PENGASUH

By Cratelius

150K 13.8K 1.2K

[Completed] Pusat organisasi pembunuh bayaran telah terbongkar dan menjadi buron oleh negara. Salah satu caba... More

Note;
Prolog
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
End

5

3.9K 336 15
By Cratelius

Cewe anjing

*

"Bisa gila gue lama-lama ngurus tu anak!"

Kathrina meletakkan kaleng soda miliknya di atas meja, lalu menatap adiknya yang merosot dari atas sofa, mengeluh atas pekerjaan barunya.

"Kenapa sih? Kayak berat banget,"

Adel mendelik sinis pada Kathrina, ia kembali membenarkan posisi duduknya dan mengarahkan tubuhnya pada Kathrina. "Anak yang gue jaga benar-benar gila, Tin!"

Kathrina tertawa tipis, mengambil kaleng soda baru dan membukanya. "Lebay," ledek Kathrina, lalu meneguk soda itu hingga tersisa setengah.

Adel mengerucutkan bibirnya, kesal dengan respon sang kakak atas keluhannya yang di anggap sepele. Kini ia beralih pada sang adik, yang sibuk memainkan ponselnya sembari tersenyum.

"Zeee!"

Azizi mengalihkan pandangannya, melirik Adel yang hendak memeluk dirinya. Dengan reflek cepat, Azizi menggeser tubuhnya, membuat Adel menjoros memeluk angin.

"Dih, apaan sih?"

Adel mendengus kesal, untuk kedua kalinya ia membenarkan duduknya sembari menatap sinis pada Azizi. "Lo berdua jahat banget sih sama gue, giliran gue mau curhat aja ga pernah diladeni," keluh Adel sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Iya iya, kenapa?" Tanya Kathrina dan Azizi hampir berbarengan, mengalihkan atensi mereka untuk fokus pada Adel yang ingin bercerita.

"Jadi kenapa, Del?" Kathrina meneguk kembali sodanya hingga habis, lalu menaruhnya di atas meja.

"Lo berdua tau kan, kalau gue kemarin jadi pengawal anak orang kaya buat pergi prom night di sekolahnya?" Tanya Adel sebelum memulai ceritanya, membuat kedua saudarinya mengangguk.

Adel menarik napasnya, lalu mengingat kembali kejadian yang membuatnya kesal dan gila. "Gue di cium sama klien gue." Kathrina dan Azizi melongo mendengarnya, sedikit shock dengan cerita Adel yang tiba-tiba di cium. Seorang Adel? Di cium?!

"Lo– di cium? Kok bisa?" Tanya Azizi mulai tertarik dengan cerita sang kakak. Kathrina ikut mengangguk penasaran dengan kelanjutan ceritanya. "Cewe atau cowo?"

"Harus ya gue kasih tau?" Adel mendengus kesal atas pertanyaan Kathrina, membuat sang kakak hanya nyengir kecil. "Kali aja, kan?"

"Dia cewe," lirih Adel.

"Ouhhh!" Azizi tersenyum sembari memundurkan tubuhnya, membayangkan Adel yang mengaku tidak menyukai perempuan, di cium oleh seorang perempuan.

"Nice type, gurl!" Sambung Kathrina dengan cengiran tipis, menatap Azizi lalu berganti pada Adel. Wajahnya merah, malu atas apa yang ia ceritakan.

"Kok bisa ciuman?" Tanya Azizi, mencoba membuka asal usul cerita itu. Adel menyandarkan tubuhnya dengan kasar. "Tapi kalian janji jangan ngeledek gue, ya?"

Kathrina dan Azizi mengangguk dengan senyum tipis.

"Iya—"

---

"Nama kamu Adel doang?" Tanya seorang gadis yang sedang menyisir rambut panjangnya. Manik hitamnya melirik ke pojok cermin yang ada di depannya, melihat pantulan Adel yang berdiri menjaga dirinya dari belakang.

Adel mengangguk kecil, memberi jawaban iya pada orang yang ia jaga saat ini.

"Aku kasih nama panjang, ya?"

Adel menggeleng. "Ga perlu—"

"Aku kasih nama kamu Adel milik Ashel," ucapnya memotong penolakan Adel. Perempuan itu tersenyum, masih sibuk dengan urusan rambutnya. "Bagus, ga?"

