk membuka pintu lebih lebar sambil tersenyum pada Hansen. "Silakan.."

Setelah Hansen pergi, Arsen menyerngit sambil sebelah sikutnya bertumpu pada pintu. "Menurut Kangmas, apa yang membuat Batari melupakan semua? Kangmas percaya kalau dia hilang ingatan?"

Ditodong begitu, Aryan terdiam. Ia kembali berbalik menatap keluar jendela. Pandangannya mulai menerawang. "Kangmas ndak tau, Sen"

"Kalau misal Batari hilang ingatan, berarti dia lupa dengan Arsen? Dengan Kangmas? Dengan semua masa kecil kita, begitu? Waduuhh, Arsen ndak rela kalau itu sampai terjadi" Rengek Arsen sambil melepas blangkon dan mengacak rambutnya asal.

Aryan terlihat berpikir lalu menuju meja untuk mengambil surat perdagangan tadi. Setelahnya ia pergi dari kamar Hansen. Arsen yang melihat tingkah aneh kakaknya, segera membuntuti.

"Loh, mau kemana toh?"

"Kangmas ada urusan" Singkat Aryan yang sama sekali tak menjawab kebingungan sang adik.

*****

Sampurasun semuanyaaaa, maaf udah lama engga up karena beberapa bulan terakhir ini saya lagi mabok akibat dihamili suami sendiri 🤏😅

Yuuk, kita mulai lanjut lagi ceritanya karena udah ada yang protes. Semoga engga banyak kejeda yaa 🤎🤎

*****

reginanurfa
-19032023-

Continue Reading

You'll Also Like

23.2K 472 13
Menceritakan tentang Persahabatan, Asmara dan Polemik kehidupan Seorang perempuan yang menjalani proses hingga akhirnya menemukan jodoh yang tak lain...
154K 4.2K 190
The Gluttonous house's auction feast had an exceptionally good furnace in constitution of a little girl with sky-high price, everyone in looting. Su...
10M 754K 88
Marriage had always been my dream but not to a man about whom I know nothing. The moment my father fixed an alliance of me to a Prince without even t...
14.1K 1.2K 40
Book berisi kumpulan drabble dan oneshot antara karakter Haikyuu dan reader. ⚠️ Desclaimer ⚠️ Update random Haikyu!!! © Furudate Haruichi Plot © Lil...