AQLAM

By StorybookChums

64 11 1

Aqlam mengisahkan perjalanan jiwa seorang remaja yang tengah berkelana di jalan pencarian identitas dan impia... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 15

Chapter 14

1 0 0
By StorybookChums

Seluruh anggota Pramuka sekarang sudah berada di hadapan api unggun yang masih menyala, terlihat beberapa anggota Ambalan memasukkan ranting-ranting ke dalam api agar tetap menyala.

Semua berkumpul dengan kelompok masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya, dan kelompok Aghniya berada dekat pohon pinus agak sedikit jauh dari api unggun. Api unggun sangat besar dan tinggi sehingga membuat suasana malam hari menjadi hangat, tapi jika berjarak sekitar 10 langkah akan terasa sangat panas.

Aghniya dan kelompoknya sudah siap menampilkan yel-yel mereka, tapi saat ini sedang menonton kelompok yang lain sambil menunggu giliran mereka.

"Reguku paling maju yes yes

Pinter-pinter siswanya

Reguku nomor satu

Regu melati namanya"

Kelompok pertama tampil ditemani kegugupan, dengan suara yang tidak imbang, ada yang cempreng ada pula yang serak-serak basah. Itu karena satu kelompok perempuan dan laki-laki disatukan.

Biasanya di setiap kegiatan Pramuka laki-laki dan perempuan dipisah, tapi kali ini berbeda. Karena memang ini ajuan permintaan dari anggota Ambalan.

Kelompok pertama mendapatkan tepuk tangan yang meriah, walaupun masih banyak sekali kekurangan, setidaknya mereka berani untuk maju paling pertama.

Dilanjutkan dengan kelompok kedua yang membawakan yel-yel dengan nada Satu Nusa Satu Bangsa.

"Kita penegak

Selalu berjuang

Pantang untuk menyerah,

Kita penegak

Pasti juara

Untuk nusa dan bangsa,

Berjuang paling depan

Mengabdi tanpa pamrih

Selalu gigih dan berdoa

Untuk kita semua..

Pergi ke pasar bersama Dina

Pulang ke rumah membawa kawat

Kami adalah kelompok Dua

Jangan kaget karena kita kuat!"

Kelompok 2 tampil sangat luar biasa, mereka sudah menyiapkan yel-yel dari beberapa hari sebelum kegiatan. Dan bentuk kesolidaritasan sangat tampak jelas dalam kelompok mereka saat mengucapkan pantun secara bersamaan dengan sangat lantang.

Hingga akhirnya kelompok Aghniya mendapatkan giliran untuk maju, yel-yel mereka disiapkan oleh ketua kelompoknya sendiri. Bahkan ide yel-yel terinspirasi dari sebuah kartun Jepang yaitu Doraemon.

"Kita pasti yang menang, Kita pasti yang menang. Ini itu musuh hilang, Kita kuat sekali. Semua.. Semua.. Semua.. Dapat ditaklukkan, pasti dapat ditaklukkan oleh kelompok 3

Laa la laa

Cepat mundur siap kalah

Kami yang menang

Laa laa laa

Cepat mundur menyerahlah

Kami yang menang!"

Bahkan gerakannya pun ikut mereka praktikan di tengah-tengah kegiatan unjuk yel-yel malam hari ini. Walaupun yel-yel mereka terdengar seperti anak-anak, tetapi gerakan-gerakan yang unik dapat menghibur para penonton.

Kelompok-kelompok lainnya juga saling bergantian menunjukkan yel-yel yang telah mereka siapkan, beberapa juga menggunakan gerakan-gerakan lucu seperti anak laki-laki yang menggoyangkan pinggulnya dan melakukan gerakan seperti Bebek. Para penonton yang menyaksikan aksi-aksi tersebut cukup terhibur, tawa mereka sangat lepas.

Sampai akhirnya tibalah waktu bercerita, masing-masing anak mulai menceritakan pengalaman mereka yang tidak akan pernah terlupakan.