Adel mengangguk, tak ingin memperpanjang urusan ini.

Pagi tadi, Bu Boss memanggilnya. Adel diberi tugas oleh Gracia untuk mendampingi seorang anak dari keluarga kaya yang tidak di kenal untuk pergi ke prom night di sekolahnya.

"Udah cantik?" Tanya Ashel, sembari berdiri. Ia tersenyum menatap Adel, menunggu sebuah pujian terlontar dari mulutnya.

Adel mengangguk lagi. "Cantik," jawabnya, membuat Ashel tersenyum lebar mendengarnya.

Gadis itu melangkah menuju lemari, mengambil sebuah dress hitam dan menaruhnya di atas kasur. Ia tersenyum tipis, lalu melepaskan bajunya dan melemparnya sembarangan.

Kini, gadis itu telanjang bulat. Membuat Adel mengarahkan pandangannya ke bawah.

"Jagain aku! Nanti kalau ada yang menyusup gimana?!" Tegur Ashel melihat penjaganya yang menundukkan kepala. Mau tak mau, Adel mengangkat kembali kepalanya, menatap dengan lurus, mencoba menghindari kontak mata dengan pemandangan vulgar yang ada di dekatnya.

Ashel menahan tawanya, lalu berjalan melewati pandangan Adel. Otomatis gadis itu menutup matanya. "Nona, rasanya kurang pantas berjalan-jalan di dalam kamar dengan kondisi telanjang," tutur Adel mencoba menegur kelakuan kliennya itu.

"Jangan panggil aku nona,"

Adel mengangguk kecil, matanya masih tertutup. "Iya, Ashel. Tolong pakai bajunya! Sebentar lagi acara akan dimulai, jangan sampai kamu telat." Tak ada jawaban, perlahan Adel membuka kelopak matanya, dan terkejut melihat wajah Ashel yang sudah berada dihadapannya.

Dengan gerakan cepat, gadis itu mencium pipi Adel dan bergegas mundur. Ia tertawa kecil lalu berjalan menuju dress hitamnya yang ia taruh di atas kasur. "Kamu lucu, Adel milik Ashel."

"Nama saya cuma Adel," protes Adel dengan nada datar.

"Tapi aku maunya Adel milik Ashel, tuh! Gimana dong?"

-

"Yaelah! Pipi doang!" Keluh dua saudari itu setelah mendengar cerita dari Adel.

"Kok kalian kayak kecewa gitu, sih?!"

"Kirain di bibir," ucap Kathrina tidak semangat, ia menyandarkan tubuhnya kecewa dengan cerita Adel yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.

"Dih, gue normal, ga kayak lo berdua!" Adel berdiri, memungut beberapa kaleng soda kosong yang ada di atas meja, membawanya pergi masuk kedalam dapur, meninggalkan dua saudarinya di ruang tengah.

Azizi menatap Kathrina, kakaknya terlihat bengong menatap langit-langit. "Segitu kecewanya, Tin?" Ledek Azizi membuat Kathrina buyar dari lamunannya.

"Kagak, gila!" Sanggah Kathrina, gadis itu kini memposisikan duduknya dekat dengan Azizi. "Gue rindu sama orang deh," ungkapnya sembari menyandarkan kepalanya pada bahu tegap Azizi.

"Rindu Freya?"

"Gak lah, masa gue kangen sama mantan lo."

Azizi melempar senyum tipisnya. "Trus kangen siapa?"

"Lo tau anaknya keluarga Samuel ga?" Azizi mengangguk, siapa juga yang tidak tahu dengan anggota keluarga itu.

"Brigitta Samuel?"

Kathrina mengangguk. "Gue kangen dia," ucapnya sembari membayangkan bibir gadis itu. "Kemarin gue ketemu dia di kuburan, tapi kayaknya dia ngambek deh sama gue."

Azizi mengerutkan keningnya. "Ngambek? Kenapa?"

"Karna ga gue cium,"

Azizi terdiam sebentar, mencoba mencerna jawaban dari Kathrina. Kening gadis itu mengerut kembali, menunjukkan ekspresi heran sekaligus kaget.

"Tin–?!"

-

"Banyak banget minum nya, kak?" Tanya Aldo sembari mengunyah ayam goreng di dalam mulutnya.

