SISI LAIN YESSICA (END)

By renehyun29

82.8K 8.7K 346

Dibalik sikap dinginnya ternyata dia adalah sosok wanita terlembut. Dengan pesona pemilik gummy smile itu nya... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
part 36
Part 37
Part 38
😭😭😭
Part 39
Part 40
Part 41

Part 27

1.8K 251 13
By renehyun29

Pov Chika

Berawal dari rasa yang tak nyaman dimalam itu, malam di mana aku menginap di mansion milik keluarga Zee. Sebelumnya mama Shani bilang gaun pernikahanku biarkan dia saja yang membuatnya. Tentu saja aku sangat amat senang akan hal itu, terutama mami ku. Kalian pasti tau betapa sukanya beliau dengan desain gaun yang mama Shani rancang.

Bahkan orang yang paling excited saat itu adalah mami. Ah sejak bersama Zee selalu banyak kejutan yang tak terduga, dan membuatku terkejut berkali-kali.

Malam itu, kami membahas detail gaun serta acara yang akan kami gelar beberapa hari lagi. Namun di tengah pembicaraan entah kenapa perasaan ku mendadak tidak enak, fikiran ku tiba-tiba teralihkan ke mami dan Indira. Awalnya ku fikir karena aku saat ini tinggal di lingkungan baru jadi belum bisa beradaptasi dan masih memikirkan keberadaan mami dan Indira yang selalu bersama denganku.

Namun kenyataannya ternyata tidak begitu, di sekolah saat aku masih serius memperhatikan pelajaran di kelasku. Zee tiba-tiba datang dan meminta izin pada guruku untuk membawaku pulang. Tentu saja aku panik, namun aku tak ingin berfikir macam-macam dan akan membuat ku semakin berfikiran negatif nantinya.

Lama di perjalanan aku berusaha mencari tau, namun ternyata Zee juga belum dikasih tau oleh papi terkait apa yang sedang terjadi saat ini.

Begitu tiba di mansion sudah ada papi yang menunggu kami tiba. Disana papi mulai memberitahu sesuatu hal yang membuat ku lemas seketika. Mendengar situasi yang tidak terduga di tambah adanya nomor anonim yang menghubungiku membuat fikiran ku entah kenapa tertujuh pada satu nama.

Malam harinya sudah diputuskan bahwa aku yang akan menemui penculik mami dan Indira.

00.00 wib.

Aku tiba di lokasi yang nomor anonim itu beritahukan.
Dan setibanya aku di lantai 4 gedung tua itu, Damn...tebakan ku tentu saja tidak meleset sama sekali.

"Wow...selamat datang sayang, lama tidak berjumpa ternyata kamu tambah cantik saja" ujarnya seraya mencolek daguku.

Ku tepis tangan itu dengan kasar, sungguh kurang ajar. Aku amat jijik disentuh lelaki sialan ini. Namun demi mami dan Indira ku coba redam sedikit emosiku. Walau detik ini juga rasanya ingin ku patahkan tangannya itu.

"Mana mami dan Indira, Vian?" Tanyaku sedikit membentak.

"Sabar dong, mereka aman kok. Kita temu kangen dulu dong baby. Tidak taujah kamu bahwa aku sangat merindukan kamu Chika" lagi-lagi tangan itu berulah, kali ini ia merangkul ku dengan muka jeleknya itu ia mencoba menggoda ku.

"Menjijikkan" ketusku sambil ku singkirkan tangan kotor itu dari pundak ku.

"Hahaha kamu masih saja galak ya baby" kekehnya

"Gak usah banyak bacot cepat lepasin mami sama Indira"

Dia tertawa seraya berjalan ke salah satu tempat duduk usang yang ada disana.

"Kamu tahu baby, sejak hadirnya kakak kamu itu, hidup ku jadi runyam. Segala hal yang aku sukai seakan hilang seketika. Semuanya sudah di rampas paksa oleh kakak kamu itu"

"Yang ada kebalikannya, kak Ara jadi menderita gara-gara lo, hidup kak Ara jauh lebih runyam karna hadirnya lo dalam hidup dia. Kalau lo ga siap menikah kenapa lo sampe hamilin kakak gue hah?"

