"Aku ingin kamu me...". Ucapan Arunika terpotong oleh suara dering di ponselnya. Saat di lihat ternyata nama Mikayla yg tertera disana, dengan segera Arunika beranjak dari duduknya berjalan agak jauh dari tempat Devian untuk mengangkatnya.
"Bentar ya Dev, aku angkat telpon dulu". Pamit Arunika sambil menggoyangkan ponselnya dan melangkah menjauh.
"Hallo ada apa Kay?", tanya Arunika to the point.
". . . ",
"Nanti tiba jam berapa biar aku jemput". Ucap Arunika dengan nada pelan, Arunika tidak ingin Devian sampai mendengar pembicaraan mereka. Sebenarnya bukan masalah besar, hanya saja Arunika, Mikayla dan Kiara ingin memberi kejutan pada Erick tentang kepulangan Kiara, dan Arunika tidak ingin rencana mereka sampai gagal jika bocor ke telinga Erick.
". . . ",
"Okey, have a safe flight". Arunika memutuskan panggilannya, dia kembali berjalan ke sofa, dimana Devian masih menunggunya.
Setelah Arunika duduk, Devian bertanya pada Arunika siapa yg baru saja menelponnya, karena jika bukan hal penting tidak mungkin Arunika sampai beranjak dari duduknya dan menjauh darinya.
"Siapa?". Arunika yg paham dengan pertanyaan Devian langsung menyodorkan ponselnya, disana tertera nama Mikayla sebagai pemanggil beberapa menit yg lalu.
"Kenapa harus ngejauh?". Tanya Devian lagi yg masih penasaran dengan sikap Arunika.
"Biasa urusan cewek". Jawab Arunika singkat. Devian yg mengerti pun hanya mengangguk saja. Sesaat mereka berdua hening, sampai tiba - tiba Devian teringat dengan ucapan Arunika tadi.
"Kamu tadi mau bilang apa?". Tanya Devian penasaran.
Arunika akhirnya mengatakan permintaannya agar Devian mau membantunya, Devian terkejut mendengar permintaan Arunika yg sulit untuk dia kabulkan, Devian mencoba bernegosiasi dengan Arunika agar permintaannya di ganti, Devian tidak mungkin mengabulkan permintaan Arunika sedangkan dia selama ini menjaga hati dan raganya agar tidak berdekatan dengan wanita lain selain Arunika dan mewanti - wanti agar tidak membuat Arunika cemburu apalagi sampai salah paham, Devian juga ingin membuktikan ucapan dan janjinya bahwa dia bisa setia hanya pada satu hati yaitu Arunika, tapi dengan gampangnya Arunika malah memintanya untuk melakukan hal konyol.
Arunika menghela nafasnya panjang, sudah dia duga jika Devian pasti akan menolaknya. Arunika sebenarnya juga tidak rela kalo Devian melakukan semua itu, tapi demi sebuah kebenaran agar segera terungkap, Arunika rela mengabaikan perasaannya.
"Apa tidak ada cara lain Run?, jujur aku gak sanggup mengabulkan permintaan konyolmu itu, susah payah aku membuatmu percaya lagi padaku tapi kamu malah mempermainkanku dengan permintaanmu". Ucap Devian gamang.
"Aku tidak bermaksud untuk mempermainkanmu Dev, tapi memang hanya itu satu - satunya cara agar kebenaran segera terungkap, lagian dia udah punya gebetan dan udah berubah juga kok". Arunika berusaha meyakinkan Devian.
"Kamu yakin dia berubah?, bagaimana jika itu hanya alibinya saja agar bisa dekat lagi denganku?". Devian yg tidak percaya dengan wanita selain Arunika dan oma'nya, apalagi semenjak kejadian enam tahun yg lalu dan beberapa fakta yg baru saja dia dengar.
"Kamu meragukannya?, Atau takut terbawa perasaan kayak dulu dan mengacuhkanku lagi?". Tanya Arunika memicingkan matanya. Arunika heran mengapa Devian sangat anti dengan cewek lain selain dirinya, apa begitu dahsyatnya pengaruh kepergiannya dulu.
"Ya, aku memang tidak bisa percaya perempuan lain selain kamu dan oma, Aku gak takut dengan itu semua karena hatiku sudah sepenuhnya buat kamu, aku hanya takut dia melukai perasaanmu dan memanfaatkanmu kembali, aku gamau kamu salah paham lagi padaku dan pergi ninggalin aku". Tutur Devian sambil memandang teduh wajah Arunika, tersirat dari tatapannya yg penuh cinta hanya di tujukan untuk Arunika seorang, karena selama ini Devian memandang perempuan lain dengan tatapan datarnya.
"Jika kamu yakin perasaanmu padaku harusnya kamu tidak usah takut, lagian kalo kamu berhasil melewatinya kamu bisa menjadikan itu untuk menghapus keraguan di hatiku". Ujar Arunika sambil menatap balik wajah Devian.
"Huft.. Baiklah akan aku coba, tapi aku gak janji bisa totalitas kayak dulu karena ada hati yg harus aku jaga". Devian menghembuskan nafasnya kasar.
"Thanks Dev, aku yakin kamu gak akan kecewain aku". Ucap Arunika sambil tersenyum tipis.
