GENOZEL

By SkyBlueee14

291 8 0

{DI HARAPKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} *** "Gue yang terlalu bodoh, atau lo yang gak punya hati?" *** Sisw... More

Prolog
Genozel-1
Genozel- 2
Genozel- 3
Genozel- 5
Genozel- 6
CAST GENOZEL

Genozel- 4

8 1 0
By SkyBlueee14

Maaf guys kalau masih ada salah dalam penulisan tanda baca, atau penulisan kata :):)

Jangan lupa vote + komen nya yaa!!🙏🏻 Share juga yuk ke teman-teman kalian...

HI! I'M BACK!

MARHABAN YA RAMADHAN SEMUANYA

Absen dulu yuk!!🖐🏻

Happy reading! Enjoy!

***

"Haduh, lama banget si ni kepsek pidatonya!" keluh Gemi, sesekali megusap keringat yang bercucuran di dahinya. Tak sedikit juga murid yang mengeluh seperti Gemi.

Ya, hari senin merupakan hari yang memuakan bagi sebagian murid. "Bilangnya mau menyampaikan sedikit kata. Heleh! Ini mah udah jadi satu makalah." Nilo menggerutu, membalas ucapan Gemi. 

Nilo mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lapangan, ia memperhatikan teman seangkatan dan juga kakak kelasnya. "Ternyata kakak kelas gue cakep-cakep juga ya, kemana aja jir gue," bisik Nilo pelan.

Elsa yang di sebelahnya berdecak pelan, "Mana ada cakep, kayak jamet semua gitu." Nilo mengerutkan dahi tak suka, "Enak aja lo! Noh lo liat arah timur laut. Behhhh, tinggi, keker, mancung begitu. Nikmat mana lagi yang kau dustakan."

Nilo lebih mementingkan melihat cogan di sekelilingnya, dari pada memperhatikan kepsek yang sedang memberi amanat di depan. "Eh, wait! Itu bukannya kak Hanz ya?" ucap Nilo setengah berbisik.

Gemi yang berada di depannya sontak mengedarkan pandangan. Dan benar, ia menemukan Hanz tengah berdiri di belakang berjajar bersama teman-temannya sambil mengangkat sebelah kaki. Entah apa yang laki-laki itu lakukan hingga di hukum seperti itu.

Tak sengaja pandangan Gemi dan Hanz bertemu. Gemi yang ditatap pun tersipu malu dan memutuskan kontak mata dengan Hanz. Hanz, tersenyum kecil melihat tingkah Gemi, "Lucu" ucapnya dalam hati.

"Heh! Kamu ngapain senyum-senyum kayak gitu!" tegur pak Zen, selaku guru olahraga yang masuk ke dalam jajaran guru killer. Hanz tersentak kaget, "Ga-gapapa pak."

"Lo kenapa si Hanz? Aneh banget senyum-senyum sendiri kek orgil tau gak?" bisik Putra sepelan mungkin, sambil sesekali mengawasi pergerakan pak Zen si guru killer.

"Gapapa" sahut Hanz, singkat.

"Bohong lo, ga mungkin cok dia senyum-senyum tanpa alasan." balas Damar.

"Kalo gue bilang abis liat bidadari lo pada percaya?" 

*** 

Suasana kelas 10 ips 1 sedang ramai-ramainya, dikarenakan jam pertama guru yang bersangkutan tidak dapat hadir, karena sedang dinas luar kota. 

"WOYYY LO SEMUA BOLEH MAIN, ASAL GA BERISIK YA JIR!" ucap Hilmi kesal. Sudah ke 5 kalinya dia memperingati agar tidak berisik, karena bisa mengganggu kelas lain yang sedang belajar. Tapi yang dia dapatkan sama saja. Hilmi berfikir dosa apa yang dia perbuat di masa lalu, sehingga dapet temen modelan fira'un semua. 

"Diem cok, kasian itu temen kita. Muka nya kek naber." sahut Ade. "Mending kita mabar aja sini Mi. Gue jadi roamer. Lo terserah deh, mau nana jungler, mau estes goldlane, terserah lo." ajak Galang. "Gue join dong ges." sahut Hasan, yang berada di basis depan. "Sini san, pas nih ber lima sama didi."

Efendi Putra, yang kerap di sapa didi mengerutkan dahi bingung, "Kok gue?"

"Iya Di, lo wajib ikut cok! Kita butuh jungler terkuat di muka bumi," ucap Galang di sebelahnya. "Ayolah Di, kita butuh lo banget ni," sahut Ade dengan tampang memelas. "Gue mau ikut kalo Didi ikut," sahut Hilmi di depannya. Didi menghela nafas lelah, "Yaudah, gue ikut."

"Nah, gitu dong. Ini baru bestie gue," ucap Galang, sambil merangkul Didi.