"Gak bisa jawab? Jawabannya mudah padahal. Itu karena lo cowok brengsek yang tidak bertanggungjawab" lanjutku.

"Aku gak pernah paksa kakak kamu untuk melakukan itu baby. Dia sendiri yang naik kekasurku dengan suka rela bahkan dia lah yang menggoda ku untuk melakukannya"

Plak...

Ku tampar wajah Vian dengan tanganku, cukup keras karena aku merasakan panas di telapak tanganku. Pria ini benar-benar brengsek, bisa-bisanya dia berbicara seperti itu tentang kakakku. Aku percaya kalau kak Ara gak akan pernah melakukan hal serendah itu hanya untuk seorang manusia bernama Vian ini. 

Vian disana nampak geram, bisa kulihat tatapannya yang menajam. Namun jujur aku biasa aja gak takut dengan tatapan itu, mungkin ketakutan itu tertutup dengan rasa marah ku akibat perkataannya barusan. Bukan hanya itu, aku memang sudah terlalu lama membencinya. Berkat dia aku kehilangan kakak yang amat aku sayangi. Jadi rasanya empati dan rasa apapun itu jika berhubungan dengan dia, aku merasa bodo amat, karena memang seenggak penting itu hidup dia buat gue lirik barang sedikit pun.

Vian terus maju dengan gurat marahnya yang terpancar jelas di raut wajahnya itu, selangkah demi selangkah ia mulai mendekat. Aku tidak bergeming, aku masih tetap di tempatku. Tentu aku menyiapkan diri kalau-kalau dia akan membalas menamparku, atau bahkan melakukan balasan yang lebih, aku tidak perduli dan aku tetap di posisi itu hingga saat tangannya mulai terayun.

Woshhh...

Bughh...

Di tengah aku menutup mataku bersiap untuk mendapat pukulan, disaat itu juga ku rasakan hembusan angin. Hanya sebentar lalu ku buka mataku saat mendengar sebuah ringisan. Ternyata Vian sudah tergeletak di lantai, lebih kagetnya adalah yang melakukan hal itu. Dia Zee, ah menyesal rasanya karena aku menutup mataku tadi, aku jadi kehilangan momen keren Zee. Dia pasti melakukannya bak super hero yang pernah ku tonton pada saat itu.

"Sayang, kamu turun aja, dia biar jadi urusan aku" bisik Zee tak lupa tangan itu selalu siap menggenggam tangan ku.

"Tapi mami-"

"Mereka aman, temui mereka. Nanti ditangga ada orang aku sayang nanti dia yang akan antar kamu ke keluarga kamu" katanya lagi

Aku pun mengangguk paham, di detik berikutnya aku langsung berlari menjauh dari sana.

"Woi, Chika mau kemana kamu" teriak Vian 

Sebenarnya aku sungguh penasaran dengan apa yang akan Zee lakukan pada Vian. Jadi aku diam-diam tetap berada disana.

Disisi Zee dan Vian.

"Mau apa lo?" Tanya Vian sembari perlahan mundur kebelakang.

Zee nampak tak menjawab pertanyaan Vian, dia terus berjalan tanpa ragu ia mulai kembali menarik kerah baju Vian, dan...

Greep....

Pletaakk

"Aaaarrgkkk...sakit aaaaaaa" seketika ruangan itu menggema akibat teriakan dari Vian

Gluk...

Aku kesulitan menelan salivaku sendiri, begitu pula dengan pria yang ku tau dia adalah orang suruhan Zee yang ikut bergidik ngeri akan apa yang tadi Zee lakukan pada Vian.

"Wadduh, ngeri banget Zee" gumamku

"Tenang saja nona, tuan Zee akan seperti itu hanya jika ada orang yang berani mengusik orang yang dia sayangi. Tuan Zee adalah orang yang baik" ujar pria itu

Sedangkan aku hanya diam seraya masih terus memperhatikan Zee.

