Choose Family

由 ItsmeJaeyongis

951K 77.8K 5.6K

Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di u... 更多

Prolog
1. Menepi
2. Adek Sakit
3. Anak Siapa?
4. Panggilan
5. Simulasi
6. Abang Marah?
7. Egois
8. Kalian ini siapa?
9. Masa Depan
10. Makasih Abang
11. Family Time
12. Pindahan
13. Sahabat
14. Beneran?
15. Abang Sakit Lagi?
16. Rutinitas
17. Drama Adek
18. Nge-Mall
19. Mobil
20. Sidang
21. Drama Papih
23. Papih Marah?
24. Adek Kalem?
25. Sekolah?
26. Om Yuta vs Gembrot
Special Chapter For You

22. Berdua

31.8K 2.6K 254
由 ItsmeJaeyongis



"Bagus, kalau kemari jangan bawa tuyul lo lah, Jae. Trauma gue." Kata Yuta melihat Jaehyun dan Taeyong yang sudah duduk disalah satu kursi caffe-nya.

Dua orangtua dadakan itu hanya menggeleng tidak percaya, "Sembarangan ngatain anak gue Tuyul." Kata Jaehyun membalas.

"Bentukan bulat begitu dikasih baju kutangan putih apa nggak mirip tuyul, kurang di botakin aja tuh bocah." Ujar Yuta tampaknya kelihatan punya dendam sama Jeno.

Kali ini Taeyong langsung tersedak, "Bang! Yang bener aja ah kalau ngomong." Taeyong sedikit memalas.

Dia kesini untuk bersenang-senang dan ingin melupakan sejenak fakta dari anak-anaknya yang menginap dirumah Kakek Neneknya. Ini Yuta lagi-lagi membahas keduanya dan ada sedikit penghinaan apa nggak sakit kepala Taeyong jadinya.

"Bercanda, Yong. Sensi amat lu, hamil yak?" Kata Yuta membuat Taeyong membelak kaget.

Ia langsung melayangkan pukulan pada bahu Yuta, "Sembarangan! Mulut lo ya, Bang. Bener-bener." Kata Taeyong dengan muka memerah.

Yuta hanya cengengesan, "Siapa tau udah di eksekusi duluan sama Jamal." Ujarnya kembali.

Jaehyun langsung menatap nyalang temannya itu, "Bang, bener ye kata Adek lo emang kagak punya otak ini mah." Kata Jaehyun.

"Emang kagak punya otak dia, Jae. Udah jangan didengerin." Saut Winwin yang datang dari arah dapur.

Caffe yang sedang mereka datangin ini memang milik Yuta, namun sebagai sahabat yang baik Winwin siaga satu untuk membantu mengurus usaha sang sahabat. Tampaknya lingkup pertemanan Jaehyun dan Taeyong memang patut di labelin pertemanan tanpa status. Berlagak seperti memiliki namun tidak punya status yang pasti.

Taeyong yang mendengar suara Winwin langsung menoleh, "Aaaaa Winnie, kangen banget." Kata Taeyong langsung berdiri untuk memeluk Winwin.

"Tumben banget? Padahal baru beberapa hari gue ke Apartemen lo ya, Yong." Ujarnya sedikit keheranan.

Taeyong yang mendapat respon begitu langsung mendelik tajam, "Males nih gue begini, seujon mulu." Sinis Taeyong pada Winwin.

"Nggak ada yang seudzonin lu, Yong. Hadeh, paham gue sekarang. Mau ngobrol disini atau didalem kantor Yuta aja?" Akhirnya Winwin mengerti maksud kedatangan sahabatnya itu.

Taeyong tanpa berpikir panjang, "Diruangan Bang Yuta aja." Jawabnya dengan cepat.

Jaehyun dan Yuta hanya saling melempar tatapan bingung melihat keduanya. Kenapa hanya mereka berdua yang tidak mengerti, bahkan Jaehyun juga tidak tau kenapa Taeyong ingin sekali mampir kemari.

"Kenapa bini lu, Jae?" Tanya Yuta ketika Taeyong dan Winwin pergi masuk kedalam ruangannya.

Jaehyun hanya menggeleng tidak tau, "Biarin aja, Bang. Kayak nggak tau Taeyong Winwin aja lu." Kata Jaehyun mencoba pura-pura acuh.

