My Disaster CEO

By AiraYM

8.3M 65.2K 576

[Tahap Revisi] Alicia, gadis kuliahan yang hidup di dua dunia. Di satu sisi, ia menjadi remaja kuliahan bias... More

1. A Quiet Life
3. Accident
4. Rose
Sequel
Hola!
PENGUMUMAN
BACA FULL?

2. Family

435K 14.3K 49
By AiraYM

"Ah, iya. Soal data pendaftar kepala HRD kemarin sudah direkap?"

"Sudah, Nona. Rencananya hari ini akan diadakan rapat lebih lanjut mengenai perekrutan HRD pada jam tiga sore."

Alicia mengangguk. "Bagus. Lebih cepat lebih baik. Tahun ini sepertinya akan lebih banyak lagi yang melamar kerja. Kita harus cepat-cepat merekrut kepala HRD."

Ody, sekretaris Alicia, merapikan berkas-berkas yang sudah ditandatangani oleh Alicia kemudian pamit. Kepergian Ody kembali membawa kesunyian di ruang kerja Alicia. Ruangan yang terlalu besar untuk ditempati satu orang. Di belakang kursi kerja Alicia, ia dapat melihat pemandangan kota Jakarta. Ia juga dapat melihat matahari terbenam setiap harinya. Jika sudah terbenam, Ody akan membawakan sepiring pudding dan teh. Namun sepertinya hari ini Alicia tidak berminat pada camilan favoritnya.

Jujur saja, Alicia selalu lelah. Ia tidak bisa bersenang-senang seperti anak lain. Ia tidak bisa mengikuti UKM kampus. Padahal ada satu UKM yang menarik perhatiannya. Namun, Alicia terpaksa menjadi mahasiswa kupu-kupu karena memiliki tanggung jawab di kehidupan lain, Direktur Utama. Seringkali ia melupakan tugas-tugas kuliahnya karena terdesak oleh tugas kantor. Sering juga Alicia ketiduran di kelas karena lembur kerja.

Ah, betapa susahnya.

Alicia tidak boleh mengeluh. Ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya.

"Tumben banget lo tidur. Jangan-jangan kemarin lo marathon drama Korea juga, ya?"

Alicia membuka matanya yang terpejam. Ada Kina yang duduk di sofa dengan membawa seplastik McDonalds. "Kok lo di sini? Kapan datangnya?"

"Baru aja. Lo aja yang nggak kedengeran."

"Terus, kenapa tiba-tiba dateng?"

"Lo lupa, ya? Ada tugas dari Pak Rendra tahu."

"Eh, sialan. Iya, ya. Lo mau ngerjain di sini?"

Kina mengangguk. Alicia mendumal kesal.

Gue bantu kerjain, deh. Udah gue duga lo bakal lupa sama tugas itu."

Alicia nyengir. "Gue, kan, punya tugas double-double."

"Banyak alasan lo, ah. Bilang aja lo juga bakal males ngerjain."

Spontan, Alicia melempar penghapus yang kemudian telak ditangkap oleh Kina. "Jangan ngajak ribut, deh. Bentar lagi gue ada rapat. Panjang urusannya kalau urusan pribadi dibawa ke kantor."

Kina menjulurkan lidahnya. "Sok perfeksionis. Udah ah, lo urus aja urusan kantor lo. Gue mau ngerjain, kurang dikit lagi."

Alicia bangkit dari kursi kerja kemudian berlari kecil menghampiri Kina. Ia ingin membongkar isi plastik McDonalds milik Kina. Biasanya cewek galak itu membeli es krim atau beberapa burger dan kentang goreng. Ia selalu berbagi dengan Alicia. Akan tetapi sepertinya hari ini Kina tidak mau berbagi karena cewek itu mencekal tangan Alicia. Tangannya melindungi McDonalds-nya dengan posesif. Hal ini membuat Alicia cemberut setengah mati.

"Kok nggak boleh, sih?" tanya Alicia kesal.

"Gue tahu lo terakhir makan burger doang di Wendy's. Ini paket panas, gawat kalau lo habisin." kata Kina sambil mendelik.

"Gue juga laper tahu."

"Oke, fine. Gue nggak laper, tuh," kilah Alicia cepat. Secepat ia berbohong, secepat itu pula perutnya berbunyi. Menimbulkan tawa kencang keluar dari bibir Kina.

