Little Nanny《Jaeyong》

By jianakeys

2.9K 457 73

[Fanfiction] [BL-Romance] ► Jaeyong ► bxb. gay ► if u homophobic, stay away and never read my story. More

Prolog
Second Meeting And Job Offer
Become A Babysitter
All Three Feelings At The Same Time
The Answer To Melancholy And A Request
Jaehyun Doesn't Like A Guy?
Hurt Feelings

Meet Jaehyun's Family

268 40 5
By jianakeys

SUASANA hening melanda. Taeyong yang tadi membawa Jaehyun berlari dari kejaran Ten, tiba-tiba diam tak mengeluarkan sepatah kata sejak mereka memasuki mobil. Hal itu tentu saja membuat pria Jung kebingungan.

"Lee,"

Tidak ada jawaban.

Kening Jaehyun pun berkerut. Lantas lengannya terangkat, kemudian mendaratkan tepukan kecil di kening remaja Lee.

Tak!

Tepukan itu pun berhasil menyadarkan Taeyong yang ternyata sejak tadi melamun. Kini alis remaja itu menukik tajam menatap yang lebih tua.

"Aku memanggilmu tapi kau sepertinya melamun sejak tadi. Ada apa?"

Mendengar itu, perlahan raut Taeyong berubah. Murung, entah apa sebabnya. Pandangan remaja itu juga beralih ke arah jendela tanpa membalas pertanyaan pria yang menyetir disampingnya.

Jaehyun pun hanya bisa menghela nafas seraya membelokkan stir. Tidak lagi bersuara, dan hening melanda hingga akhirnya ia memberhentikan mobilnya tepat didepan toko buku paman Jongdae.

Sebelum keluar dari mobil, Jaehyun menyempatkan memandang ke arah Taeyong yang sama sekali tidak bergerak meski tahu sedang berada didepan toko buku favorite remaja itu.

Sebenarnya, apa yang ia fikirkan?

Mengesampingkan rasa penasaran, Jaehyun memasuki toko buku tersebut untuk menjemput Jinhyeong yang ia titip sebelum ke sekolah Seobom tadi.

Bunyi lonceng pintu berbunyi. Suara sepatu Jaehyun terdengar memasuki toko buku tersebut, tapi kemudian suara sepatunya terhenti.

Jaehyun diam untuk beberapa detik sebelum pandangannya menoleh ke arah sudut dinding toko.

Ada beberapa kenangan disana. Ia pun teringat pada anak lelaki yang dahulu pernah ia marahi ketika mencoret dinding itu.

Tanpa sadar, kedua sudut bibir Jaehyun terangkat membentuk senyum kecil. Lantas melangkah mendekati sudut dinding toko dan berjongkok ketika sampai disana.

Nampak coretan pada dinding yang sedikit pudar. Tangannya sontak terangkat menyentuh coretan bergambar kucing di dinding itu. Ada juga deretan hangul berantakan yang membentuk nama mereka berdua.

Jaehyun merasa ada sesuatu yang bergejolak didalam hatinya. Seperti kerinduan, tapi entah rindu yang seperti apa.

"Jae?"

Suara itu seketika membuat Jaehyun tersadar dan dengan segera berdiri dari posisi jongkoknya.

"Oh, paman.."

Jongdae melirik dinding yang dibelakangi oleh Jaehyun sebelum tersenyum kecil. "Merindukannya?"

Mendapat pertanyaan yang tiba-tiba itu, cukup membuat Jaehyun terkejut.

Sebelum menjawab, ia terlebih dulu mengambil alih Jinhyeong dari gendongan Jongdae yang sudah sejak tadi meminta untuk di gendong olehnya.

"Aku hanya ingin melihat-lihat gambarnya, tapi ternyata itu sudah memudar."

"Kau bisa memintanya untuk menggambar itu kembali."

Seketika Jaehyun terdiam. Tak membalas selain hanya bisa menatap yang lebih tua dengan tatapan yang sulit di artikan.

