𝗜𝗥𝗘𝗡𝗘

By wittyst

133K 15.1K 1.3K

Bagaimana rasanya bereinkarnasi ke dalam sebuah cerita dark romance yang mampu membuatmu gila? Itulah yang di... More

🕊️ ✧.* ❝ P R O L O G ❞ ·˚ ༘
- ❝ o n e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w o ❞ ·˚ ༘
- ❝ t h r e e ❞ ·˚ ༘
- ❝ f o u r ❞ ·˚ ༘
- ❝ f i v e ❞ ·˚ ༘
- ❝ s i x ❞ ·˚ ༘
- ❝ s e v e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ e i g h t ❞ ·˚ ༘
- ❝ n i n e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ e l e v e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e l v e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t h i r t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ f o u r t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ f i f t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ s i x t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ s e v e n t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ n i n e t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y o n e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y t w o ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y t h r e e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y f o u r ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y f i v e ❞ ·˚ ༘

- ❝ e i g h t e e n ❞ ·˚ ༘

4.1K 475 78
By wittyst

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Melow"
.
.
.
.
.
.
.
.

[ WARNING : untuk yang belum membaca novel / yang menikmati cerita melalui manhwa dan sedang menunggu chapter terbaru update ]

❗Alur Chapter ini menggunakan alur dari novel dan di mix menggunakan alur buatan saya sendiri. Jadi untuk menghindari spoiler, mungkin chapter ini bisa diskip dahulu hingga chapter manhwa terbaru update❗

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Oh jadi dia juga sama sepertiku? Kecurigaanku benar." Gumam seseorang memikirkan kejadian yang tadi terjadi di Pesta.

"Cih! Bukankah hidupnya dia enak sekali?! Mengait hati pemeran utama pria, lalu dekat dengan keluarganya!"

"Lalu apa-apaan dia?! Apakah karena dia Claudine tidak mengganggu Layla?! Seharusnya Claudine harus tetap menjadi karakter antagonis!"

"Layla juga seharusnya bersama Matthias? Ekspresi pria itu malah lebih tertarik kepada wanita itu daripada Layla! Sialan! Dia mengganggu alurnya! Bukankah dia yang lebih cocok menjadi karakter antagonis bersama Claudine?"

Matanya menyorotkan tatapan tajam, napasnya memburu. Dia sangat terima dengan semua keadaan ini!

"Ahahaha~ tapi setidaknya dia pasti sedang syok karena kejadian itu. Sistem yang telah mengirimkanku ke sini melakukan pekerjaannya dengan baik."

Senyuman licik terpatri di bibirnya. Seperti dia harus mulai melakukan rencana. Dia tidak ingin terus menjadi karakter sampingan, ia ingin menjadi karakter yang bersinar!

__________________ ׂׂૢ་༘࿐

"ዕሁጕቿ! ልክዕል ጋልክኗልክ ፕቿዪረልረሁ ጕልጕሁ! ልክዕል ጎፕሁ ጌሁጕልክ ጌዐክቿጕል!"

"ዘልዘ.... ጌሁጕልክጕልዘ ነሁዕልዘ ጕሁጌጎረልክኗ ሁክፕሁጕ ጌቿዪጎነፕጎዪልዘልፕ? ጕቿክልየል ጕልሁ ነልክኗልፕ ነሁረጎፕ ሁክፕሁጕ ጠቿክዕቿክኗልዪ የቿዪጕልፕልልክ ጕሁ?"

"ዐዘ ልሃዐረልዘ! ልክዕል ጠቿክኗሁዪሁክኗ ነልሃል ነሁዕልዘ ረቿጌጎዘ ነቿጌሁረልክ ዕጎ ነጎክጎ! ነልሃል ጠቿዪልነል ጌዐነልክ! ረልኗጎየሁረል ልክዕል ረጎዘልፕጕልክ ነልሃል ነሁዕልዘ ነቿዘልፕ!"