Yuta akhirnya mengalah, "Au dah, puyeng. Eh tapi Jae beberapa hari ini gue bersin-bersin mulu. Apa gue alergi ya?" Curhat Yuta tiba-tiba.

Tentu saja Jaehyun sangat kaget dengan pengakuan Yuta yang tiba-tiba itu. Dengan sedikit tidak enak ia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, hanya saja ia takut. Jaehyun berkali-kali melirik Yuta yang masih menunggu respon darinya.

"Alergi kali, Bang?" Jawab Jaehyun dengan menelan ludahnya kasar.

Kan tidak mungkin ia mengatakan jika dia menakuti anak bontotnya dengan nama Yuta ketika anaknya itu mulai bertingkah. Mana lagi disetiap pembicaraan Jaehyun dengan anaknya selalu terselip nama Yuta. Gimana tidak bersin-bersin.

"Gue mikirnya begitu juga sih, Jae. Aneh banget, telinga gue sering tiba-tiba panas. Tapi bentaran doang, tiap harinya." Kata Yuta kembali curhat.

Jaehyun semakin gelagapan, "A—alergi, bang. Iya alergi aja itu." Kata Jaehyun mencoba meyakinkan Yuta.

Yuta menatap Jaehyun penuh curiga, "Kenapa lu gagap gitu, sans bro. Gue yang sakit malah lu yang panik." Kata Yuta membuat Jaehyun langsung bernafas lega.

"Paling bentar lagi sembuh itu." Kata Jaehyun mencoba tetap tenang.

Yuta mengangguk setuju, "Gue mikir begitu juga, Winwin noh ribet amat ngebet bawa gue periksa ke dokter." Ujar Yuta seolah-olah ia tidak terima dengan keinganan Winwin.

"Nggak perlu lah, bersin doang juga." Saut Jaehyun meyakinkan Yuta kembali.

"Gue juga ogah. Tau sendiri Winwin kalau apa-apa ke dokter mulu. Gue muntah-muntah aja di periksa ke dokter kandungan sama itu orang. Gue lakik begini dikira hamil gimana ceritanya, untung gue sayang. Kalau nggak udah gue pites." Adu Yuta menggebu-gebu.

Jaehyun yang duduk berhadapan dengan Yuta hanya menggeleng memperingatin Yuta untuk berhenti berbicara.

"Mulai, yang lama-lama di ungkit. Jangan sampe lo yang gue tendang dimari ya, Yuta." Desis Winwin yang sudah berdiri dibelakang Yuta. Tentu saja dia mendengar omongan Yuta tentang dirinya.

Yuta langsung kaget dan berbalik badan mendapati tatapan tajam yang dilayangkan Winwin untuknya. Mampus, ini mah Yuta tinggal nama doang.

"Hehehe, bercanda beb." Kata Yuta dengan cengengesan.

Winwin mendelik tajam, "Mata lo buta bercanda. Gue tendang beneran lo ya, Yuta." Ujarnya ketus.

Jaehyun hanya menggeleng tidak percaya melihat kelakuan sepasang kekasih atau sepasang orang dengan hubungan yang tidak jelas itu. Mata Jaehyun mengarah ke Taeyong yang berdiri di samping Winwin.

"Udah kelar ngobrolnya? Mau disini dulu apa mau balik langsung?" Tanya Jaehyun pada Taeyong mencoba tidak memperdulikan Yuta dengan seribu masalahnya.

Taeyong yang ditanya langsung menoleh, "Mau langsung balik." Jawan Taeyong cepat.

Jaehyun mengangguk, lalu menoleh kearah Yuta yang masih mendapat omelan dari Winwin. Ia bangkit dari duduknya dan mendekati Taeyong untuk mengelus kepala pria mungil itu.

"Nggak ada mau beli apa-apa dulu, Mih?" Tanya Jaehyun sedikit berbisik di telinga Taeyong.

Pria yang lebih kecil itu menggeleng untuk menolak, "Mau pulang langsung." Jawabnya dengan jujur.

Jaehyun mendapati wajah Taeyong yang balik dari ruangan Yuta dengan lesu, terbukti kini Taeyong tidak segirang tadi dan lebih banyak menunduk dengan tatapan mata yang kosong.

