Remake It to Me (FREE)

By Laceena

8K 1.3K 826

Bekerja sebagai pustakawan tentu menempatkan Hinata ke dalam tumpukan berbagai jenis buku. Profesi tersebut d... More

๐ŸŒ 1
๐ŸŒ  2
๐ŸŒ  3
๐ŸŒ  4
๐ŸŒ  5
๐ŸŒ  7

๐ŸŒ  6

144 27 7
By Laceena

Naero pulang dengan hati dan pikiran gelisah. Sepanjang menyetir akalnya tiada berhenti mempertimbangkan pertemuan meeting tadi. Mr. Smith dan sebuah proyek besar bernilai tinggi, kemudian Roseanna. Bagaimana cara dia menyikapi dua hal dengan posisi yang faktanya sulit digabungkan. Hinata tentu tidak akan senang jika tahu dia akan bekerjasama dengan Roseanna, mantan kekasihnya. Berujung, di sekon-sekon menuju halaman rumahnya, Naero terdengar menghembus kasar kegusaran itu. Satu kepastian di sini, mustahil baginya menolak proyek bernilai ribuan dolar.

Langkah Naero tampak mantap usai turun dari mobilnya. Dia masuk ke rumah dengan wajah tenang, mengunci dahulu pintu serta menutup rapat jendela. Kendati waktu masih menunjukkan pukul delapan malam, dia terbiasa mengawasi sekitar rumah tetap dalam pengamanan.

"Hun, aku tidak mendengar tanda-tanda kepulanganmu." Pertanyaan Hinata menyapa jangka Naero datang ke pantry mereka.

"Mungkin karena di luar sedikit berisik, sayang. Orang-orang juga baru kembali dari kegiatan bekerja mereka."

"Tetangga kita?"

"Hem," Naero sekadar bergumam sembari dia mengambil sebotol air dingin dan menuangkannya ke gelas untuk di minum. Sementara, Hinata sedang menimang si gadis kecil. "Sunny belum tidur?"

"Hampir. Dia agak kekenyangan, terlalu banyak makan salmon. Kamu tahu anakmu ini sangat menyukai ikan 'kan?"

"Kurasa sashimi akan menjadi hidangan favoritnya, kelak." Celetukan asal, walau dia hanya ingin mengusir gundah yang menimpanya.

"Rapatnya bagaimana? Deal?!"

"Mereka tidak dapat menolak permintaanku."

"Baguslah. Siapa yang bisa menyangkal hasil karyamu?" Naero tersenyum tipis mendengar pujian istrinya ini, merunduk dan tanpa sengaja Hinata menangkap kebingungan di matanya. "Hun, kenapa? Sesuatu mengganggumu?"

"Sayang, maaf. Aku sudah menyetujui proyek ini. Tidak mungkin untuk dibatalkan, iya 'kan?"

"Ehm, yah. Nilaimu bisa turun di mata klien kalau orang itu menuliskan ulasan buruk di media sosial. Dan berdampak pada kariermu sebagai arsitek di masa depan."

Satu kali Naero hela napasnya perlahan-lahan. Dia berupaya agar tidak tampak egois di sini. "Aku harus apa, sayang? Kamu tidak menyukai Roseanna. Aku baru mengetahui hari ini bahwa dia bekerja padanya. Dia asisten Mr.smith, boleh dibilang seseorang yang cukup mumpuni untuk dipercayakan menjadi pendamping. Kamu tahu selanjutnya bakal seperti apa 'kan?"

"Tapi, kamu sudah menyetujui kontrak itu sebelum menemukan Roseanna di proyek ini?"

"Tepat!"

"Tidak apa-apa." Berusaha tersenyum, kendati dalam detik ini juga Hinata telah dihantui bayangan buruk. Kekhawatirannya meningkat. "Aku yakin kamu bisa menempatkan profesionalitas di atas tugas. Semoga dia tidak memengaruhi konsentrasimu nanti."

"Terima kasih sudah percaya, sayang." Naero mendekatinya, mengecup pelipisnya seraya merangkul punggung istrinya itu. "Sunny tertidur. Kamu tidak ingin membawanya ke kamar?"

"Yah. Dia anak yang manis-nyonya Samantha sangat bersemangat menceritakan keseruannya bersama Himawari tadi. Dia juga baru pulang, aku sempat mengajaknya makan malam."

"Bagus sekali. Kupikir Sunny kita pun menyukai nenek menor yang satu itu."

"Hun, jangan mengatai wanita tua! Kamu bisa kualat."

"Bibirnya lebih merah daripada dirimu, dia seperti biduan kafe."

"Stop it!" Hinata menyeringai, memukul main-main bahu Naero saking gemasnya dia. "Kamu sudah makan malam?"

"Not yet."

"Kenapa tidak bilang?" Mereka sedang berjalan beriringan saat ini, menuju kamar untuk menaruh Himawari ke dalam keranjang bayi. "Aku siapkan untukmu, ya?"

"Jika tidak merepotkan."

"Aku temani sekalian," kata Hinata ketika mereka bersusulan meninggalkan kamar.