"Itu akibatnya kalau tangan lo berani sentuh milik gue" ucap Zee dengan penuh penekanan.

"Milik lo? Hahahahaa....jangan bermimpi, Yessica hanya akan menjadi milik gue, milik gue selamanya" balas Vian yang sama-sama penuh penekanan.

Kini keduanya nampak bersitegang, dan di menit berikutnya di saat ia merasa Zee tengah lengah dengan cepat Vian menancapkan sebilah pisau kearah perut Zee.

Srett ...

"Trik lo sampah" kata Zee seraya menahan pisau itu di tangannya.

Tanpa di sadari darah terus menetes dari tangan Zee, aku yang yang melihat itu hendak berlari membantu Zee. Namun aku ditahan oleh pria yang sejak tadi di sampingku ini.

"Jangan nona, jika nona kesana maka keadaannya mungkin akan jadi buruk" ucapnya yang jujur saja sedikit membuatku kesal.

"Apa maksud? Gue mau nolong Zee bukan mau celakai dia ya. Kenapa jadi seolah-olah gue biangnya disini" kesal Chika

"Maaf nona jika perkataan saya barusan menyinggung nona. Namun bukan seperti itu yang saya maksud nona..." Pria itu lalu sedikit memberikan gambaran sehingga membuat aku sedikit memahami situasinya Zee saat ini.

"Kita tunggu sebentar lagi nona" aku pun mengangguk sebagai jawaban.

Sepertinya Zee sudah menyadari keberadaan ku, karena matanya kini menuju padaku. Dia tersenyum lalu dengan lirikan matanya, detik berikutnya aku sudah di bawa pergi dari sana. Mereka ini apa sebenarnya? Seperti kartun ninja Hatori yang pernah ku tonton saja. Gerakan mereka tak terduga, gesit dan tentunya semua kejadian terasa samar, fikirku.

Setelahnya aku tak tau lagi apa yang Zee lakukan pada Vian atau apa yang mereka lakukan di atas sana. Kini aku hanya bisa memandang lantai 4 gedung itu dari bawah.

Cemas sekali rasanya, apalagi tadi tangan Zee berdarah. Ya tuhan ku mohon selamatkan dia.

"Nona sebaiknya kita segera ke sana. Orang tua anda sudah berada disana" ujar pria tadi.

"Tunggu siapa namamu?"

"Saya Ryan nona" jawabnya

"Oke Ryan, biar saya sendiri yang kesana. Saya mau kamu awasi Zee, tolong jangan sampai terjadi apa-apa pada dirinya"

Kulihat dia tersenyum,
"Nona tenang saja, rekan kami sudah standby di sana. Tugas saya saat ini adalah mengawal nona dan keluarga selamat hingga ke mansion kalian"

"Zee, ternyata semuanya sudah kamu rencanakan dengan matang. Makasih sayang makasih banyak" gumamku dalam hati

Sekali lagi aku pandang gedung itu, barulah aku pergi bersama beberapa orang Zee yang sudah menungguku di sekitaran sebuah mini bus.

Pov Author...

2 jam berlalu sejak terjadinya insiden itu, kini Chika dan keluarganya telah tiba di mansion mereka dengan selamat. Tentu saja hal ini karena pengawalan ketat dari orang-orang kepercayaan Zee.

"Ryan, tidak perlu berjaga disini. Karena orang papi saya juga akan jaga disini jadi kalian bisa istirahat" ujar Chika pada Ryan, dimana ada beberapa orang yang masih sigap berdiri di sekitaran mansionnya

"Maaf nona Chika, kami tidak bisa pergi sebelum tuan Zee sendiri yang memintanya" jawabnya tegas

"Yasudah terserah" Chika langsung masuk ke mansion, ia meminta beberapa ART-nya untuk membuatkan Ryan dkk, kopi serta meminta mereka menyediakan lesehan untuk mereka beristirahat. Chika tau pasti kalau berdiri terus itu sangatlah melelahkan. Tentu saja ia harus membalas jasa baik mereka pada keluarganya. Yah meskipun ini atas perintah calon suaminya.

