Jisung masuk kedalam rumahnya, wajahnya terlihat tidak baik baik saja, matanya berkaca-kaca, dia menatap tangannya yang tadi sempat di pegang oleh jaemin.
"Dia mengalami sedikit gangguan mental karena kehilangan adiknya jisung"
Ucapan chenle terus terngiang di benak jisung "tidak-tidak, ini bukan sungguhan kan? Jika iya kenapa hyung tidak mengatakannya padaku" gumam jisung gusar.
Jisung meronggoh ponselnya lalu menelpon seserang yang dia panggil dengan sebutan hyung tadi.
"Kenapa hyung tidak memberitahuku?!" Ucap jisung to the point pada orang di sebrang sana.
"Beri tahu apa?" Jawab orang itu
"Hyung tidak mengatakan jika jaemin hyung mengalami gangguan jiwa, hyung tid.." ucapan jisung terpotong saat orang itu memotongnya
"Aku selalu ingin mengatakannya jisung, aku selalu mau mengatakannya, tapi bukan kah kau sendiri yang selalu memotong pembicaraan ku saat membahas hyung-hyung mu, aku juga sudah pernah mengatakan jika jaemin sakit bukan" ucapnya
"Iya aku tau! Tapi aku tidak berfikir jika jaemin hyung sampai sakit mental seperti itu!" Tukas jisung sedikit meninggikan nadanya
"Lalu apa ini salahku? Kau sendiri yang menutup telinga dan matamu untuk tidak mau tau apapun tentang keluargamu bukan?" Ucapnya lagi
Ucapan orang itu membuat jisung terdiam, karena memang benar jisung sendiri yang selalu tidak ingin tau apapun tentang keluarganya itu.
Dia berkomunikasi dengan orang ini pun karena jiyeon, jiyeon mengatakan jika tidak ada orang ini saat peristiwa itu mungkin jisung tidak akan bersama jiyeon sekarang.
"Hyung mu menderita jisung, semua keluargamu juga sudah menyesal dan menyalahkan diri mereka karena kehilanganmu apa kau..." ucapannya terpotong saat jisung menyelanya.
"Aku tidak peduli" sela jisung
"Jika tidak peduli kenapa kau menanyakan keadaan jaemin? Kenapa kau seolah marah karena kau tidak tau keadaan jaemin sekarang? kau mengkhawatirkan hyung mu itukan?"
"Ha' sepertinya hyung salah paham dengan itu, aku hanya ingin memastikan saja apa yang ku dengar tadi benar atau tidak, jika mereka memang menderita ya bagus lah, anggap saja itu karma untuk mereka dariku" tukas jisung
"Jisung..."
"Aku bukan lagi jisung hyung, aku andy! Aku bukanlah jisung yang mudah luluh hanya karena cerita menyedihkan tentang mereka, aku bukan jisung yang mudah di iming-imingi harapan seperti dulu"
"Aku tidak peduli mereka menyesal atau menderita sekalipun, bukankah itu sudah seharusnya terjadi? Mereka memang seharusnya menderita bukan?" Ucap jisung
" jisung jaga ucapanmu, Itu baru keadaan jaemin yang kau tau, kau belum tahu kedua hyung mu yang lain termasuk chenle" ucap orang tersebut
"Lalu kenapa? Mau aku tau pun aku tidak peduli hyung, mereka bukanlah keluargaku lagi yang harus aku pedulikan, mereka orang lain untukku" kata jisung
"Jisung dengar, ini sudah 5 tahun aku rasa sudah cukup pemderitaan mereka dan..." lagi lagi ucapan orang itu terhenti karena mendengar kekehan jisung
"Hahahaha 5 tahun? Hahahaha" tawa jisung
"Kenapa kau tertawa?! Tidak ada yang lucu di sini jisung!" Ucap orang tersebut dengan nada sedikit kesal
"Tentu ini lucu hyung, sangat-sangat lucu hahahaha, kau bilang tadi apa hyung? 5 tahun sudah cukup? Aku bahkan menderita selama hidupku hyung! 5 tahun tidak sebanding dengan 15 tahun mereka memperlakukan ku!" Tukas jisung
"Jisung aku tau ini sulit bagimu, tapi menurutku keadaan mereka sudah cukup buruk jie, keluargamu sudah hancur, itu semua karena mereka kehilangan mu, apa itu tidak cukup?" Ucapnya
"Apa menurutmu 5 tahun dengan 15 tahun itu sebanding? Tidak bukan?! Aku juga datang lagi ke kota ini bukan untuk masuk kembali ke kehidupan mereka apalagi menerima mereka kembali dalam hidupku, aku datang kemari hanya untuk diriku dan mama jiyeon jadi jangan coba coba sangkut pautkan aku lagi dengan mereka"
"Jie...ini bukan jisung yang aku kenal, jisung yang aku kenal anak yang manis, baik, dan..."