"Punya Atin," jawab Adel lalu membuang semua kaleng itu kedalam wadah sampah. Gadis itu melirik sang adik, lalu duduk disebelahnya. "Lo inget nama panjang gue ga?"

Aldo menggeleng. "Yang gue inget nama lo cuma Adel, sih." Adel menghela napas, tangannya dengan pelan memukul kening, mencoba mengingat nama panjang miliknya.

"Kok tiba-tiba pengen inget?" Tanya Aldo, sembari mengemut jemarinya yang terkena bumbu ayam. Adel menggeleng pelan, lalu berdiri.

"Penasaran aja."

Gadis itu berjalan keluar, lalu melirik Kathrina dan Azizi yang tampaknya sedang mengobrol serius di ruang tengah. Membuat dirinya memilih untuk berjalan menuju kamar.

Cium aku Del! Aku ga tahan!

Adel memukul pintu kamar hingga terbuka, tangannya mengepal dengan kuat hingga kuku-kukunya melukai telapak tangan.

"Cewe anjing!"

Adel merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya tertutup dengan erat, mencoba untuk melupakan ingatannya tentang gadis itu.

Del buruan, panas!

Adel menggigit bibir bawahnya, ia mengambil bantal dan menutup wajahnya.

"Brengsek!"

-

"Raizan mana?" Tanya Kathrina, menyadari salah satu kursi di meja makan mereka kosong.

"Dapat tugas," jawab Aldo sembari menyendok satu centong penuh ke atas piringnya. Kathrina membulatkan bibirnya menanggapi jawaban Aldo. Kini manik Kathrina beralih pada Azizi, gadis itu sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Makan dulu!" Tegur Kathrina, membuat atensi Azizi beralih pada sang kakak. Gadis itu tersenyum kucing, lalu menaruh ponselnya di atas meja.

"Chat sama siapa sih? Seneng banget keliatannya," tanya Aldo, kepo dengan alasan kakaknya yang dari tadi fokus dengan benda pipih itu.

Azizi menggeleng kecil. "Bukan siapa-siapa," jawabnya, tangan Azizi kini sudah sibuk mengambil lauk yang ada di hadapan.

"Marsha, ya?"

Tangan Azizi goyang, menjatuhkan sepotong ayam dari sendoknya, membuat Aldo berteriak kaget dan sedih melihat makanan kesukaannya terbuang mubazir.

"Akhh, tidak! Ayam goreng gue!"

Kathrina tersenyum, bangga dengan tebakannya yang benar. Azizi tidak menjawab, ia kembali mengambil ayam yang baru dan menaruhnya di atas piring.

"Udah sampe mana progres nya, Zee?" Tanya Kathrina, memancing Azizi untuk membeberkan proses PDKT-nya.

Azizi menggeleng pelan, dengan bibirnya yang menyulam senyum tipis.

"Kalian bisa ga usah bahas cewe di meja makan, ga?" Protes Adel sembari membanting sendok nya di atas piring. Gadis itu mendorong kursinya dan berdiri, berjalan pergi meninggalkan ruang makan.

Kathrina, Azizi, Aldo, dan Sello saling bertukar pandang. Berhasil di buat terkejut dengan Adel yang tiba-tiba berubah sifat.

"Puber kali," celetuk Aldo

Kathrina menatap Azizi. Adiknya mengangguk dan berdiri dari tempat duduk, menyusul Adel yang sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Kalian brantem, kak?" Tanya Sello pada Kathrina, penasaran dengan apa yang terjadi.

"Gue harap engga, sih"

Di sisi lain, Azizi sudah berdiri di depan pintu kamar Adel. Tangannya dari tadi mengetuk, menunggu respon dari dalam yang tak kunjung bersuara.

"Del, buka!"

Gadis itu menghela napas, kembali ia mengetuk pintu itu dengan kuat. Nyaris terdengar hingga ke dapur.

"ADEL! BUKA!"

Azizi mundur selangkah, mencari ancang-ancang untuk mendobrak pintu itu.

Dengan tenaga kudanya, Azizi berlari menghunuskan bahu kirinya pada pintu. Namun sayang, saat tubuhnya mendekat, pintu itu terbuka. Membuat Azizi terjatuh menjurus ke lantai.

Adel terkejut, melihat Azizi yang tiba-tiba jatuh di depan pintu kamarnya. "Lo ngapain, Zee?"