"ፕቿዪነቿዪልዘ. ዕጎልጠ ረልዘ ረልኗጎ ጌቿጌቿዪልየል ሠልጕፕሁ. የቿጕቿዪጋልልክጕሁ ልጕልክ ነቿረቿነልጎ ነቿጌቿክፕልዪ ረልኗጎ, ነቿፕቿረልዘ ጎፕሁ ጕጎፕል የቿዪኗጎ ጠቿክኗሁክጋሁክኗጎ ርረልሁዕጎክቿ ዕልክ ዪጎሠፕፕቿ."

"ልሃልሃልሃ ጕልየፕቿክ!"

Samar-samar suara perbincangan antara seorang pria dan wanita memasuki pendengarannya.

Dengan pelan mengerjapkan matanya, ia melihat pemandangan ruangan yang lumayan besar, seperrtinya ruangan kerja seseorang.

Ruangan itu didominasi dengan cat bewarna putih dengan biru dongker. Corakan emas terlihat menghiasi dinding tersebut.

Ia melihat dua sosok, satu wanita dan satu pria. Anehnya, ia tidak bisa melihat wajah mereka. Seperti ada yang menghalangi dirinya untuk menebak siapa mereka.

Irene hanya bisa melihat pakaian mereka saja. Rambut dan wajah, ia tidak bisa lihat. Suara mereka, familiar, namun Irene lupa suara itu milik siapa.

Lagi-lagi mimpi aneh. Tidak bisakah mimpinya itu mimpi indah? Ia baru saja mengalami kejadian yang menyeramkan dan sekarang mimpi penuh teka-teki.

__ __ __ __ __ __ __ __ __

Chirp! Chirp!

Alunan kicauan para burung menyambut pagi, matahari dengan semangatnya mulai menampakkan dirinya dari timur.

Suara embun air yang menetes dari daun-daun menjadi musik penenang, angin dengan pelan.

"Eughhhhh....."

Dengan perlahan, seseorang yang baru bangun menggeliat di dalam selimut sutra. Meregangkan otot tubuhnya yang kaku.

Perlahan, ia mengerjapkan matanya. Menatap wajah tidur seseorang. Wanita itu hampir menendang pria itu dengan reflek kalau bukan pria itu mengeratkan pelukannya kembali.

Memori kemarin kembali terulang di kepalanya, membuatnya meringis. Sehabis kejadian itu, rasanya tenaganya untuk bergerak maupun berbicara habis.

Lidahnya kelu. Ia merasa pundaknya memberat.

'Siapapun yang muncul kemarin, ia mengetahui identitasku sebelumnya. Dia bilang aku telah melakukan kesalahan dengan mengacaukan alurnya....'

'......................'

'Di awal aku tidak salah, mengapa aku berpindah ke tubuh yang memiliki hubungan dekat karakter novelnya. Kenapa tidak karakter dari negara tetangga? Kan tidak bertemu dengan mereka. Aku juga tidak tahu bahwa aku kembali hidup di sini.'

'Namun, aku salah di bagian tidak mau memutuskan hubungan dengan mereka dan tidak mau mencobanya.'

'Sebenarnya cerita ini hanya cerita tentang tunangan seseorang jatuh cinta pada seseorang dan malah memilih berjuang dengan seseorang itu daripada tunangannya. Ditambahi bumbu politik dan perang.'

'Namun entah mengapa aku tidak bisa menjauh dari mereka. Setiap aku menjauh, hatiku menyuruhkan untuk kembali. Apalagi kepada dia.....'

Irene menoleh ke sebelahnya. Menatap wajah nyenyak seseorang. Sepertinya Tuhan membuatnya dengan bibit unggul sedikit.

Rambut hitam lembut. Alis tebal. Mata yang indah dan tajam. Rahang yang tegas. Bibir merah. Kulit putih yang bersih.

Huh, memang anak favorit.