"Bukankah sudah aku bilang jika aku bukanlah jisung? Aku ini andy hyung, andy park anak tunggal dari mama jiyeon dan papa JB, aku tidak mempunyai hyung dan keluarga lainnya, keluargaku hanya mereka berdua" ucap jisung
"Jisung kau egois"
"Ha' aku? Egois hyung? Lebih egois mana dengan mereka?" Ucap jisung dengan nada parau
Di pastikan jika mata jisung sudah mulai berair dia bahkan terlihat seperti menahan isakan.
"Jie.."
"15 tahun aku dikucilkan oleh keluargaku! 15 tahun aku tidak pernah di anggap keberadaanya! 15 tahun aku di jauhi appa ku, 15 tahun aku di bully oleh hyung ku sendiri, aku di khianati sahabatku orang yang saat itu aku percaya bahwa dia satu-satunya orang yang tidak akan menyakitiku! Aku bahkan di jadikan alat balas dendam oleh eomma ku sendiri hyung! Apa itu bukan egois hah!"
"Dan kau bilang aku egois hyung? Aku bahkan tidak melakukan apa-apa sekarang! Aku juga tidak menganggu mereka bukan? Lalu dimana letak egois ku? Apa karena aku bersikap acuh pada mereka? Tapi bukan kah ini wajar?! Mereka bahkan bukan keluargaku sekarang! Apakah salah jika aku hanya mementingkan mama jiyeon dan papa JB?! Salah jika aku ingin bahagia dengan keluarga baruku hyung? Apa itu salah hyung?" Lirih jisung
"Maafkan aku jisung, aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya tidak mau kau jadi pedendam dan malah berakhir sep..."
Tutt... tutt... tutt...
Jisung mematikan teleponnya sepihak, menenggakan kepalanya ke atas berusaha sebis mungkin untuk tidak mengeluarkan air mata setetes pun untuk keluarganya itu.
"Tidak jisung, ingat kau jangan lemah! Jangan pikirkan perasaan mereka, karena mereka juga tidak memikirkan perasaan mu saat melakukan hal yang mereka anggap benar itu" gumam jisung menguatkan hatinya.
"Andy..." panggil jiyeon yang berjalan ke arahnya
Jisung segera merubah raut wajahnya menjadi senyum "ma, maaf andy lama, apa mama menunggu lama?" Tanya jisung
Jiyeon tersenyum dan mengelus pipi jisung "kemari anak mama sayang" ucap jiyeon menbawa jisung ke pelukannya.
"Mama kenapa?" Tanya jisung yang heran
Jiyeon menggeleng sambil mengelus punggung jisung dan kepala belakang jisung "mama tidak apa-apa, mama cuma berharap semoga kamu selalu bahagia"
Jisung melepaskan pelukannya lalu menatap wajah jiyeon yang nampak sendu.
"Mama kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya jisung
Jiyeon menggeleng "sayang...mama tau kamu kuat, mama tau kamu hebat, mama juga tau kalau anak mama yang satu ini sangat baik dan lembut hatinya, dy...ada mama disini, dy tidak sendiri" ucap jiyeon
"Maksud mama?" Tanya jisung
Jiyeon menunjuk hati jisung "kalau sesak dy boleh nangis kok, menangis sesekali tidak ada salahnya sayang"
Ucapan jiyeon membuat jisung mengerti, pasti jiyeon melihat dan mendengar semuanya.
"Maaf mama" lirih jisung
Jiyeon menggeleng lalu membawa jisung ke pelukannya kembali "tidak perlu minta maaf sayang, dy tidak salah kan sama mama" ucap jiyeon
"Dy rindu papa JB hiks hiks dy ingin peluk papa" rengek jisung
"Nanti kita VC papa JB ya, sekarang dy makan siang dulu oke, mama udah masakin dy banyak makanan kesukaan dy" ucap jiyeon
Jisung mengangguk lalu melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya. "Suapin ya mama" ucap jisung dengan suara parau
"Iya bayi besar nya mama, nanti mama siapin mpeng juga sekalian oke" ucap jiyeon terkekeh
"Mamaaaaaa" sebal jisung cemberut
"Hahahaha becandaa sayang, udah ayok! Nanti keburu dingin makanannya" ucap jiyeon mengajak jisung
"Umh" angguk jisung
Mereka berjalan beriringan ke meja makan.