Jongdae yang melihat keterdiaman si Jung pun, kini menggelengkan kepala. "Sejak dulu kau sibuk menyangkal perasaanmu pada bocah itu, Jae. Padahal sudah jelas, kau telah jatuh hati padanya bahkan sejak ia berusia 7 Tahun. Dan itu bukan hal yang aneh, cinta memang suatu hal yang tak bisa kau tentukan jatuhnya kepada siapa."

Jaehyun memahami ucapan itu. Namun  ia masih belum bisa membalas. Sebab masih didalam kebingungan.

"Sudah, jangan terlalu difikirkan. Nanti akan ada saatnya juga kau akan benar-benar mengetahui isi perasaanmu. Sekarang lebih baik kau pulang, putramu akan lelah jika tidur dalam posisi seperti itu."

Ucapan terakhir Jongdae langsung saja menyadarkan Jaehyun bahwa ternyata anaknya sudah tertidur didalam gendongannya.

"Baiklah, paman. Aku pergi sekarang, terima kasih."

Jongdae mengangguk, kemudian mengiring Jaehyun keluar dari toko miliknya. Begitu tiba didepan pintu, pria itu memperhatikan yang lebih muda melangkah menuju mobil.

Pria paruh baya itu tersenyum kecil, sebelum kembali memasuki tokonya.

Disisi lain, Jaehyun yang baru saja memasuki mobil, mendapati si remaja Lee yang ternyata  juga tertidur.

Menghela nafas, pria Jung itu kembali keluar dari mobil dan membuka pintu pada kursi penumpang. Menidurkan Jinhyeong di car seat yang memang ia pasang khusus untuk si kembar.

Setelah menyamankan posisi sang anak, Jaehyun menutup pintu mobil dengan perlahan. Berusaha untuk tidak membuat tidur si kecil terganggu.

Dan ketika Jaehyun baru saja menduduki diri di kursi kemudi, ponselnya berdenting menandakan ada pesan masuk. Lantas saja ia mengambil benda persegi panjang itu dan melihat layar utama.

Nampak pesan yang dikirim oleh Adiknya. Namun begitu membaca pesan tersebut, mata Jaehyun melebar dan dengan cepat menggerakan jemari untuk menelpon sang adik.

Jaehyun panik. Ia merasa sangat khawatir. 

"Hal–"

"Benar kau membawa Minhyung ke Mansion Ibu?!" potongnya dengan cepat. Nada suaranya yang pelan terdengar jelas begitu panik.

"Hey, tenanglah Oppa, Ibu tidak akan melakukan apapun kepada Minhyung. Dia itu bayi yang sangat menggemaskan. Lagipula Ibu menganggapnya sebagai anakmu, bukan anak wanita itu."

Seketika, Jaehyun memejamkan mata dengan perasaan lega. Tapi tetap saja ia masih tak merasa tenang. Bagaimanapun juga, Ibu si kembar adalah mantan kekasihnya dan yang utama adalah wanita perebut sang Ayah dari Ibunya.

Jaehyun takut Ibunya akan bersikap agresif meski itu mustahil terjadi.

Ya pada nyatanya memang pikirannya sendiri yang membuatnya setakut ini.

"Lain kali jangan membawanya kemanapun termasuk ke Mansion Ibu tanpa sepengetahuanku."

"Iya aku minta maaf, Oppa. Tapi bisakah aku menginap bersama Minhyung disini?"

"Tidak." jawab Jaehyun dengan cepat. "Aku akan kesana untuk menjemputnya."

"HEY MANA BISA BE–"

Bip.

Jaehyun tanpa membiarkan sang Adik memprotes, langsung mematikan sambungan teleponnya.

Melirik sekilas ke arah Taeyong yang masih tertidur bahkan nampak semakin pulas, membuatnya menggeleng pelan.

Apa leher remaja itu tak sakit?

Menoleh ke kursi penumpang, Jaehyun menarik bantal leher yang berada disamping car seat Jinhyeong. Kemudian ia memasangkan ke leher Taeyong dengan perlahan.

Beruntungnya remaja itu tidak terganggu.

Setelah itu barulah Jaehyun menyalakan mobilnya. Membelah jalanan menuju kediaman sang Ibu.