"Bang, gue sama Taeyong langsung balik ya. Keburu malem banget. Makasih ya, bro." Pamit Jaehyun pada Yuta.

Mendengar pamitan Jaehyun, Winwin yang lagi mengomeli Yuta langsung berhenti dan mengangguk cepat. Yuta hanya menjawab dengan gelengan, ia masih butuh Jaehyun untuk membantunya dari amukan Winwin. Namun, Jaehyun hanya terkekeh palan.

"Selesain baik-baik, bro." Kata Jaehyun sambil menepuk pundak Yuta untuk menguatkan pria itu karena omongannya sendiri.

Yuta mendelik tajam, Jaehyun semakin terkekeh dengan kondisi Yuta yang sudah mati kutu dengan amukan Winwin dihadapannya.

"Gue duluan ya, Win." Kata Jaehyun sambil mengandeng pinggang Taeyong keluar dari caffe milik Yuta.

Membiarkan sahabat mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Toh, sudah hal biasa lagi untuk mereka semua melihat Yuta dan Winwin berantem dan ujung-ujungnya kembali bucin tolol kembali dengan hitungan jam maupun menit.

*

"Kenapa jauh-jauh tidurnya, sini deketan lagi."

Malam ini di kamar tidur Jaehyun, hanya ada sang pemilik kamar dan Taeyong. Mereka berdua memilih langsung naik keatas kasur setelah berbenah diri. Membiarkan suara tv yang sengaja dihidupkan untuk menemani orangtua dadakan yang sedang merindukan anak-anaknya itu.

"Sini dekatan, Taeyong." Suara Jaehyun kembali terdengar seperti nada memerintah.

Yang dipanggil hanya mendengus tidak suka, mau tidak mau badan mungil itu bergerak mendekat ketengah seperti perintah pria yang lebih dominan darinya.

"Kenapa sih, Yong? Dari tadi diem doang." Tanya Jaehyun dengan bingung. Ia semakin menarik badan Taeyong agar merapat ke badannya.

"Kangen Abang Adek." Lirih Taeyong dengan sedikit menunduk sedih.

Jaehyun mendengar pengakuan Taeyong langsung memeluk tubuh pria mungil disampingnya, membawa tubuh itu berada diatasnya.

"Oh jadi tadi pura-pura kuat ya? Padahal aslinya begini ya, Mih." Ujar Jaehyun sambil terkekeh pelan.

Taeyong yang sudah berada di dekapan Jaehyun dengan posisi mukanya yang berada di dada bidang Jaehyun hanya menggeleng kuat.

"Tadi beneran nggakpapa, sekarang baru kerasa." Jawabnya dengan jujur.

Jaehyun hanya terkekeh gemas melihat Taeyong yang semakin menyembunyikan mukanya di dada Jaehyun seperti koala. Bahkan detak jantung Jaehyun yang sedikit berbunyi tidak sopan itu dapat didengar oleh Taeyong.

"Besok pagi-pagi kita jemput ya, Mih. Nggak usah sedih begini dong, kita nonton aja yuk." Ujar Jaehyun berbisik di telinga Taeyong.

Tangan kekar Jaehyun mengelus pelan punggung pria yang berada di atasnya dan satu tangan Jaehyun ia gunakan untuk mengelus puncak kepala Taeyong dengan penuh sayang.

"Kangennya sekarang, Jae." Ujar Taeyong dengan sedikit rengekan.

Jaehyun udah tidak tahan untuk mencium kening Taeyong. "Iya sayang, iya. Besok yaa? Kangennya ditahan bentar dulu." Ujar Jaehyun dengan sangat lembut.

Mendengar panggilan Jaehyun padanya, mendadak Taeyong salah tingkah di dalam dekapan pria dominan tersebut. Untung saja lampu sudah dimatikan oleh Jaehyun, kalau tidak Taeyong bisa memastikan jika Jaehyun dapat melihat mukanya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Salting ya, Mih?" Tanya Jaehyun kala merasakan detak jantung Taeyong yang terdengar sangat cepat dan pria mungil itu yang mendadak terdiam kaku.

"Ish iseng banget!" Ujar Taeyong sambil memukul pelan dada Jaehyun. Salah tingkah beneran si Mamih.