"Maaf ma, maaf dy udah banyak bikin kesedihan di hidup mama, maaf dy belum bisa buat hati mama lega dan tidak terus khawatir sama dy, maafin dy ya ma" batin jisung
"Dy...ini yang mama takutkan saat kamu kembali ke kota ini, mama tidak mau kamu sakit dan drop lagi dy, tapi mama juga tidak mau egois mama tidak bisa berbuat apa apa disini dy, dulu mungkin mama akan perjuangkan kamu apapun yang terjadi agar tetap bersama mama, tapi jika bersama mama akan membuat kamu semakin sakit dengan rasa kehilangan lebih baik mama yang merelakan mu kan dy"
"Bukan karena mama tidak menyayangimu, mama terpaksa lakuin ini senua karena mama sangat sangat menyayangimu dy, mama tidak mau kamu semakin sedih nantinya jika bersama mama, mama sangat menyayangimu lebih dari nyawa mama sendiri, sungguh jika mama egois mama tidak akan pernah mau mengembalikanmu pada keluargamu"
"Dy...mama ingin bersamamu selalu tapi tuhan berkata lain, mama harap mama punya waktu agar bisa lihat dy bahagia, mama berharap saat mama tidak ada dy sudah bahagia ya sayang, maaf mama harus berdrama tentang beasiswa mu, maafkan mama dy, maaf..." batin jiyeon
Flashback ON
8 Bulan sebelumnya...
Seorang pria remaja datang menghampiri jiyeon di sebuah taman.
"Ada apa bi, kenapa bibi memanggilku kemari?" Tanya remaja tersebut
Jiyeon tidak berkata apa apa tapi dia memberikan secarik surat pada remaja tersebut.
"Apa ini bi?" Tanyanya
"Buka saja" ucap jiyeon membuat remaja tersebut langsung membukanya sampai menampilkan wajah kagetnya.
"B bi bibi kau..."
"Itu alasan saya kenapa tiba-tiba saya ingin membuat jisung kembali berbaikan dan memaafkan keluarganya" ucap jiyeon
"Bibi kau yakin? Akan sulit untuk jisung memaafkan mereka, kau tau sendiri jika aku membicarakan keluarganya jisung akan selalu kesal dan..."
"Maka dari itu bantu saya! Saya sakit, Saya tidak bisa bersama jisung selamanya, saya tidak ingin memberi jisung kesedihan jika pada nantinya saya akan pergi meninggalkan dia" ucap jiyeon sedikit meninggikan nadanya dengan bergetar
"Tolong hiks, saya hanya mau anak itu bahagia, saya hanya ingin dia ceria dan satu satunya yang bisa bantu saya ya kamu, saya tidak ingin jisung jadi pemurung kembali saat kehilangan seseorang lagi" tutur jiyeon
"Tapi bi, kalaupun jisung kembali ke keluarganya bukan berarti dia akan bahagia juga saat bibi pergi, dia pasti akan tetap sedih saat itu terjadi, bi ayo kita obati saja penyakit bibi" ajak remaja itu
"Terlambat, penyakitku sudah parah hiks saya tidak bisa buang buang waktu dan uang saya hanya untuk menyembuhkan penyakit saya sendiri, biaya untuk kesembuhan jisung itu lebih penting dari pada saya" ucap jiyeon
"Bibi tenang saja masalah biaya biar aku yang tanggung asal bibi mau sembuh dan berjuan bi" ucapnya
Jiyeon menggeleng "tidak bisa hiks ini sudah parah waktu saya tidak banyak, saya tidak tau kapan saya akan pergi hiks jadi tolong saya, tolong bantu saya untuk mendekatkan jisung pada keluarganya kembali, setidaknya jika saya pergi maka jisung ada keluarganya yang menjaganya" ucap jiyeon
"Bi...."
"Saya mohon, hanya kamu satu satunya harapan saya" pinta jiyeon
Remaja itu seperti berfikir lalu menganggukan kepalanya sedikit ragu "baiklah bibi, aku akan usahakan itu semua, aku akan atur semuanya agar terlihat alami supaya jisung tidak curiga, nanti aku akan arahkan pada bibi semuanya" ucapnya
Jiyeon tersenyum lalu mengangguk "terimaksih, terimaksih banyak"
Flashback OF
*
*
*
Jangan lupa vote dan comment 🥰
See you 👋🏻
Thank you 🙏🏻💚