Di sisi lain, ciwi-ciwi pada asik dengan obrolan nya masing-masing. Ada yang di bangkunya masing-masing, ada yang di pojokan kelas sambil tidur-tiduran, ada juga yang duduk di depan kelas.

Entah, topik apa yang mereka bicarakan,  berbagai macam ekspresi di tunjukan oleh raut wajah mereka. Sama seperti yang sedang di lakukan Gemi, Elsa, dan Nilo, yang saat ini berkumpul di bangku Gemi. 

"Aduh males banget deh gue, abis ini kelasnya pak Zen," ucap Nilo. "Emang hari ini ada mapel olahraga?" tanya Elsa, bingung. Nilo seketika bangkit dari posisi bersandarnya, "Jangan bilang lo lupa sama tuh pelajaran?!" Elsa seketika panik, "Eh anjir, gue ga bawa baju olahraga lagi. Gue kira besok pelajarannya." 

Gemi menggelengkan kepalanya, pusing dengan kelakuan Elsa. "Ga ikut-ikutan deh gue kalo masalah pak Zen. Lo kok bisa-bisanya lupa? Tau sendiri pak Zen se killer apa." Elsa mengerucutkan bibirnya, "Namanya juga lupa Gem."

"Trus ini gue gimana ya?"

Nilo menjentikan jarinya sambil tersenyum, "Gue punya ide." Gemi dan Elsa menatap satu sama lain, "Apa?" Nilo mendekat ke arah mereka berdua, "Gimana kalo lo pura-pura sakit aja Sa? Lo ga usah ikut tuh mapel. Diem aja di UKS." Nilo menaik-naikan alisnya, merasa bangga dengan saran yang diberikannya.

Elsa tersenyum cerah, "Aaa, bagus juga ide lo Nil. Kuda nil." Nilo mendatarkan ekspresinya, "Yeh, sialan lo, dasar frozen.

Gemi menimang-nimang ucapan Nilo, "Ide lo si boleh juga Nil, tapi masalahnya hari ini kita pengambilan nilai. Lo ga lupa kan?" Nilo sontak memelototkan matanya, terkejut, "Anjir!! Iya juga! Gue juga lupa!" Elsa mengacak-ngacak rambutnya, frustasi, "ARGGHH, TRUS GUE GIMANA DONG?!"

"Wait, bukannya lo punya temen di kelas sebelah ya Sa?" tanya Gemi. "Mereka kalo ga salah sekarang lagi jam nya pak Zen deh. Gimana kalo lo pinjem aja baju sama dia?" lanjutnya. "Tapi bau keringet ga si jir, abis di pake olahraga, " sahut Nilo.

"Ya sekarang lo pilih aja, mau ngamanin nilai apa engga." Elsa berpikir keras dengan saran yang diberikan Gemi, "Hmm, yaudah deh demi nilai, nanti gue pinjem ke sebelah."

***

"SEMUANYA SEKARANG PUSH UP! 20 kali!" bentak Pak Zen. "UNTUK YANG PEREMPUAN, SIT UP! 10 kali," sambungnya. Mereka hanya bisa menghelas nafas pasrah. Mereka melupakan satu fakta, bahwa pak Zen salah satu guru yang sangat on time, dan tidak mentolerir keterlambatan satu menit pun. 

Ade menggerutu kesal, "Pilih kasih jir tuh guru," untungnya posisi dia berada di barisan paling belakang, jadi tidak akan terdengar oleh pak Zen. "Biasalah, cewe selalu dapet keringanan," ucap Hilmi disampingnya.

Didi yang mendengar obrolan mereka berdua menyahut, "Ya mau gimana, masa lo berdua mau nyamain fisik cewe sama cowo. Terima aja." Gilang yang mendengar ucapan Didi melotot tak percaya, "Serius Di lo ngomong begitu? Kesambet apaan lo?" Didi memutar matanya malas.

Disisi lain, "Anjing, padahal bukan salah kita. Kenapa kita ikut dihukum juga," omel Nilo sambil berbisik. "Sttt, Nilo nanti pak Zen denger! Gue ga mau ya di tambahin lagi hukumannya!" sahut Elsa sambil terus melakukan sit up.

Para ciwi-ciwi pun melaksanakan hukumannya dengan berat hati, sangat berat hati Catat itu! Beberapa dari mereka memang tidak suka yang namanya pelajaran olahraga, karena melelahkan.

Setelah beberapa menit berlalu, mereka selesai melaksanakan hukuman. Mereka pun mencari tempat duduk di pinggir lapangan, mengistirahatkan tubuhnya masing-masing. "Baik, sekarang kita mulai pengambilan nilai lari estafet." Pengambilan nilai di ambil berdasarkan urutan absen. Lagi dan lagi, laki-laki dan perempuan di pisah. Dan yang pertama kali mengambil nilai adalah laki-laki. 