"Oke, lo nggak laper. Cacing lo yang laper." ledek Kina di sela tawanya, tidak memedulikan teriakan kesal Alicia.

***

Selesai dengan urusan kantor, Alicia pergi ke rumah Fian untuk makan malam. Riska, Bunda Fian, mengundangnya kemarin. Katanya, sekalian kumpul bersama keluarga lain. Berhubung sebentar lagi hari Minggu, Bunda juga ingin seluruh keluarga berkumpul bersama. Oleh karena itu, Alicia juga diminta untuk menginap. Tetapi, ia menolak dan memilih ikut makan malam saja.

Rumah Fian tidak begitu jauh dari kantor Alicia. Letaknya di area terdepan perumahan sehingga tidak perlu masuk lebih jauh. Di depan rumah, terlihat beberapa sepupu Alicia sedang bercengkrama. Kedatangan Alicia membuat mereka berhenti bernyanyi demi menyapa cewek itu.

"Incess Korea dateng! Bawa oleh-oleh, nggak?" tanya Aldi rusuh sambil merentangkan kedua tangan ke Alicia.

Alicia menepis tubuh Aldi jauh-jauh. Bukan tanpa alasan, cowok itu penuh keringat hasil dari main basket dengan Fian. Alicia paling benci bau keringat cowok!

"Eh, jauh-jauh lo, ya. Bau asem dilarang deket-deket gue!" seru Alicia dengan mata mendelik. Sayangnya, tidak digubris oleh Aldi. Cowok itu malah menyengir dan berderap mendekat. Spontan saja Alicia berteriak heboh. "ALDI! IH, RESE LO, YA!"

Teriakan Alicia membuat Bunda dan Oma berlari keluar dari rumah. Raut panik Bunda segera sirna ketika melihat Aldi dan Alicia kejar-kejaran di halaman. Sedangkan, Oma menghela napas panjang. Seharusnya ia tidak perlu panik. Lama tidak berjumpa membuatnya lupa dengan kebiasaan para cucunya.

"Eh, ini anak dua masih aja kayak anak kecil," keluh Bunda. "Ayo masuk. Mumpung Cia udah datang. Keburu dingin ayam betutunya."

"Iya, tuh, Bunda. Aldi makin gede makin rese!" Alicia mengadu seraya berhambur ke pelukan Bunda. Melindungi diri dari bau keringat Aldi yang memang super asem.

"Dasar tukang ngadu!" olok Aldi tidak terima.

"Bodo amat!"

Bunda segera menggeret Alicia masuk ke dalam rumah sebelum terjadi keributan kembali. Kalau sudah kumpul keluarga begini Alicia dan Aldi memang selalu ribut. Ada saja yang diributkan. Namun, lebih seringnya adalah perkara bau keringat Aldi. Aldi yang suka bermain basket bersama Fian itu selalu menjahili Alicia. Dan selalu saja Bunda yang meleraikan.

Kali ini Alicia akan menjaga jarak sejauh-jauhnya dari Aldi. Sehingga ia duduk di sebelah Bunda, demi perlindungan diri. Selain Bunda, ia juga didampingi oleh Fian, tentunya cowok itu selalu mandi setelah bermain basket. Bentuk meja makan yang bundar membuat Alicia tidak duduk berhadapan dengan cowok berambut acak-acakan itu.
Makan malam dimulai setelah semua anggota keluarga hadir di meja makan.

Mereka berdoa bersama sebelum kemudian mulai menyantap makanannya masing-masing. Terkadang diselingi oleh obrolan ringan dari Opa. Kali ini Opa mengajak Alicia berbicara. Ya, meskipun tiap bertemu Opa selalu menyempatkan. Namun rasanya kali ini berbeda.

"Bagaimana dengan perusahaan? Berjalan baik?" tanya Opa sembari mengaduk tehnya.

Alicia mengangguk. "Iya, Opa. Baru-baru ini cuma ada agenda perekrutan kepala HRD sama perjanjian kerja sama dengan Peterson Corp."

"Peterson Corp? Bukannya sejak dulu kita sudah bekerja sama dengan mereka?"

"Iya, Opa. Kali ini mereka memperbarui butir perjanjiannya saja."