Tapi dipandangannya, ia juga memiliki kekurangan. Sifat angkuhnya dan sombong, untungnya kedudukan dan wajahnya mendukung sifatnya.

Pria yang dari kecil hidupnya sudah diatur oleh keluarganya. Dituntut untuk memenuhi standar, atau mungkin melampui keluarganya yang sebelumnya.

"Aku tahu aku tampan."

Seseorang rupanya baru bangun dari tidurnya, namun enggan untuk melepaskan pelukannya.

"...................."

Sang wanita hanya menatapnya dengan tidak ada niat membalas. Ia tidak mampu melakukan apapun untuk hari ini.

Matthias yang tidak ada merasakan pergerakan dari orang di sebelahnya mengerutkan kening. Tumben Irene tidak menendang atau memukulnya. Lantas, ia memutuskan untuk mendongak menatap Irene.

Wanita itu sedang memikirkan sesuatu, wajahnya tidak ada ekspresi. Bibir manisnya yang biasanya berbicara tertutup rapat. Matanya menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong.

Cih, Matthias benci momen ini. Ia memutuskan menggendong Irene dan berjalan memasuki kamar mandi. Menghiraukan Irene yang memberontak tidak terima.

Dengan pelan ia mendudukan Irene di atas bathtub. Memberikannya sebuah handuk bersih untuk menutupi tubuhnya. Lalu menghidupkan keran air dingin. Bukan air dingin seperti es, namun seperti air dingin yang masih bisa ditolerir.

"Diam di sini. Akan kupanggilkan pelayan untuk membantumu membasuh diri. Aku pergi dulu." Pamit Matthias.

Klikkk........

Suasana hening setelah Matthias keluar. Irene menghela napas dan merendamkan dirinya di dalam air dingin. Mendinginkan kepalanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hessen." Panggil Matthias di ruangan kerjanya.

"Ya, Tuan Duke?"

"Kemarin, apakah kau merasakan ada yang aneh?"

Pria paruh baya itu menatap sang Tuan dengan tatapan bingung. Ia memikirkan semua kejadian kemarin.

Semua kegiatan berjalan dengan biasanya, seperti di hari lain. Namun tidak ada yang aneh.

Dengan pelan, pria itu menggeleng. Menandakan tidak ada tindakan yang mencurigakan.

"Saya tidak mendengar desas-desus aneh." Jawab Hessen.

Jemari Matthias mengetuk meja dengan pandangan berpikir. Apakah sesuatu memang tidak terjadi?

Masalahnya, Matthias merasa tidak ada yang beres sedari kemarin. Apalagi saat di Aula.

Setelah tunangannya bertanya kapan waktu pestanya selesai, beberapa detik kemudian ia menemukannya terduduk lemas di depan kakinya.

Padahal Irene baru saja berbicara di sebelahnya. Tidak mungkin tidak ada yang terjadi. Ini tidak beres. Tidak mungkin manusia bisa berpindah tempat tanpa bersuara secepat itu.

Matthias menghela napas, menatap pemandangan di luar jendela dengan banyak pikiran. Sebuah batang rokok ia nyalakan, menghisapnya dengan pelan.

Dunia yang penuh misteri.

__________________ ׂׂૢ་༘࿐

Seminggu setelahnya, Matthias ditugaskan ke dalam pasukan militer Berg. Bertemu kembali dengan rekan-rekannya dalam tugas. Berbincang mengenai kehidupan mereka.

"Hoi! Matthias kami berencana menyudahi tugas kemiliteran kami! Bagimana dengan dirimu"

Alis Matthias terangkat, ia belum terlalu memikirkannya.

"Sekarang ini, aku berpikir untuk melanjutkannya lagi selama satu tahun kembali." Jawab Matthias.

"Ho? Kau tidak akan menikah dan melanjutkan bisnis keluargamu?" Kagetnya.