***
Setelah melakukan penerbangan tercepat dari korea selatan ke jakarta selama 7 jam, kini Mikayla dan Kiara tiba di bandara Soekarno - Hatta, mereka di jemput oleh Arunika yg sudah menunggunya 15 menit yg lalu. Arunika mengajak kedua sahabatnya memasuki mobil, Mikayla dan Kiara rencananya akan menginap di apartement Arunika, mereka ingin menghabiskan waktu yg telah tersita karena jarak, banyak cerita yg ingin di sampaikan, dan rasanya dua hari tidak cukup untuk menceritakan semuanya.
Dua puluh menit perjalanan, mereka tiba di basement apartement tempat tinggal Arunika. Mereka bergegas menuju lift yg akan membawanya ke lt.15 dimana kamar Arunika berada.
Beruntungnya di kamar Arunika masih ada satu kamar kosong, jadi mereka tidak harus tidur berhimpitan bertiga dalam satu ranjang, walaupun ranjang Arunika berukuran king size.
Kiara memilih menempati kamar kosong itu, karena untuk sementara waktu dia akan tinggal di apartement Arunika sampai dia mendapat tempat tinggal yg baru, berbeda dengan Mikayla setelah menginap dua hari dia akan kembali ke rumahnya.
Saat ini mereka tengah berkumpul di kamar Arunika, Mikayla yg mager memilih tiduran di atas ranjang Arunika sambil memeluk boneka sedangkan Kiara dan Arunika duduk santai di sofa sambil memakan cemilan yg Arunika bawa dari dapur.
"Gimana ceritanya Bondan bisa tertangkap Run?, aku dengar kamu ikut membantu para intel rahasia itu". Mikayla memulai percakapan diantara mereka. Arunika dan Mikayla sepakat mereka berbicara menggunakan aku - kamu karena mereka takut kelepasan jika bicara lo - gue di hadapan pasien Mikayla.
"Kamu tau?". Tanya Arunika, dan Mikayla hanya menganggukkan kepalanya. Mikayla merubah posisinya menjadi duduk, dia sangat antusias dengan pembahasan kali ini.
"Aku memang membantunya, karena aku juga yg awalnya melibatkan kak Raka agar menjaga Kiara dari ancaman Bondan, setelah aku tau kebusukannya ternyata memang kak Raka sedang ada misi dengan orang yg sama sehingga kita sepakat kerja sama untuk menangkap Bondan". Jelas Arunika.
"Kamu tau dari mana kebusukan Bondan?, Kamu punya mata - mata?", Mikayla memicing curiga. Dia sengaja bertanya seperti itu agar rasa penasarannya tentang Arunika terjawab, begitu juga dengan Kiara yg mendengarkan dengan seksama.
"Kamu lupa siapa saudara kembarku?, tentunya sangat mudah bagiku mendapatkan informasi apapun bahkan rahasia sekalipun". Arunika tersenyum miring, rupanya sahabatnya sedari kecil itu lupa akan fakta yg baru dia ketahui beberapa bulan yg lalu sebelum terbang ke korea selatan menemani Kiara.
"Shit.. Kenapa aku bisa lupa sama kanebo kering itu". Umpat Mikayla kesal, "Padahal menurutku kalian berdua tidak ada mirip - miripnya sama sekali". Gumamnya yg masih bisa di dengar oleh Arunika dan Kiara.
Mikayla masih tidak terima jika sahabat baiknya memiliki saudara kembar yg mirip seperti kanebo kering yg sifatnya sangat menjengkelkan.
"Kenapa kamu sensi gitu sama dia?, bagaimanapun juga dia itu abang kandungku". Arunika mengernyitkan dahinya.
"Gak rela aja rasanya kamu yg ramah gini punya kembaran yg super duper menjengkelkan". Mikayla meremas - remas boneka yg berada di pelukannya.
"Padahal dia tambah ganteng loh kayak oppa - oppa korea idola kamu". Arunika terkikik melihat wajah masam Mikayla.
"Percuma ganteng kalo wajahnya datar kayak papan triplek". Judes Mikayla. Entahlah sahabatnya itu memiliki dendam apa pada saudara kembarnya.
"Emang kamu udah pernah ketemu?". Tanya Arunika menaikkan alisnya.
"Udah, apes banget aku padahal rencana ke korea pengen liburan sambil nyari oppa - oppa buat jadiin gebetan ehh malah ketemu kanebo kering, nasib - nasib mana bicaranya ketus banget lagi kayak emak - emak lagi pms". Mikayla jengkel mengingat pertemuannya dengan kembaran Arunika saat berada di korea selatan.
"Fix, berarti kalian berdua emang jodoh". Ucap Arunika semangat.
"Amit - amit aku berjodoh sama dia", Mikayla sambil menggetok ranjang yg di dudukinya.
"Kalian lagi bicarain siapa sih?". Tanya Kiara yg membuat keduanya diam dan serempak menoleh kearah Kiara secara bersamaan. Kiara yg sedari tadi menyimak percakapan antara Arunika dan Mikayla hanya bisa menatap mereka berdua dengan cengo karena tidak mengerti dengan apa yg mereka bicarakan.