••••••••••

Gerbang utama Mansion pemegang Bongrae Group terbuka lebar. Nampak mobil sang Tuan Muda memasuki halaman luas Mansion tersebut.

Jung Jaehyun dari dalam mobil melirik ke arah bodyguard yang berbaris menyambut kedatangannya. Hal itu berhasil membuatnya mendengus.

Jujur saja, pria Jung itu tidak menyukai suatu hal yang teramat mewah. Ini salah satu alasan mengapa ia memilih memisahkan diri dari orang tuanya. Tidak tinggal bersama Ayah ataupun Ibunya.

Menghentikan mobil, Jaehyun tersadar bahwa remaja Lee di sampingnya sudah terbangun.

"Hey Lee–"

"Ini dimana, hyung?" Taeyong mendahului ucapan Jaehyun. Raut nya nampak linglung menyadari keberadaan mereka.

Jaehyun menoleh ke arah jejeran para bodyguard yang setia menunggu untuk menyambutnya. Ia pun kembali menoleh ke arah Taeyong seraya melepas seat belt nya.

"Aku akan memberitahumu nanti, sekarang lebih baik kita turun."

Setelah berkata demikian, Jaehyun langsung keluar dari mobilnya. Membuka pintu kursi kemudi dan mengangkat perlahan tubuh si kecil yang tengah menggeliat karna sedikit terganggu. Ia pun menepuk pelan pantat sang anak.

Sedang si remaja yang masih kebingungan, ikut keluar dari mobil dan memandangi sekelilingnya.

Seketika Taeyong menelan saliva begitu menyadari seberapa besar dan mewah bangunan di hadapannya. Matanya pun melebar sempurna.

Demi Tuhan, ia belum pernah melihat rumah sebesar ini!

"Ayo,"

Remaja itu tersadar ketika Jaehyun menarik tangannya.

"Mereka tidak akan bubar jika kita masih disana." gumam Jaehyun pelan, nada suaranya setengah kesal.

Si Jung itu membawa Taeyong memasuki Mansion Ibunya. Dan tentunya, hal yang kedua kalinya adalah jejeran orang-orang. Jika didepan tadi adalah bodyguard, maka didalam Mansion adalah para maid.

Jaehyun menyesal datang ke Mansion Ibunya tanpa memberitahu. Karna biasanya ketika ingin mengunjungi sang Ibu, ia lebih dulu mengabari dan meminta pada Ibunya untuk tidak menyambut dirinya bak seorang tamu besar.

Ia hanya anak pemilik Mansion, tidak lebih.

Disisi Jaehyun yang kesal dengan sambutan para Maid, ada Lee Taeyong yang kini menatap semakin kagum.

Sedih yang sebelumnya mengerumuni hati remaja itu, sekarang menjadi sedikit terlupakan.

"Hyung, ini sangat keren! Aku merasa seperti putri istana.." ujar Taeyong sebelum terkikik.

Sikap Taeyong saat ini, hal yang baru pertama kali Jaehyun liat semenjak remaja Lee itu bekerja dengannya.

Ya, faktanya Taeyong memang masih seorang remaja. Hanya saja anak itu lebih memilih bersikap cuek dan tak menunjukkan bebagai macam ekspresi dihadapannya. Atau mungkin dihadapan semua orang.

Jaehyun memandang raut Taeyong yang nampak berbinar. Seketika rasa kesalnya pun hilang karna melihat itu.

"Kau bisa mengenakan gaun princess jika kau ingin." timpalnya.

"Tapi aku lelaki, hyung. Mana bisa mengenakan gaun.." balas remaja Lee dengan bibir yang mengerucut kedepan.

Jaehyun lantas tertawa kecil. Ia baru menyadari bahwa Lee Taeyong cukup menggemaskan.

Kini langkah mereka telah memasuki ruang keluarga yang ternyata disana ada adik perempuan Jaehyun yang telah membawa Minhyung kesini, dan juga ada Ibunya.

Melihat keberadaan keluarga konglomerat itu, Taeyong tanpa sadar mendekatkan diri ke tubuh pria Jung.

Jaehyun yang menyadari itu, hanya bisa melirik sekilas dan semakin melebarkan langkah mereka.