"Udah dong sedihnya, Abang Adek bentaran doang kan. Besok, pagi buta kita jemput ya." Ujar Jaehyun sambil memainkan rambut Taeyong.

"Ternyata udah nggak enak rasanya tanpa mereka ya, Jae. Gue nggak tau kenapa rasanya hampa dan kosong banget." Kata Taeyong terdengar sangat lirih.

"Sama, rasanya aneh kalau nggak ada rengekan mereka berdua." Ujar Jaehyun menimpali.

Taeyong mengangguk, "Iyaa, kangen banget. Padahal baru beberapa jam, tapi rasanya lama banget." Ujar Taeyong.

"Mereka kangen kita nggak ya, Jae?" Sambung Taeyong dengan sedikit mendongak agar bisa menatap Jaehyun.

"Kayaknya nggak deh, gue berani jamin Abang Adek bakal dikasih semua apa yang mereka mau sama Daddy dan Mommy. Gue lebih takut, anak-anak nyaman dan nggak mau pulang." Kali ini Jaehyun yang mendadak sedih membayangkan ucapannya jika benar.

"Nggak boleh! Cuma semalem doang bolehnya." Tolak Taeyong cepat dengan bibir yang sudah sedikit maju karena kesal membayangkan ucapan Jaehyun.

Jaehyun yang tadinya sedih langsung tersenyum gemas melihat ekspresi wajah Taeyong yang cepat sekali berubah.

"Iya sayang, semalem doangkan?" Kata Jaehyun sambil mengecup pelan kening Taeyong.

"Apaan sih sayang-sayang mulu." Balas Taeyong yang sudah salah tingkah. Panggilan Jaehyun untuknya itu sangat-sangat tidak ramah untuk jantung Taeyong.

Alis Jaehyun terangkat, "Loh kan mulut Papih? Kenapa yang sewot kamu sih, Mih." Ujar Jaehyun dengan santai namun semakin membuat muka Taeyong memerah.

"Lagi nggak ada Abang Adek, stop dulu Papih Mamihnya!" Kata Taeyong dengan sinis.

Jaehyun tidak dapat menahan senyumannya, "Loh ya terserah Papih juga dong. Mulut Papihkan ini?" Balas Jaehyun semakin menggoda Taeyong.

"Nyebelin banget, ih!"

Taeyong dengan kesal kembali menyembunyikan mukanya. Kali ini tidak lagi di dada Jaehyun, ia sedikit mengangkat badan kurusnya itu untuk memilih pundak Jaehyun sebagai tempat menyembunyikan mukanya yang sudah memerah menahan malu.

"Nyebelin, tapi ini ngedusel mulu di leher. Lihat dulu sini mukanya pasti udah merah kayak tomat." Iseng Jaehyun membuat Taeyong semakin merengek di ceruk lehernya.

Kali ini Jaehyun yang terdiam kaku, hembusan nafas Taeyong terasa di kulitnya hingga membuat pria dominan itu mendadak pusing menahan sesuatu.

"Ish, nggak mau! Nyebelin." Tolak Taeyong yang kini sudah memeluk leher Jaehyun dengan kedua tangannya.

Kepala Jaehyun semakin pusing, "Yong, beneran nggak mau nambah anak?" Ujar Jaehyun tiba-tiba.

Mendengar ucapan Jaehyun, Taeyong langsung mengangkat wajahnya dan menatap Jaehyun dengan serius.

"Dua anak lebih baik." Ujar Taeyong dengan cepat dan kembali menyembunyikan mukanya di cekuk leher Jaehyun.

Jaehyun terdiam beberapa saat, "Kalau posisinya begini, gue beneran nggak kuat Yong." Ujarnya tanpa dosa.

"Kenapa? Gue berat ya?!" Tanya Taeyong dengan kesal.

Jaehyun semakin frustasi dibuatnya, ini Taeyong beneran tidak tau efek dari semua pergerakannya dapat membangunkan singa yang tertidur kah?

"Nggak." Jawab Jaehyun pasrah.

Keduanya kembali terdiam, Taeyong yang sibuk meredakan detak jantungnya dan Jaehyun yang mati-matian menahan gejolak aneh yang membuatnya pusing menahan sesuatu agar tidak semakin bangun.