"Belum. Untuk saat ini kami masih fokus dalam pekerjaan masing-masing. Dan untuk bisnis keluarga, aku bisa menyeimbangkannya."

"Yah sayang sekali! Kau tahu istriku sudah heboh memikirkan pernikahanmu! Bahkan dia memiliki banyak rencana untuk memilihkan hadiah pernikahan untuk kalian."

"Eh memangnya apa saja yang akan dia beri?" Temannya bertanya.

"Entah, dia menjelaskanya sembari tersenyum lebar. Kata-kata yang ia ucapkan terlalu cepat untuk kucerna." Gelengnya.

'Pernikahan ya?' Matthias berpikir.

Ya, dirinya tidak masalah kapan mereka akan melaksanakan pernikahan. Umur mereka sudah bisa dibilang cukup matang untuk menikah.

Tapi yang ia pikirkan adalah Irene. Wanita itu satu-satunya keturunan langsung dari keluarganya. Ia tidak memiliki kerabat jauh karena Keluarga Delaney itu selalu mempunyai satu keturunan. Mereka hanya boleh mempunyai keturunan lagi jika anak pertama merupakan perempuan.

Mereka menghindari perebutan kekuasaan. Jadi sekarang, masalahnya cukup ribet. Karena Irenelah perempuan pertama yang lahir dalam sejarah keluarganya.

Belum lagi adik laki-lakinya dan orang tuanya mengalami kecelakaan hingga tewas. Jadi yang hanya tersisa Irene.

Pekerjaannya akan semakin banyak dan menumpuk, mengurus Duchynya dan mengurus Arvis. Untungnya neneknya, Norma dan Ibunya, Elysee menawarkan diri untuk membantu Irene. Matthias bersyukur akan hal itu.

Irene berkata akan membagi pekerjaannya dengan Yohan, asisten yang sudah ia percayai. Matthias awalnya menolak, mana mungkin ia membiarkan Irene bekerja dengan pria itu. Namun apa boleh buat, hanya Yohan yang bisa mereka andalkan.

Jadi pekerjaan Irene setelah menikah hanya mengambil setengah pekerjaan di Eirwen dan di Arvis. Sampai anak pertama mereka sudah cukup umur untuk mengambil kedudukannya sebagai calon penerus.

Yap. Mereka sudah melakukan kesepakatan, anak pertama yang lahir akan menyandang nama Delaney. Sedangkan anak kedua mereka akan menyandang nama Herhardt.

Ah..... Matthias menunggu momen itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kedua Nyonya berada di sini bersama Lady." Ucap seorang pelayan datang menginformasikan Matthias.

"Mereka berada di sini?" Gumam Matthias.

"Benar, Tuan. Mereka berada di sini untung mendatangi pernikahan Putri Mahkota yang akan datang segera."

Matthias mengangguk. Cukup terkejut atas kedatangan mereka di salah satu mansion tua Arvis.

"Matthias, sudah lama tidak berjumpa!" Sapa neneknya.

"Akhirnya kami bisa melihat wajahmu. Ibu bahkan tidak yakin masih mengingatmu setelah kau bertugas di luar." Kata Elysee tersenyum.

Yah mereka berbincang-bincang seperti biasa layaknya keluarga. Hari sabtu yang tenang, seperti hari lainnya. Kali ini, di hari awal kedatangan musim semi.

"Kau kenal dengan anak Dokter Etman, bukan?"

"Anak keluarga Etman?"

Matthias megerutkan keningnya tipis, mencoba mengingat rupa dari anak dokter keluarga mereka. Bayangan anak lelaki yang bergerak lemah seperti air dengan mata besar.

'Anjing cengeng itu?'

"Kyle Etman?"

Melihat ekspresi wajah yang Matthias buat, Irene yakin gambaran Kyle di ingatannya itu tidak lebih dari anak anjing.

"Kau benar. Ku dengar dia akan menikah dengan anak tukang kebun kita."