"Oppa!"

"Ssst!" Jaehyun dengan kesal memberi peringatan kepada sang adik. Teriakannya bisa saja membangunkan anaknya.

"Oh, mianhae..."

Jaehyun tak menanggapi permintaan maaf sang adik, ia hanya membawa Taeyong menduduki diri di sofa tepat dihadapan sang Ibu.

"Dia sudah lama tidur?"

Suara wanita yang lebih tua ditempat itu terdengar. Terdengar tegas namun begitu lembut. Jaehyun lantas mengangguk pelan sebagai jawaban.

Mengetahui itu, Nyonya Kim Tae-hee; Ibu Jaehyun, menyuruh kepala maid yang sedang berdiri dibelakang sofa yang ia duduki, untuk membawa Jinhyeong ke kamar.

"Berikan anakmu kepada Bibi Yoo, tubuhnya akan pegal jika tidur dengan posisi seperti itu."

"Tapi aku tidak akan lama, Bu."

"Jaehyun."

Menghela nafas, akhirnya Jaehyun memberikan anaknya kepada Bibi Yoo. Ibunya memang tipikal wanita yang tidak ingin dibantah.

"Siapa yang kau bawa? Dia seperti seumuran dengan adikmu."

"Namanya Lee Taeyong, babysitter Minhyung dan Jinhyeong." jawab Jaehyun, kemudian tatapannya tertuju ke arah sang adik. "Jung Minju, jangan menatapnya seperti kau menatap kriminal yang tengah di introgasi!"

Jaehyun hampir sesak merasa ujung bajunya yang tanpa sengaja ditarik kuat oleh remaja Lee disampingnya. Itu semua karna ulah adiknya yang menatap Taeyong semenelisik itu.

"Oppa! Margaku Kim, bukan Jung!" protes wanita bernama Kim Minju; adik pertama Jaehyun. Alisnya menukik tak suka.

Wanita berusia 25 Tahun itu memang sama seperti para saudaranya; membenci sang Ayah.

Ya, itu karna Ayah mereka yang lebih memilih wanita lain dibanding Ibu mereka.

Jaehyun hanya menatap datar ke arah Minju seraya melepas perlahan tangan remaja Lee dari ujung bajunya.

Sedang Nyonya Kim yang nampak awet muda dengan wajah yang begitu cantik, tersenyum tipis melihat kelucuan remaja yang duduk disamping putranya.

"Lee Taeyong?"

Si pemilik nama seketika terkesiap. "Y-Ya?"

"Sudah lama menjadi babysitter kedua cucuku?"

"B-Belum, baru satu Minggu lebih, nyonya.."

Mendengar akhir ucapan Taeyong, seketika Jaehyun menatap remaja itu. "Jangan menyebut Ibuku seperti itu. Dia bukan atasanmu."

Taeyong langsung terbelalak. Oh, apakah dia salah bicara?!

"M-Maaf.."

Nyonya Kim tersenyum kecil. "Tidak masalah."

"Lee—Taeyong? Apakah aku sudah benar menyebut namamu?"

Taeyong dengan cepat menoleh dan mengangguk menanggapi pertanyaan dari Adik Jaehyun. "I-Iya, benar.."

Minju mengangguk sekilas. "Santai saja, tidak perlu merasa takut dan gugup. Keluargaku tidak akan menyantapmu disini."

Ucapan itu membuat remaja Lee tersenyum canggung seraya menganggukkan kepala. Kemudian hening dalam beberapa detik sebelum terdengar kembali suara sang Nyonya rumah.

"Jaehyun, makan malam lah disini. Ibu akan meminta Kang Lim untuk memasak makanan kesukaanmu."

Jaehyun mengangguk. "Iya, Bu." Jika menolak pun ia tetap akan berakhir di meja makan Mansion Ibunya ini.

"Aku bagaimana, Bu?" Minju bersuara. Raut nampak cemburu membuat Ibunya terkekeh.

"Malam ini menu masakan akan di isi dengan makanan kesukaan kalian berdua."

Mendengar itu, langsung saja Minju tersenyum lebar. "Ibu yang terbaik!"