"Didi! Semangat!"

"Didi i lop u tomattt!!"

"Didi mau aku lap in gak keringetnya?!"

"Didi jangan cakep-cakep bisa gak?"

"Ih anjir berisik banget si mereka!" kesal Elsa, kupingnya panas mendengar teriakan siswi kelas sebelah yang menyerukan nama teman sekelasnya itu. "Maklum lah, primadona seangkatan." sahut Nilo. Gemi menatap tak percaya, "Hah serius? Didi? Primadona seangkatan?"

Nilo mengangguk mantap, "Masa lo pada gatau si." Elsa menggeleng, "Lagian, cakepnya dimana sih si Didi?" Nilo melotot tak percaya,"WHAT?! Coba lo ulangin? Tadi lo ngomong apa? Cakepnya dimana?" Elsa mengangguk. "Buta mata lo Sa?!?!?" ucap Nilo setengah berteriak. 

Elsa termenung, "Ya iya sih dia sedikit cakep, tapi mukanya babyface banget jir. Kayak bocah, kurang banget menurut gue Mil!" Gemi menatap Elsa, "Buseh, terus yang menurut lo cakep banget tuh yang gimana Sa?"

Elsa tersenyum manis sambil membayangkan wajah seseorang. "Lah, stress nih bocah, malah senyum-senyum gak jelas." ucap Nilo sambil menggelengkan kepala, ngeri melihat temannnya tersenyum sendirian. 

"Apa sih!" sahut Elsa sebal. "Gue tuh lagi bayangin kak Damar. Menurut gue tuh definisi cowo ganteng ya kayak dia." lanjutnya. "Loh, kak Damar? Lo suka sama kak Damar?" tanya Gemi, penasaran.

Elsa menggeleng cepat, "Enggak! Apa sih lo!" "Gue cuma mengaggumi dia aja, lumayan buat cuci mata." Nilo memincingkan mata curiga, "Bohong ya, awas aja lo suka sama kak Damar. Dia tuh salah satu cowo yang masuk list gue!"

"Apa si lo, ngapa jadi gue!" ucap Gemi tak terima. 

"Tenang Nil, gue ga bakal nikung. Lo tau sendiri, cinta gue cuma buat Mark Lee." ucap Elsa dengan santai. "Ah, elo mah kpop mulu. Kapan sih sehari aja ga bahas cowo halu lo itu," ucap Nilo dengan malas.

"Gabisa. Mark Lee harga mati," sahut Elsa. "Udah-udah, noh giliran kita ngambil nilai."  lerai Gemi. Mereka pun bersiap untuk melakukan pengambilan nilai.

***

Jam kosong di kelas 11 IPA 1 membuat Hanz, dkk memilih untuk keluar kelas. Mereka membolos ke kantin, untuk mengisi perut. Kebetulan sehabis jam pelajaran ini adalah jam istirahat. Sepanjang koridor beberapa siswi menyapa ketiga laki-laki yang sering menjadi perbincangan di kalangan siswi-siswi. 

"Halo kak Hanz!"

"Kak Hanz mau kemana nih?"

"Kak Damar, makin ganteng aja!!"

"Kak Damar, Kak Hanz, follback instagram dong!"

Dan masih banyak lagi, sapaan-sapaan dari siswi yang mayoritas adik kelasnya itu. "Ini ga ada yang mau nyapa gue?" tanya Putra. Pasalnya sepanjang jalan, yang di sapa adalah 2 temannya tersebut, padahal jika dilihat-lihat, ia tak kalah tampan dari kedua temannya.

Putra menghentikan langkahnya, dan menatap ke arah adik-adik kelasnya. "Woy serius banget nih lo semua ga mau nyapa gue? Gue ga kalah ganteng loh dari mereka berdua," ucapnya dengan percaya diri.

"Sorry kak, lo jelek." ucap salah satu siswi, dan langsung pergi setelah mengatakan hal tersebut.

"ANJ-" ucapan Putra tertahan lantaran Hanz, langsung menarik tangannya menuju kantin. Damar menggeleng pelan, lelah melihat kelakuan abstrak temannya itu. Di pertengahan mau masuk pintu kantin, Hanz tak sengaja melihat satu perempuan yang sedang melakukan pengambilan nilai.

Ya, siapa lagi kalau bukan Gemi. Ia pun berhenti sejenak untuk melihat objek yang akhir-akhir ini sedang ia pikirkan. 

"Woy! Ngapain lo berenti di sini? Kesambet lo?" ucap Putra mengaggetkan Hanz. Hanz berdecak pelan, "Ganggu aja lo!" ucapnya dan langsung melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Aku salah apa ya kak?" ucap Putra bingung dan mau tidak mau ikut menyusul Hanz dan Dmar yang sudah berjalan duluan di depannya.