Salah satu anak laki-laki bernama Dava mulai bercerita tentang pengalamannya, Ia menceritakan kejadian ketika ia masih kecil yang sedang bermain sepeda terjatuh hingga masuk ke dalam saluran air. Beberapa anak ada yang tertawa, tetapi ada juga yang tidak menerima kelucuan Dava.

Selanjutnya adalah Rujhan yang mulai bercerita, semua penonton yang tadinya tertawa seketika berhenti saat Rujhan ingin memulai ceritanya.

"Saya Rujhan, berdirinya saya disini untuk berbagi pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Banyak sekali pengalaman yang tidak terlupakan di pikiran saya, tapi saya akan menceritakan salah satunya.

Ini sejak saya mulai masuk SMA, dimana di sekolah baru ini saya mendapatkan teman yang tidak kalah baik dari sebelumnya. Dan disaat saya sudah SMA ini, saya menemukan cinta pertama saya."

Kalimat terakhir Rujhan membuat penonton heboh sendiri, ada yang berteriak ingin diberi tahu siapa perempuan itu, ada juga yang mengejek Rujhan.

"Tenang teman-teman, saya juga sudah memberitahu perasaan saya. Ta–"

Diterima gak?

Pasti di terima lah, gak mungkin nggak,

Emang bisa nembak cewek lo, Han?

Boro-boro nembak cewek, deket sama cewek aja dulu lo segan,

Timpal salah satu teman Rujhan yang dulunya satu SMP bersama dirinya.

"Sabar para penonton, gua belum kelar ngomong etdah!"

Para guru-guru yang melihat kehebohan ini tertawa terbahak-bahak, suasananya membuat mereka seperti kembali ke masa lalu. Di tambah cerita Rujhan membuat salah satu guru mengingat seseorang yang dulunya pernah seperti Rujhan.

"Diterimanya sih enggak, ta–"

Yaahh!!

Payah, ceritanya sad ending. Gak seru ah!

Ganti-ganti, penonton kecewa.

"Etdah lu pada kaga jelas banget. Biarin gua selesai ngomong dulu kek, dipotong mulu dari tadi,

Tapi setelah ditolak secara halus, malah jadi tambah semangat untuk meningkatkan kualitas diri biar bisa bersanding sama dia, itu pengalaman saya yang gak akan saya lupakan dan bisa menjadikan diri saya sendiri ingin lebih baik dari sebelumnya. Saya itu tidak gagal, tapi itu adalah pengalaman belajar, sekian Terimakasih."

Para kaum hawa seketika salah tingkah sendiri, seketika mereka mengharapkan laki-laki yang seperti Rujhan. Yang benar-benar memperjuangkan seorang wanita.

Namun disisi lain Sarah sudah memperhatikan mata Rujhan yang tertuju pada Aghniya sejak tadi, membuat darah dalam tubuhnya sangat panas. Ia meninggalkan kerumunan dan memasuki tenda terlebih dahulu. Hal itu ternyata sudah dilihat oleh Fera.

. . .

Setelah menyelesaikan semua kegiatan Pramuka pada hari ini, semua peserta diistirahatkan. Semua kembali pada tenda yang sudah menjadi tempatnya. Masih tersisa 15 menit lagi sebelum jam tepat pukul 10 malam, dan kesempatan tersebut digunakan untuk membersihkan diri masing-masing sebelum tidur.

Di dalam tenda Fera terduduk menatap Aghniya dan Sarah secara bergantian, ada pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada kedua orang yang berada di depannya, namun hatinya sangat ragu. Di lain sisi rasa penasarannya juga sangat kuat.

Akhirnya dia memutuskan untuk bertanya, tetapi sebisa mungkin mengatur kata-katanya agar tidak menyinggung perasaan, "Mmm, Sarah ttadi kenapa pergi duluan? Padahal masih banyak yang bercerita loh.."

"Udah capek aja, toh kakak-kakaknya gak ada yang permasalahin,"

Dini yang ternyata mendengar percakapan Fera dan Sarah tiba-tiba ikut menimbrung, "Biasanya, biasanya nih ya. Kakaknya emang gak mempermasalahkan malam ini. Tapi liat aja besok kejutan apa yang dikasih untuk kamu,"

"Apaan sih Din, lo tuh nakut-nakutin tau gak?" Fera mencoba menurunkan suasana lagi setelah Dini menaikan suasana.