'Oh.... yang mana lagi dia..... apakah bocah cengeng kedua yang berambut pirang emas?' Pikir Matthias.

Sungguh, ia sangat tidak ingat dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat dengannya. Jadi ia hanya ingat ala kadarnya.

"Nyonya Etman pasti sangat kecewa dengan keputusan anaknya. Anak itu pasti tidak memenuhi ekspektasinya. Kasian sekali dia." Komen Elysee.

"Usahaku untuk memperkenalkan Kyle kepada gadis-gadis yang lebih baik berakhir sia-sia."

Rumor mengenai Kyle yang akan menikah dengan Layla berhembus cepat bagaikan angin dan menjadi topik perbincangan para penghuninya.

Mereka akan menikah dan bermulan madu di Ratz lalu melanjutkan pendidikan mereka. Setelah musim panas yang akan datang, setelah musim mawar tiba.

Irene ingin menolak perkataan mereka, namun ia sadar ia bukan siapa-siapa yang berhak menyela pendapat mereka. Lagipula ia tidak ingin ikut campur alurnya kembali.

Ia hanya diam dan menyesap teh melatinya, menatap pantulannya di dalam cangkir.

Matthias melirik wanita di sebelahnya, semenjak kejadian itu dia hanya kembali seperti biasa. Namun lebih pendiam dan tenang.

Alis Madam Norma terangkat, terhibur. Rupanya cucunya itu daritadi diam dan menatap tunangannya.

'Dasar anak muda.'

"Matthias, bagaimana kau ajak Irene berkeliling mansion ini? Ini adalah kunjungan pertamanya." Tawar Elysee. Matthias hanya mengangguk pelan.

__________________ ׂׂૢ་༘࿐

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Matthias, pria itu membawanya ke taman di mansion itu.

"Seperti biasa." Singkat Irene. Wanita itu menikmati pemandangan indah di depannya.

"Kau seperti mayat hidup." Komen Matthias membuat Irene meliriknya.

"Saya memang mayat." Balas Irene.

Matthias menghela napas, wanita memang susah dipahami.

"Ada apa dengan dirimu? Mana dirimu yang selalu mengoceh? Kau tidak biasanya tidak berkata-kata jahat kepadaku."

"Entahlah." Cuek Irene.

"Kau masih memikirkan kejadian minggu lalu?" Tanya Matthias.

Irene tersentak sedikit sebelum menggeleng.

"Tidak. Bukan itu, Duke."

"Kau tahukan kau itu pembohong yang amatir."

"Hessen berkata tidak ada yang aneh. Semuanya berjalan lancar. Namun aku tahu ada yang salah." Ucap Matthias menatap keindahan sore hari.

"Aku merasakan ada hal yang tidak beres. Sedetik kau di sampingku, lalu detik berikutnya kau di depanku. Itu tidak masuk logika."

"Sedetik?" Bingung Irene. Iya yakin, kejadian itu terasa hampir setengah jam dan pria di sebelahnya berkata bahwa itu hanya sedetik?

"Kau benar."

Sekarang mereka terdiam. Memikirkan semua kemungkinan dan alasan terjadinya hal itu. Namun yang paling mereka ingin tahu adalah, siapa pelakunya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

End of Chapter Eighteen








Entahlah, saya juga bingung mau nulis apa. Sekian dan terimakasih, have a nice day ♡~!

Btw kalian lagi ngapain? Okay, sekian dulua ya.

👍 👋

Continue Reading

You'll Also Like

167K 19.7K 26
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
722 59 4
‎tentang Oliver Aiku yang jatuh cinta dengan Arabella (name) pada pandangan pertama. Namun Arabella (name) sendiri masih tidak bisa melupakan mantan...
1M 85.7K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
1.2K 179 10
Menerima warisan vila dan ke-5 pelayan tampan yang sinting. Ini beruntung atau sial?! Rianna Oscar Charoles, gadis yatim-piatu terlantar yang sekaran...