Mawar Merah Sang CEO

Hanna_Aisha tarafından

20.2K 433 44

[21+] Follow dan vote sebelum membaca :) * Naomi Rosalina Mahuze terlahir dari keluarga berada. Ayahnya seora... Daha Fazla

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17

Bab 18

755 18 4
Hanna_Aisha tarafından

Sudah empat hari aku dirawat di rumah sakit. Selama empat hari itu pula Darren setia menjaga dan merawatku di sini. Meskipun tak jarang di malam hari saat aku hendak tertidur, dia menyelinap keluar untuk pergi entah ke mana. Lalu pagi harinya dia sudah kembali berada di sofa, menyapaku yang baru bangun tidur. Beberapa kali Ainsley juga datang lagi hanya untuk menjagaku. Katanya, Darren yang meminta.

Hubunganku dengan Darren pun kurasa tak lagi setegang dulu. Meskipun cara bicaranya masih dingin dan terkadang ketus, aku bisa merasakan sisi lembut dari perhatiannya padaku selama sakit ini. Kadang kala Darren melontarkan candaan, atau kadang mengajakku berbincang hanya demi mengenyahkan rasa sepi yang tak mengenakkan. Kurasa aku sudah tak lagi terlalu takut jika harus berduaan dengan lelaki itu.

Karena kondisi kesehatanku yang cukup stabil, aku diperbolehkan pulang hari ini. Namun, karena lukaku masih basah maka aku diharuskan beristirahat dari kegiatan berat selama beberapa hari ke depan. Jadilah mungkin aku akan mengambil cuti untuk kuliah dan juga bekerja, karena tidak memungkinkan bekerja dalam kondisi tangan dan bahu yang masih terluka.

Darren menurunkan aku di depan teras, kemudian memanggil salah satu pelayan sebelum dia kembali pergi menggunakan mobil merahnya yang biasa terparkir di garasi.

Pelayan itu bernama Katty. Dia berusia tak jauh berbeda dariku. Masih sekitar dua puluhan. Wanita itu mengambil alih barang-barangku dan mengantarkanku menuju kamar di lantai dua. Katty adalah salah satu pelayan yang cukup dekat denganku di rumah ini, selain Bibi Marry yang menjadi kepala pelayan.

Bibi Marry menyambutku di depan pintu kamarku. Mungkin dia baru saja membersihkan ruangan itu sebelum aku tempati untuk beristirahat. Terlihat dari korden dan jendela yang terbuka dan seprai yang telah diganti.

Aku lantas duduk di sisi ranjang, sementara Katty meletakkan barang-barangku di meja.

"Apa yang kau butuhkan? Kau ingin makan?" Bibi Marry bertanya.

"Tidak, Bibi. Aku sudah makan sebelum pulang. Sekarang aku ingin tidur."

"Baiklah." Mereka kemudian keluar meninggalkan kamarku.

Huh, leganya. Akhirnya bisa kembali ke kamar ini juga.

***

Luka di tubuhku ini membuat aku tak bisa beraktivitas seperti biasanya. Aku tak bisa ke kampus, tak bisa ke kafe, bahkan aku tak bisa hanya sekedar untuk keluar karena Darren tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang overprotektif.

Dia mempekerjakan dua orang semacam bodyguard yang berjaga di depan kamarku.

Oh Tuhan, ini benar-benar mengganggu. Aku merasa tidak nyaman melakukan sesuatu di dalam kamarku jika tau di depan sana ada orang yang bisa saja tiba-tiba menerobos masuk.

Keanehan Darren tidak cukup sampai di situ, lelaki itu juga tiba-tiba sering muncul di dalam rumah. Padahal setahuku, selama beberapa Minggu menikah dengan Darren aku jarang melihat batang hidungnya berkeliaran di rumah ini. Terlebih saat malam hari.