"Ih gak percaya? Gue juga dulu pernah kayak si Sarah, duluan masuk tenda karena emang capek banget. Eh besoknya gue yang nyiapin sarapan untuk anak-anak, gue yang bersihin semua sisa makanan, bayangin aja tuh gue sendiri lagi," Dini semakin bersemangat untuk menceritakan pengalamannya terdahulu.

"Harusnya tadi kamu ikut cerita di lapangan Dini, kayaknya pengalaman kamu juga gak akan bisa dilupain deh," Aghniya ikut serta masuk ke dalam obrolan kecil mereka.

"Iya tuh bener kata si Aghni, mending sekarang lo pada tidur dah! Gue udah capek nih," Ujar Azmi yang sudah menggeletakkan tubuhnya dan sudah diselimuti sarung.

"Emang lo doang yang capek? Kita-kita juga kali," Hanifah datang menghampiri Azmi dan langsung memeluk tubuhnya tanpa aba-aba.

Azmi yang tidak suka diperlakukan seperti itu langsung mendorong wajah Hanifah dengan tangannya, namun hal itu tidak membuat Hanifah jengah, justru semakin memeluk erat tubuh Azmi, dan Latifah yang baru saja kembali dari toilet ikut menghantam tubuh Azmi.

"Eh ini apa-apaan sih kalian berdua? Awas atau gua telen hidup-hidup?!" Peringat Azmi.

Satu tenda ikut tertawa melihat kejadian tersebut, bahkan Sarah juga tertawa.

Lalu sebuah senter dengan kapasitas cahaya yang cukup tinggi menyenter ke arah tenda mereka, dan sebuah teriakan pun terlontarkan. "Kalian mau diam atau keluar dari tenda?"

"Lo si Mi pake segala teriak, tuh jadinya di marahin kan?"

"Lagian mereka juga ganggu gua, jangan salahin gua doang dong Per!"

Sepertinya jika ada Azmi diantara mereka, keributan tidak akan pernah selesai. Selalu ada saja yang diributkan, terlebih lagi Azmi yang tingkat emosionalnya sangat tidak bisa terkontrol membuat dirinya sering marah-marah.

Mereka sudah menyelimuti diri mereka sendiri, tetapi belum memasuki alam mimpi.

"Guys, kalian ngerasa gak sih perkemahan kali ini bener-bener bikin kita jadi deket gini?" Azmi kembali membuka suara diantara keheningan.

"Iya bener, dan jadi makin tau sifat asli diantara kita," Fera menatap ke arah Azmi.

"Dan kita juga bener-bener kayak kembali di masa kecil, dimana keseharian kita tanpa ponsel," Kalimat Latifah menjadi sependapat dengan yang lain, dimana di masa kecil mereka benar-benar tidak menggunakan gadget dan hanya bermain bersama anak-anak lain di lapangan.

Setelah larut dalam percakapan yang tiba-tiba mendalam, satu persatu dari mereka mulai menutup mata. Bahkan Aghniya sendiri sudah menutup matanya saat percakapan mendalam itu dimulai. 

Continue Reading

You'll Also Like

22K 3.3K 18
She was not only born with a silver spoon, she was rocked in a diamond cradle and raised in a gold castle. She had the world at her feet and on her f...
16.9K 1.7K 87
ALEX The name is enough to shiver down anyone. He is the defination of cruelty and known for his torture. The king of Mafia. He is cold, cruel, domin...
5.3K 182 7
Iman tetapkanlah teguhh. Hati jangnlah bersedih. Qowiykan jiwamu Kuatkanlah hatimu. Jangn pernah rapuh. Jangan lemah. Bangkit! Demi ummah.
19.2K 882 5
{BTS ot7 × Reader} The Story about The Kind Doctor and Her Obsessed Psycho Patients. WARNING 🚫. Soft Hearted People kindly Stay Away from This FF. T...