Sedangkan disisi lain,

Zee baru saja selesai meluapkan segala emosinya pada Vian, jangan tanyakan keadaan Vian sekarang. Saat ini pria jakung itu sudah terkapar tak berdaya di lantai gedung. Semua ini tentu tidak akan terjadi jika mulut dan anggota tubuhnya gak bertingkah.

Awalnya Zee hanya berniat untuk memberikan sedikit pelajaran agar lelaki itu tidak berulah kembali di kemudian hari. Namun pria itu dengan tidak tau dirinya malah memperlihatkan sesuatu yang membuat Zee semakin kehilangan akal.

Zee terus memukuli Vian, ia memberikan serangan secara membabi buta. Bahkan orang-orangnya yang siap siaga disana merasa ketakutan, mereka tak boleh membiarkan Zee bertindak lebih jauh lagi. Jika pun harus membunuh orang maka biar mereka yang akan melakukannya, mereka tidak akan pernah membiarkan tangan tuan mudanya itu terkotori oleh orang-orang yang nekat seperti Vian ini.

"Tuan cukup, cukup tuan, dia sudah tidak berdaya" tahan salah satu pria tegap disana.

"Lepas" katanya dengan tatapan tajam menusuk

"Tidak tuan, biar kami yang lakukan jika memang harus membunuhnya"

Akhirnya Zee melepaskan Vian,
"Bereskan semuanya, hapus semua foto dan Video Chika yang ada di dia. Jangan sampai ada satu pun yang tersisa, lalu buang dia ke antah beranta. Jangan sampai saya melihatnya lagi dan minta satu orang untuk awasi dia saya tidak mau dia nekat dan datang kembali ke sini. Paham?"

"Paham tuan" jawab mereka serentak

Usai itu Zee berlalu meninggalkan tempat itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 03.15 dini hari. Zee yang sudah nampak berantakan itu akhirnya memutuskan untuk pulang ke mansionnya saja, ia tak ingin kekasihnya melihat betapa lusuhnya ia kini, keringat yang membanjiri tubuhnya, kotoran yang menempel di bajunya, rambut yang acak-acakan serta darah yang bercecer di bajunya sedikit membuatnya mengerikan saat itu.

Namun sebelumnya tidak lupa ia mengirimkan pesan untuk Chika,
'Good night sayangku, istirahat ya aku baik-baik aja sekarang aku sudah tiba di mansion ku pengen langsung bobo juga nih ... Hehe ... Love you Yessica sayang'

Zee masih berada didalam mobilnya, menanti balasan dari sang kekasih, namun sudah pukul 4 dini hari pesan itu pun belum mendapatkan balasan.

"Mungkin dia udah tidur kali ya, yaudahlah masuk terus bebersih dulu aja" gumamnya dan barulah Zee turun dari mobilnya yang sejak tadi sudah terparkir di bagasi.

Tuk...tuk...tuk...!

Suara sepatu itu bergema di sunyinya malam, perlahan ketukan sepatu itu semakin mendekati anak tangga dan langkahnya mulai pasti menaiki anak tangga satu demi satu, sampai tibalah dia di sebuah kamar yang gelap karena lampunya memang belum di nyalakan.

Cklek...

Click...

"Hu.....aaaaggkkkkk"  Zee terlonjat kaget ketika mendapati seseorang tengah duduk di atas kasurnya.

Seorang wanita berambut panjang dengan mengenakan kemeja putih serta wajahnya yang tersinari sinar dari layar hp-nya.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 81.3K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi πŸ”žπŸ”ž Homophobic? Nagajusey...
4.4K 333 11
PERINGATAN‼️ β€’ 100% fiksi β€’ pict: pin, dimana aja β€’ yang dibawa ke rl jauh jauh β€’ bxg
20.3K 2.8K 12
Hanya sebuah karya fiksi jangan di bawa serius apalagi sampe ke real life Hope you like it and have fun Update hari Sabtu dan Minggu ya Enjoyyy✨
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...