***

Kringggg!!!

"Akhirnya, istirahat juga," ucap Gemi sambil mengusap keringat yang membasahi dahinya. "Iya nih, dah ga betah gue make baju olahraga." sahut Elsa sambil mengipasi wajahnya yang terlihat memerah akibat sinar matahari. "Mau ganti baju dulu atau ke kantin dulu guys?" tanya Nilo. 

"Kantin!" "Ganti baju!" jawab Gemi dan Elsa berbarengan. 

"Duh, pusing gue. Jadi kemana dulu nih?" tanya Nilo lelah. 

"Plis kantin dulu beli minum, gue hauss bangett. Nanti baru langsung ganti baju," ucap Gemi memohon. "Yaudah deh gue ngalah, kantin aja dulu. Beli minum juga ga lama." ucap Elsa. 

"Yes, tengkyuu ayangkuuu." Gemi memeluk Elsa gemas. "Iya-iyaa, udh sono jangan peluk-peluk gerah anjir!" Elsa mendorong Gemi pelan, untuk menjauh dari tubuhnya yang sangat lengket akibat keringat. 

***

Suasana kantin sangat ramai. Gemi menatap antrian panjang didepannya dengan malas, "Kapan si nih kantin sepi. Keknya sekolah kita harus nambah kantin baru deh," Elsa menangguk setuju, "Bener Gem! Biar kayak di novel-novel. Ada kantin khusus kelas 10, 11, 12 gitu."

Nilo memutar mata malas, "Kebanyakan baca novel lo! Hati-hati ga bisa bedain mana dunia asli mana dunia fantasi!" Elsa memberengut kesal mendengar ucapan Nilo.

Tak lama datanglah siswa berpakaian culun? ntahlah, kelihatannya seperti itu. Namun, siswa tersebut tidak memakai kacamata tebal seperti di novel-novel yang Elsa baca.

Gemi, Elsa, dan Nilo pun serentak memasang raut tanda tanya. Pasalnya, laki-laki tersebut berhenti di hadapan mereka bertiga. Lebih tepatnya di hadapan Gemi. 

"E-ehmm, Gemi ya?" tanya laki-laki tersebut dengan gugup.

"Iya. ada apa ya?" Tanya Gemi bingung. "Wait, lo didit kan? Anak IPS 3?" lanjutnya memastikan.

"I-iya Gem."

"Kok lo bisa tau dia Gem? Kenal?" tanya Elsa penasaran. "Enggak, cuma pernah denger aja si. Gini-gini gue juga tau anak-anak seangakatan kita kali." sahut Gemi. "Ohh, Didit yang terkenal cupu itu ya?" ucap Elsa dengan polos. Nilo menepuk jidatnya, "Dasar guoblokkk,"ucapnya pelan.

"Ekhm, btw ada apa ya Dit?" Gemi memutus ke akward an yang terjadi di antara mereka berempat. "Ini Gem, ada titipan." Didit memberikan sebotol air mineral dingin, yang sudah sejak tadi ia pegang.

"Buat gue?" Didit mengangguk cepat. "Loh, buat Gemi doang? Buat kita mana?" tanya Elsa. Nilo menyenggol lengan Elsa pelan, mengisyaratkan untuk diam.

"Dari siapa?" tanya Gemi penasaran. 

"Dari kak Hanz, Gem." setelah mengucapkan itu, Didit pun langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.

Gemi termenung mendengar jawaban Didit, "Kak Hanz? Ada apa ya dia tiba-tiba ngasih gue air." pikirnya. 

"Lo lagi pdkt sama kak Hanz ya Gem?" tanya Elsa menelisik.

"E-nggak, gue aja cuma kenal sebatas nama." sahut Gemi. 

"WAHHHH, FIX INI MAH. DIA SUKA ELOOO GEM!" ucap Nilo dengan heboh.

"Hah? Masa sih? Dia suka gue?" ucap Gemi dalam hati. "Lagian mana ada ya cowo jaman sekarang effort begitu, kalo ga ada apa-apa." lanjut Nilo., yang semakin membuat Gemi kepikiran. 

***

"Cowo effort, berarti ada sesuatu."

***

Di bulan ramadhan ini kayaknya aku mau usaha in lanjutin dikit-dikit cerita ini...

Cuma ga bisa mastiin update nya kapan aja huhu...

Yang pasti aku akan update malem-malem ya gess, biar ga ganggu waktu puasa kalian xixi

26/3/2024

Continue Reading

You'll Also Like

110M 3.4M 115
The Bad Boy and The Tomboy is now published as a Wattpad Book! As a Wattpad reader, you can access both the Original Edition and Books Edition upon p...