Nyonya Kim tersenyum menanggapi dan beralih ke arah satu-satunya remaja ditempat itu. "Lee Taeyong, apa menu makanan kesukaanmu?"

Sekali lagi Taeyong terkesiap. Dengan segera menjawab,  "A-Aku tidak memiliki menu makanan kesukaan."

"Ah, benarkah?"

Taeyong mengangguk; mencoba menyakinkan.

"Minta pada Kang Lim untuk memasak Jokbal, Bu. Taeyong menyukai itu."

Tatapan Nyonya Kim seketika berbinar. Makanan kesukaan Taeyong yang diucapkan oleh putranya itu sama dengan makanan kesukaannya.

"Baiklah, Ibu akan menemui Kang Lim sekarang."

Dan tanpa menunggu respon, Nyonya Kim langsung bergegas untuk menemui sang Koki. Teramat semangat.

Sedang kini remaja Lee sudah menatap kesal ke arah pria yang lebih tua. Jujur saja, dirinya merasa tak enak jika harus merepotkan seorang konglomerat yang sebaik Nyonya Kim.

"Biarkan saja, Lee. Ibuku senang karna menu makanan kesukaan kalian sama." ujar Minju sebelum berdiri dari sofa. "Oppa, ayo ikut aku sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan."

Menanggapi itu, Jaehyun mengangguk singkat. Kemudian menoleh ke arah Taeyong. "Tunggu disini."

"Iya."

Setelah itu Jaehyun berdiri dan menyusul Adiknya. Entah apa yang ingin Minju bicarakan.

Setelah kepergian pria Jung, Taeyong menyandarkan punggung. Ia merasa pegal, sejak tadi tubuhnya menegak kaku dihadapan Ibu dan Adik Jaehyun.

"Ternyata dia anak orang kaya, pantas menggajiku dengan jumlah yang gila.." gumam Taeyong, menggeleng tak menyangka.

Tapi tunggu, mengapa ia merasa familiar ketika melihat Ibu Jaehyun tadi?

Taeyong—seperti pernah melihat wajah yang sama. Meski tidak begitu mirip. Tapi, dimana?

"YA! KEMBALIKAN MINHYUNG PADAKU!"

"Kau harus tinggi terlebih dahulu, Kim Minjeong."

"OPPA!"

Suara itu mengejutkan Taeyong. Reflek ia menoleh ke belakang dan mendapati dua remaja. Satu gadis, dan satunya lagi yang tengah menggendong Minhyung, itu...

Kedua mata Taeyong terbelalak begitu tatapan mereka bertemu.

"Kim Mingyu?!"

Tbc

Ini cerita udah kayak ga sinkron lagi ya sama judul. Tapi yaudah deh, tetap saya lanjutin aja. Btw di part ini, saya isi foto cast keluarga Jaehyun ya dibawah

JUNG JOON-HO

KIM TAE-HEE

••


JUNG JAEHYUN

[Keturunan Jung yang tak sudi memakai marga sang Ayah] ↓

KIM MINJU


KIM MINGYU

KIM MINJEONG

•••

Thank you for reading this story!

Continue Reading

You'll Also Like

375K 13.4K 60
𝗜𝗡 𝗪𝗛𝗜𝗖𝗛 noura denoire is the first female f1 driver in 𝗗𝗘𝗖𝗔𝗗𝗘𝗦 OR 𝗜𝗡 𝗪𝗛𝗜𝗖𝗛 noura denoire and charle...
1.3M 56.3K 103
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
2.1K 66 6
( yandere hazbin hotel various x gn. reader ) ♡ " 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒘𝒉𝒆𝒏 𝒊𝒕 𝒄𝒐𝒎𝒆𝒔 𝒘𝒊𝒕𝒉𝒐𝒖𝒕 𝒂 𝒘𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 .. " ︶︶︶ ♡ ︶︶︶ ♡ ︶︶︶ ♡ ︶︶︶ a wor...
1.1M 36K 62
𝐒𝐓𝐀𝐑𝐆𝐈𝐑𝐋 ──── ❝i just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!❞ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 jude bellingham finally manages to shoot...