"Jae?" Panggil Taeyong tiba-tiba.

"Hmm..."

Taeyong terdiam beberapa saat, "Itu apa yang keras." Tanya Taeyong dengan polos.

Jaehyun tersentak, "Biarin aja. Jangan banyak gerak aja pokoknya." Ujar Jaehyun mencoba setenang mungkin.

Taeyong kembali mengangkat wajahnya untuk menatap mata Jaehyun, "Nanti sakit." Kata Taeyong.

Jaehyun menggeleng, "Nggak, sayang. Udah tidur aja lagi ya." Jaehyun mengelus pelan kepala Taeyong agar Taeyong melupakan fakta ada yang sudah mengeras dibawah sana.

"Jae, mau dibantuin nggak?"

Mata Jaehyun yang tadinya sudah mulai sayu, mendadak terbuka sempurna mendengar tawaran Taeyong yang tiba-tiba.

"Yong, beneran nggakpapa. Udah ya, kita tidur aja." Kata Jaehyun menolak namun sebenarnya ia sangat tergiur dengan tawaran Taeyong berikan.

Taeyong menggeleng kuat, "Gue mau bantuin." Ujarnya semakin kekeuh.

Jaehyun menghela nafas berat, "Beneran? Jangan nyesel loh." Tanya Jaehyun memastikan.

Taeyong tanpa berpikir panjang langsung mengangguk cepat, "Iya, tapi jangan sampai itu ya. Gue nggak mau hamil dulu dan Abang Adek tiba-tiba hilang. Gue belum siap kehilangan mereka." Ujarnya dengan lirih.

Jaehyun termenung, ucapan Taeyong seakan menyadari semuanya. Segala tindakan mereka terasa menyesekkan di akhirnya, ucapan sang Mommy membekas dipikiran Taeyong hingga kini tentang Abang Adek yang menghilang ketika mereka memilih untuk bermain diranjang.

"Tidur aja ya, yang dibawah nanti bisa tenang sendiri." Kata Jaehyun yang sudah mendadak tidak mood untuk menuntaskan nafsunya akibat ucapan Taeyong tadi.

Taeyong menggeleng kuat, "Nggak bisa tidur. Gue juga jamin lo nggak bakal bisa tidur dengan kondisi Adik lo yang udah berdiri itukan, Jae?" Tanya Taeyong membuat Jaehyun semakin pening.

Baiklah, kalau Taeyong memberi lampu hijau begini. Jaehyun bisa apa?

"Oke. Tapi sadarin gue kalau udah kelewat batas, gue takut nggak dapat ngendaliin diri gue sendiri." Ujar Jaehyun akhirnya.

Ia mengangkat tubuh Taeyong untuk memindahkan pria mungil itu dari atas tubuhnya. Menjadikan Taeyong yang kini dibawah dan Jaehyun yang diatas.

Jaehyun menatap mata Taeyong cukup lama, "Cantik." Katanya dengan pelan, "Mamihnya anak-anak sangat cantik." Sambung Jaehyun sambil membelai pipi Taeyong.

Tangan Jaehyun terulur untuk merapikan anak rambut Taeyong yang menghalangi wajahnya. Namun, mata Jaehyun hanya berpusat pada kedua mata Taeyong dengan memberikan tatapan memuja.

"Jae....."

Suara lenguhan Taeyong terdengar begitu memanjakan telinga. Tangan Jaehyun semakin liar mengelus leher Taeyong hingga pria dibawahnya semakin terhanyut suasana.

Ini baru sentuhan lembut yang Jaehyun berikan, namun Taeyong sudah semakin menegang dibawah sana. Terbukti mata Taeyong sudah memohon lucu untuk dijamah dibagian lainnya.

"Mau apa, sayang?" Goda Jaehyun kala Taeyong sudah tidak tahan akibat sentuhan tangannya.

"Mau ini." Tunjuk Taeyong pada bibir Jaehyun.

Jaehyun tersenyum kecil, "Apapun untuk Mamih." Katanya sambil mengangguk.

Seperti kemauan Taeyong, Jaehyun kini memberikan sentuhan pada kulit Taeyong dengan menggunakan bibirnya. Ia mengecup semua area wajah Taeyong tanpa henti.