Azizi membalikkan badannya, menatap kesal Adel dari bawah.

"Anjing lo!" Maki Azizi sembari berusaha berdiri. Adel menarik tangannya, membantu sang adik untuk berdiri.

Azizi menepuk lutut dan sikunya lalu duduk di atas kasur Adel. Ia menatap kakaknya dengan tatapan mengintrogasi, butuh penjelasan untuk meluruskan kejadian yang barusan terjadi di dapur.

Adel menutup pintu kamarnya, lalu duduk di kursi yang ada di sana.

"Ceritain," ucap Azizi dengan nada memaksa.

Adel menggeleng.

"Kita udah sepakat dari dulu, untuk ga menyembunyikan apapun, iya, kan?"

Adel menghela napasnya lalu menyandarkan tubuhnya, manik hitamnya terpejam, memutar memori tentang hal yang terjadi malam kemarin.

---

"Nona, Ibunda berpesan untuk tidak terlalu banyak minum!" Tegur Adel, tangannya merebut gelas kecil berisi alkohol itu dari tangan Ashel.

"Its Acell! Not nona!"

Adel memutar bola matanya, lalu menaruh gelas kecil itu di sembarang meja.

Gadis ini mabuk. Adel menarik lengan Ashel menuju toilet, hendak membasuh wajahnya agar sedikit sadar.

Di dalam toilet, ada seorang perempuan yang sedang membenahi riasan wajahnya di depan cermin wastafel. Ia terkejut, melirik Adel yang sedang menarik Ashel masuk ke dalam toilet.

Adel menundukkan kepalanya sekilas, memberi sapaan pada gadis itu lalu menarik Ashel masuk lebih dalam menuju wastafel. Mulut gadis itu meracau, mengatakan banyak hal yang tidak jelas.

"Mabuk?" Tanya gadis itu sembari membasuh tangannya.

Adel mengangguk meresponnya, ia sendiri tak habis pikir. Kenapa ada alkohol di dalam acara sekolah ini?!

Ashel muntah, membuat atensi Adel dan satu orang lagi beralih padanya.

Huekk!

Adel mengernyitkan keningnya, menatap jijik pada sisa makanan gadis itu mengalir di wastafel.

"Kasih ini," ucap orang itu sembari menyodorkan sebuah botol kecil berisi cairan putih.

Adel menggelengkan kepalanya, menolak pemberian gadis itu. Namun, Ashel dengan cepat mengambilnya dan meneguknya hingga habis.

"Akh! Angett!"

Adel menepuk dahinya, bisa-bisanya Ashel menerima dan meminum pemberian dari orang yang tak dia kenal.

Gadis itu tersenyum, lalu berjalan pergi keluar dari tolet. Meninggalkan Adel dan Ashel berdua disana.

Adel menghela napasnya, lalu menyalakan salah satu keran yang ada, tangannya menyatu dan menampung air untuk membasuh wajah Ashel.

Tapi, tubuhnya terdorong, hingga air yang ia tampung tumpah semua.

Ashel berkeringat, ia menempelkan tubuhnya pada Adel, sesekali menggesek area sensitifnya pada salah satu paha Adel.

"Adel, panas!"

Adel mendorong gadis itu menjauh, ia melirik botol air yang di minum Ashel tadi.

"Cewe tadi— anjing!"

Adel hendak mengejarnya, namun ia urungkan niatnya. Melihat Ashel yang sibuk membuka dress hitamnya, membuat Adel takut ada yang melihat.

Pintu depan toilet terbuka, terdengar suatu rombongan masuk ke dalam. Membuat Adel dengan cepat menarik Ashel, masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

Tubuh mereka terhimpit, menempel satu sama lain tanpa ada jarak.

Ashel masih menggeliat, menggesek area bawahnya pada Adel. Gadis itu terus meracau sambil sesekali mendesah meminta Adel menjamah tubuhnya.

"Cium aku, Del! Aku ga tahan–"

.
.
.
.
.

Ashel's prom night dress

Continue Reading

You'll Also Like

279K 23.5K 31
"What is soulmate?" "Well.. it's like a best friend but more.."
154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.5M 110K 41
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy ya...
157K 9.2K 28
Hanya cerita klise antara benci jadi cinta antara mba kulkas sama bokem