-----

Pukul satu dini hari, Hinata belum juga dapat memejamkan mata. Kabar terbaru yang disampaikan Naero justru menjadi beban berkepanjangan di pikirannya. Erangan napas mengudara berulang-ulang, tanda dia sungguhan terjaga sepenuhnya. Jangankan tidur, bahkan dia kesulitan untuk berbaring dengan nyaman. Alhasil dia menegakkan punggung, bersandar di kepala ranjang sambil mempertimbangkan rencananya.

Hinata menutupi sesuatu yang barangkali bagi orang lain terdengar seperti sebuah lelucon. Dia tidak akan membocorkannya kepada siapa-siapa, sekalipun itu Naero, suaminya. Buku kosong, sihir di semesta Alice juga banyak adegan mirip di kehidupan dia dan tokoh di dalam cerita tersebut, seluruhnya merupakan rahasia rumit yang hendak dia simpan dalam waktu panjang.

-----

Suasana pagi bersahaja di hari ini. Hinata dan Gabriella tengah menikmati sarapan pagi mereka di perpustakaan. Di jam delapan demikian, sekeliling tentu masih sepi dari kehadiran pengunjung. Seringnya orang-orang akan mampir saat menjelang siang.

"Sandwich buatan suamimu sungguh enak. Siapa yang punya ide menyajikan sebanyak ini."

"Naero. Katanya supaya aku tidak makan sendirian," jawab Hinata seadanya. Dia pun tak bisa menyembunyikan kelezatan dari roti isi yang dilahapnya. Masing-masing dua potong sandwich, tanpa sisa remah secuilpun.

"Aku tidak suka acar tadinya. Tapi, kenapa ini enak? Apa Naero yang membuatnya?!"

"Hem, kamu benar. Sausnya juga, tangan ajai dia jika kamu masih akan bertanya lagi."

"Oh, Tuhanku. Kupikir-pikir, dia bisa jadi koki terkenal di televisi dengan wajahnya yang tampan itu."

"Sudah pernah kami bicarakan. Aku tanyakan langsung kenapa dia tidak alih profesi sebagai koki saja-dia bilang memasak hanya hobi. Dan dia melakukannya untuk kesenangan pribadi." Hinata baru menghabiskan sandwich miliknya dalam dua gigitan terakhir. "Kurasa dia tidak setuju kesempatannya bersama keluarga jadi dibatasi. Kamu tahu sendiri dia menjadi freelance karena alasan kebebasan."

"Naero ada benarnya. Bayangkan andai dia adalah koki artis yang dicintai banyak penggemar. Kehidupanmu bakal mendadak berantakan, Hinata. Tipikal pencemburu kayak kamu tidak cocok memiliki pasangan seorang public figur. Ujung-ujungnya curiga melulu." Sejemang hawa yang melingkupi mereka berubah hening, di mana Hinata hanyut dalam praduga benaknya sendiri. Sementara, Gabriella seolah merasa sayang untuk buru-buru menandaskan sandwich terakhirnya. "Hin, besok kita sarapan bareng lagi tidak? Terserah menu apapun yang kamu berikan, asalkan itu masakan suami kamu."

"Ya ampun, Gabby! Memangnya kamu tidak malu?!" Kerutan di kening Hinata datang jangka mendengar permintaan sekian.

"Kenapa harus malu, sih? Bukankah Naero sendiri tidak keberatan membekalimu makanan lebih? Di sini temanmu cuma aku, Hin. Otomatis kamu berbagi denganku."

"Aku tidak sudi berbagi denganmu lagi. Kita bisa makan di luar, atau membelinya dan tetap makan di sini bila kamu mau. Jangan memaksakan kehendakmu kepada Naero. Aku juga tidak segitu lancang untuk memintanya melakukan ini dan itu, murni dia perbuat atas inisiatifnya pribadi." Kontan embusan berat terdengar dari pernapasan Gabriella. Dia mengalah, pasrah tanpa dapat menyela penuturan Hinata. Lalu, dia menenggak air mineral botol hingga tersisa setengahnya.

"Kamu luar biasa pelit," cibirnya pula. "Padahal aku sekadar mau merasakan makanan enak setiap pagi."

"Usaha makanya. Daripada mengharapkan orang lain buat memuaskan perutmu, mending kamu belajar memanggang roti. Rotimu selalu kekeringan, tidak sedap lagi dimakan. Bagaimana ke depannya hari-harimu dengan pasanganmu nanti. Kamu begitu memimpikan pernikahan bahagia, mulai dari dirimu dulu."

Sekali lagi Gabriella mendesah rendah, memperhatikan Hinata dalam pandang mengalah. "Baiklah, Madam. Saya sangat memahami perintah Anda," katanya menohok. Kendati pada detik berikut tawa dia dan Hinata bersusulan mengudara.

Hai, masih ada yang stay di book ini?
Bab selanjutnya Hinata mulai fokus dengan praduga dia sendiri. Sudah paham 'kan sebesar apa bayangan buruk menguasai dia?
Sehat-sehat, ya kalian. Sebentar lagi masuk bulan ramadhan. Perlu badan bugar biar kuat beribadah. 🫰😊

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 85.5K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
203K 502 20
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
329K 19.1K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
128K 16K 23
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...