Lenguhan Taeyong kembali terdengar kala ciuman Jaehyun sudah berada di cekuk lehernya. Dan bermain cukup lama disana, Jaehyun semakin menggila saat Taeyong mengeluarkan lenguhannya. Sangat-sangat indah masuk kedalam telinga Jaehyun.

"Jaeh—hhmbbp, se—-sek."

Jaehyun mencium Taeyong tanpa ampun saat mencumbu bibir ranum Taeyong. Bibir yang sering Jaehyun hadiahkan kecupan maupun lumatan masih terasa candu baginya hingga kini.

Tangan Jaehyun sudah bergerak untuk melepas kancing piyama bergambar Teddy Bear milik Taeyong. Hingga di kancing paling akhir, Jaehyun terdiam sesaat memandangi tubuh mulus Taeyong yang kini sudah terpampang nyata dihadapannya tanpa dihalangin apapun.

Ia mengelus pelan seluruh tubuh Taeyong, membuat orang dibawahnya menggelinjang geli yang dirasakan. Lalu mencium seluruh badan Taeyong dengan penuh nafsu.

Mereka berdua seakan-akan lupa dengan kesedihan karena kedua anaknya yang sedang menginap dirumah kakeknya. Seakan-akan dunia hanya milik berdua dan betapa indahnya tubuh maupun sentuhan yang mereka rasakan saat ini.

Dring...

Dring...

Suara handphone yang berbunyi pun tidak membuat keduanya berhenti. Jaehyun masih saja melakukan aksinya seperti orang lupa diri. Taeyong yang hanya bisa pasrah dan menerima segala sentuhan dengan suara desahan yang tidak dapat ia tahan.

Dring...

Dring...

Lagi-lagi suara handphone berbunyi, Taeyong yang masih sadar mencoba menoleh kesamping. Mencari tau handphone siapa yang sedang berbunyi.

"Jae—ah, a-da tel—fon." Ujarnya mencoba menahan desahan akibat Jaehyun yang semakin liar diatasnya.

Jaehyun masih saja mengabaikan, hingga Taeyong menepuk pelan pundaknya, "Angkat dulu." Kata Taeyong dengan menahan kepala Jaehyun yang ingin bermain dengan dadanya.

Jaehyun akhirnya berhenti lalu menatap Taeyong tidak suka. "Biarin aja." Ujarnya mengabaikan.

Taeyong menggeleng, "Angkat dulu ya, Pih. Siapa tau ada yang penting." Kata Taeyong mencoba membujuk Jaehyun agar berhenti sejenak.

Jaehyun menghela nafasnya berat dan mengalah. Ia mengambil handphone yang terletak di nakas itu dengan cepat tanpa melihat siapa yang sedang menelfon.

"PAPIHH ADEK MAU PULANG, HIKS."

"PAPIHH JEMPUT ADEK HIKSS. ADEK MAU SAMA MAMIH HIKS—-"

Jaehyun rasanya ingin melempar handphone tersebut sekarang juga. Sialan! Apa-apaan ini! Bagian selatannya sudah menegang sempurna dan belum sempat di tuntaskan. Namun lagi-lagi acara icip menyicipnya selalu aja ada halangan.

"Maaf." Lirih Taeyong saat mendengar suara yang menelfon diseberang sana.

Jaehyun yang sudah kepalang emosi dan kepalang nafsu itu langsung bangkit dari kasur. Dan membanting pintu kamar mandi dengan keras.

Gagal lagi, gagal lagi ya Pih?

继续阅读

You'll Also Like

188K 16.8K 33
Warning ⚠ bxb area Jung Beomgyu adalah anak bungsu dari Jung Family. Ia memiliki segalanya, orang tua yang menyayanginya dan kakak-kakak yang selalu...
Adopted Child 由 k

同人小说

183K 28.7K 52
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
92.3K 8.1K 82
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
40.6K 4.2K 20
....... "Shhh it's our secret okay" ....... 🚫ALERT🚫 🌑HOMOPHOBIC DIHARAP GO AWAY 🌑BXB/YAOI/BL/GAY 🌑CRACKCOUPLE/GHOSTSHIP 🌑NGAK ADA COPY PASTE AT...