Dia memang masih beraktivitas seperti biasa. Berangkat kerja, pulang, lalu terkadang menghilang pergi dengan mobilnya yang berganti-ganti. Namun, biasanya—sejauh yang aku tau—Darren tidak pernah menghuni kamarnya yang berada tepat di samping kamarku. Jika pulang, dia hanya akan masuk ke ruang kerjanya, kemudian keluar lagi entah ke mana.

Namun, beberapa hari ini terasa berbeda. Seperti saat ini misalnya. Dia sedang berada di dalam kamarku untuk mengantarkan makanan.

Aku hanya menatapnya yang melangkah masuk sembari membawa nampan dengan tatapan tak terdefinisikan. Heran. Sungguh.

"Makan dulu lalu minum obatmu." Lelaki itu meletakkan nampan di meja samping ranjang.

"Darren, aku bisa turun dan mengambil makananku sendiri," protesku.

Tak mengindahkan keberatanku, dia hanya berkata, "Kau bisa lakukan itu lain kali. Sekarang cepat makan dulu."

Aku mengembuskan napas panjang. Memangnya kapan Darren pernah mendengarkan omongan orang?

Kuambil semangkuk pasta dan dengan enggan menyuapkannya ke mulut.

Darren masih setia duduk di tepi ranjang, menungguku selesai dengan makananku. Sembari berusaha menghabiskan makanan, aku berkata kepada Darren. "Bisakah kau singkirkan dua orang penjaga yang berada di depan pintu kamarku itu? Aku benar-benar tidak nyaman dengan kehadiran mereka."

"Memangnya kenapa? Mereka mengganggumu?"

Aku menggeleng. "Bukan begitu. Namun, rasanya sangat canggung jika ada orang asing yang menunggu di depan kamarmu sepanjang waktu. Aku selalu terkejut setiap kali membuka pintu dan melihat mereka berdiri di sana."

Darren terlihat berpikir. Mungkin sedang mempertimbangkan ucapanku.

"Mungkin karena mereka berpakaian serba hitam. Aku akan menyuruh mereka mengganti seragam mereka."

Aku kembali mengembuskan napas keras. "Bukan begitu, Darren. Aku hanya merasa tidak perlu dijaga."

"Kau lupa apa yang menimpamu beberapa hari lalu? Lukamu bahkan masih basah."

"Bukankah kau bilang itu hanya kecelakaan karena peluru yang salah sasaran? Itu tidak akan terjadi lagi. Apa yang kau takutkan?"

... hening.

Darren tak menjawab ucapanku sampai beberapa menit berlalu. Aku masih menunggu jawabannya, tetapi dia tetap bungkam. Sesaat, dia seperti hendak mengatakan sesuatu, lalu berubah pikiran dan kembali urung membuka suara.

"Habiskan saja makananmu. Setelah itu istirahat." Hanya itu yang dia ucapkan pada akhirnya.

Aku menunduk, lalu mulai kembali menyendok makananku. Sampai pasta di mangkuk habis tak bersisa, kami masih diam dalam suasana canggung yang menyiksa.

Darren lalu mengambil alih mangkuk di pangkuanku, meletakkannya kembali ke nampan lalu membawanya keluar.

***

Aku sedang menghabiskan waktu dengan membaca buku untuk menghilangkan kebosanan saat terdengar suara ketukan di pintu yang membuatku terlonjak. Setelahnya, tubuh Katty muncul dari balik pintu dan melangkah masuk lalu duduk di sampingku.

Awalnya kupikir itu Darren. Namun, sangat aneh jika itu Darren karena lelaki itu tak pernah mengetuk pintu kamarku sebelum masuk. Lagi pula malam-malam begini pasti lelaki itu sedang pergi.

"Katty, apa Darren ada di rumah?" tanyaku memastikan.

"Dia keluar sore tadi bersama Tuan Orlando."

Nah, benar, kan, apa kataku. Darren tidak akan di rumah jam segini.

"Tuan Orlando? Siapa dia?"

"Dia salah satu orang kepercayaan keluarga Smith. Dia sudah bekerja untuk keluarga ini cukup lama. Yah, setidaknya sejak aku bekerja di sini."