Opa mengangguk paham. "Kamu sudah bekerja keras."

Sebelum Alicia menyahut, tiba-tiba Keyla bersuara. "Iya, Opa. Sampai-sampai kak Cia punya mata panda yang hitam banget."

Keyla adalah adik Fian. Berbeda dari kakaknya, Keyla cenderung usil.

"Jangan kumat, deh, Key." Alicia meringis berusaha membujuk Keyla, tapi tentu saja Keyla tidak menggubrisnya.

"Ya, kan, kak Al? Katanya, sih, incess Korea. Kok, punya mata panda? Jangan-jangan incess Cina, tuh." Alih-alih menuruti permintaan Alicia, Keyla justru berceloteh lebar serta mengajak Aldi untuk ikut usil. "Eh, jangan, deng. Incess Cina juga kebagusan. Yang bener, sih, ngencess."

"Lo mau mati, ya?" Alicia justru memukul Fian karena cowok itu yang paling dekat dengannya. Sedangkan Keyla duduk jauh darinya.

"Kok malah gue yang dipukul?" tanya Fian tak terima.

"Lo di sebelah gue. Lo juga kakaknya."

Tidak hanya Fian yang protes, sikutan dari Bunda membuat Alicia diam. "Habisin dulu makannya. Kamu juga, Key."

"Ih, Bunda. Padahal kak Fian yang mulai duluan," Alicia merengut. "jangan belain Keyla terus, dong, Bun."

"Nggak ada yang belain Keyla, tuh." kilah Bunda seraya melirik galak pada Keyla.
"Ih, kok gitu, Ma!" Keyla sontak berseru. Namun, langsung merapatkan bibirnya kembali, tersadar di depannya acara makan malam belum usai. Oma hanya tertawa melihat kelakuan cucunya yang selalu manja.

"Jarang-jarang, lho, kita bisa kumpul begini. Harusnya kamu kurang-kurangi usilnya," Bunda mengelus kepala Alicia, lantas beralih pada Fian. "Kamu gimana proses skripsinya?"

"Zonk, Tante! Zonk sekali!" alih-alih Fian, justru Aldi yang menjawab. Cowok itu kembali menyeringai usil. "Fian aja main basket mulu. Gimana mau ngerjain skripsi? Udah dijamin mahasiswa aba-aw, sakit David!"

Aldi mengerutkan keningnya, kesal. Namun tak dihiraukan oleh David karena ia tak mau ditegur oleh Opa maupun Bunda.

Opa mengibaskan tangannya cuek. "Alicia, habis makan malam, ikut Opa sebentar, ya. Ada yang mau Opa bicarakan."

Sepuluh menit kemudian, makan malam selesai. Bunda dan Oma sedang mencuci piring di dapur dibantu oleh Keyla. Fian beserta cowok lainnya memilih naik ke lantai untuk bermain PlayStation. Sementara Alicia duduk di ruang keluarga bersama Opa. Ia bermain bersama Nina sebelum kemudian Opa datang dengan membawa segelas teh tawar.

"Terkait Peterson Corp, kamu harus lebih berhati-hati dengan mereka," kata Opa tanpa menunggu Alicia bersuara.
Alih-alih bertanya, Alicia mengangguk setuju. "Aku tahu, Opa. Karena mereka pemegang saham terbesar setelah aku, 'kan?"

Opa menggeleng. "Bukan itu. Opa ingat, sebelum Andre dan Amanda meninggal, mereka sempat membuat semacam perjanjian dengan keluarga Peterson."

Mendengar kedua orang tuanya disebut membuat Alicia terkejut. Ia tidak ingat, bahkan mungkin tidak tahu bila orang tuanya punya hal semacam itu. Bukannya jarang berkomunikasi, mereka pasti tidak sempat memberitahu.

Atau mungkin saja, mereka sengaja tidak memberitahu.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 265K 84
Michaela sangat mencintai kehidupan normal sebagai salah satu gadis remaja di London. Ia selalu bersyukur untuk kedua orangtua yang membesarkannya pe...
15.3M 217K 8
Sudah terbit
1.6M 69.7K 52
Edo merasa sangat frustasi karna kekasih yang selama ini begitu ia cintai menolak untuk kesekian kali saat Edo mengajaknya untuk menikah. Pada saat...