Aku menganggukkan kepala.

"Memangnya mereka kerja apa? Maksudku apakah memang Darren setiap hari sesibuk itu?"

"Ya. Aku tidak tau pasti apa yang mereka kerjakan. Tapi yang jelas Tuan Darren memang selalu sibuk."

"Sesibuk itu sampai tak pernah tidur di rumah?"

Katty menaikkan sebelah alisnya, terlihat berpikir begitu mendengar pertanyaanku barusan.

"Hmmm ... sebetulnya dulu dia selalu menyempatkan pulang setelah bekerja, sekalipun itu tengah malam. Namun, setelah menikah denganmu, dia jadi jarang terlihat di rumah."

"Apa dia punya tempat tinggal lain selain di sini?"

"Tentu saja. Dia kan pengusaha properti. Tentu dia punya beberapa apartemen lain selain rumah ini. Dia juga punya hotel di New York dan Las Vegas."

"Benarkah? Dia sekaya itu ternyata."

Yah, aku tentu saja tahu bahwa Darren sangat kaya. Sejak kecil, dia memang terlahir dari keluarga kaya, bukan? Namun, aku tidak pernah membayangkan dia memiliki begitu banyak properti. Barang-barang di rumah juga terlihat sangat mahal. Belum mobil-mobilnya yang berjejer di garasi. Pantas dia jarang pulang. Mungkin dia menghabiskan malam bersama wanita lain di tempat lain.

"Apakah sebelumnya dia pernah membawa wanita ke rumah ini?" Aku kembali bertanya.

Pasalnya siapa tahu dia memang sering membawa pulang wanita. Namun, saat ada aku di rumah ini dia jadi merasa tidak leluasa dan mencari tempat lain untuk menghabiskan malam.

"Semenjak aku bekerja di rumah ini, aku tak pernah melihat Tuan Darren bersama wanita. Entahlah jika di luar sana, tapi aku tak pernah melihatnya membawa pulang seorang gadis. Karena itu aku agak terkejut begitu dia membawamu dan memperkenalkanmu sebagai nyonya rumah ini," jelas Katty, yang membuat aku terkejut.

"Ah, benarkah?"

Benarkah Darren tidak pernah bermain wanita? Lelaki seperti Darren? Setampan dan sekaya dia? Bukan, aku bukan sedang memujinya tampan. Akan tetapi, baiklah. Aku tidak naif. Dia memang tampan. Terlebih dengan segala hal yang dia miliki, mustahil dia tidak memiliki seorang gadis pun di hidupnya, bukan?

Oh, benar. Itu mustahil. Pertemuan pertamaku dengan Darren saja di club. Tidak mungkin dia ke sana tanpa berniat mencari wanita. Lagi pula, dia seperti sudah biasa berada di tempat seperti itu. Aku yakin, dia sudah tidur dengan banyak wanita.

"Ada apa kau tiba-tiba menanyakan tentang suamimu?"

Deg. Pertanyaan Katty membuatku tersadar.

Entahlah. Kenapa tiba-tiba aku penasaran dengan kehidupan Darren? Selama menikah dengannya, aku tak pernah tertarik untuk mencari tahu kehidupan Darren. Namun, sekarang tiba-tiba aku penasaran. Sepertinya ada yang dia sembunyikan dariku mengenai penembakan yang menimpaku beberapa waktu lalu.

"Ah, tidak. Aku hanya penasaran saja."

"Dia tidak pernah bercerita padamu?"

Aku menggeleng lemah. "Seperti yang kau lihat, kami menjalani kehidupan kami masing-masing."

Katty menatapku dengan tatapan menyedihkan. "Aku tak mengerti hubungan apa yang sedang kalian jalani saat ini."

Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan gadis itu. Dalam hati aku juga bingung dengan apa yang terjadi di hidupku kini.

***

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

995K 91.3K 53
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
479K 28.4K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...
17M 765K 44
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
2.6M 39.6K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...