Odd El Destí

Od naloocy

39.1K 7.4K 1.5K

🚫 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐩𝐥𝐚𝐠𝐢𝐚𝐫𝐢𝐳𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐬 𝐰𝐨𝐫𝐤𝐬. | Sungjake | ABO | Demon | Kebangkitan sosok momok mas... Viac

Info📌
Prolog • The Daimon
01 • Kelahiran Lunè
02 • Bayang Lunè
03 • Kakak Penari
04 • Tari Pemuja Lunè
05 • Ujung Kuku Lunè
06 • Menara Brújula
07 • Kastil di Selatan
09 • Teman Baru
10 • Menari
11 • Iblis Yang Penasaran
12 • Riebel
13 • Secangkir Anyir
14 • Anjing Cengeng
15 • Dorongan Jurang
16 • Dilema
17 • 𝑶𝒎𝒆𝒈𝒂
18 • Wolf Putih
19 • Serangan Endap

08 • Prisión

1.7K 385 48
Od naloocy

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

> OED <
> 08 — Prisión <

"Kenapa ada anjing disini?"

"Hah?"

Kara terbelenggu dengan suara kelam nan dingin itu. Bahkan ia tak lagi mendongak, kini ia tertunduk dengan satu tangannya memeriksa wajahnya yang sedikit merasakan sesuatu. Setelah ia mengusap wajahnya dan melihat apa yang mejanggal menghiasi wajahnya itu, Kara semakin tak berkutik.

Wajahnya mendapatkan luka goresan.

Bahkan cuaca dingin wilayah selatan itu tak sebanding dengan rasa dingin menusuk yang Kara rasakan sekarang.

"A-aku,"

"Kenapa kau berada disini?"

Lidah Kara kelu, tak berani menyahut lagi. Ia hanya berani menatap ujung alas kaki yang terbuat dari kulit berwarnakan gelap itu. Sungguh ia sama sekali tak berani mendongak, rasanya seakan ia akan kehilangan kepalanya jika ia ceroboh untuk mendongak.

"Aku yang menyuruhnya kesini, tapi tak kusangka dia tiba lebih cepat dari perkiraanku."

Kara tau sekarang. Suara itu yang sebelumnya berbicara padanya, pantas terdengar familiar. Sekarang ia ingat pernah bertemu dengan 'nya di menara Brújula.

Sosok yang berdiri angkuh menjulang dihadapan Kara pun melirik pada yang Kara tau gerangan pemilik suaranya itu. Setelahnya Kara bisa mendengar suara bisik-bisik. Lalu, itu mendadak sunyi dan disusul dengan suara grusuk yang singkat. Rasa penasaran pun menghinggapinya, ia perlahan melirik.

Tiada henti disana ia dibuat terkejut untuk kesekian kalinya, Kara tak menemukan orang-orang ramai sebelumnya, Yang berarti hanya ada dirinya, pria yang ia temui di menara Brújula, dan seorang yang menyeramkan tadi.

"Kurung dia di prisión."

(prisión : penjara)

"Kau tak penasaran, tuan? Tarian yang selalu dia lakukan sedikit berbeda, terlihat indah untuk memuja."

Empu yang dipanggil tuan hendak beranjak, namun ia urungkan. "Tau apa kau, Riebel." Balasnya balik dengan intonasi yang ditekan.

Kara mengetahuinya sekarang, pria licik yang membuatnya datang kemari itu bernama Riebel.

Riebel menggidikkan bahunya, lalu mengalihkan atensinya pada Kara yang masih setia terduduk tak berdaya diubin situ. Ia melemparkan pisau kecil yang terbuat dari perak, "Menarilah, gunakan itu sebagai ganti dari pedang mainanmu."

Mata Kara menatap pisau yang terlempar padanya dengan ragu, lalu menatap pria berambut pirang keperakan itu dengan mata tak berdayanya. "Ka-ki ku terluka," balasnya dengan memelas berharapa mendapat kemurahan hati dari orang asing yang kemungkinan jahat dihadapannya itu.

Riebel mengangkat alisnya sedikit kaget, "Oh, ya. Aku yang melakukannya," ringannya bertutur membuat Kara semakin terpuruk takut membayangakan kondisinya didetik kemudian.

Disisi lain, si empu panggilan tuan itu membuang nafasnya jengah. Tanpa kata ia melangkah beranjak darisana, meninggalkan Kara dengan Riebel berdua saja.

"Ayo ke prisión," Riebel tersenyum. Ia mengangkat lengan Kara sesukanya, tak mempedulikan Kara yang meringis sebab genggaman pada lengannya yang kelebihan erat serta perih pada pergelangan kakinya yang terluka, ia rasakan kedua sakit itu bersamaan


»»——— 𝓞𝓭𝓭 𝓔𝓵 𝓓𝓮𝓼𝓽í ———««


"Agh!" Kara mengaduh saat ia dihempas begitu saja pada ruang tahanan—prisión. Ia tak tahu prisión dimaksud rupanya adalah penjara bawah tanah.

Gelap, sesak, udara yang tipis, tempat yang amat tak nyaman. Cahaya remang yang penarangannya hanya berasal dari api lilin pun membuat Kara merasakan sedikit takut. Ia tak bisa melakukan apapun saat Riebel mengunci jeruji besi didepannya. Kakinya terasa perih sebab sebelumnya Riebel menyeretnya kesana, sampai tertatih ia mengikuti langkah lebar pria itu.

Lalu, Riebel melemparkan kain putih kepadanya dari celah jeruji itu, "Obati sendiri." Singkatnya sebelum beranjak dari sana.

Kara memandang sejenak kain itu, lalu meraihnya dan coba untuk melilitkan pada luka di pergelangan kakinya guna menghentikan darah yang masih sedikit keluar.

Ia meringis, entah kenapa rasa perihnya lebih terasa 2 kali lipat dari sebelumnya. Seusainya ia termenung kosong, menatap cahaya remang dari api lilin. Dan bergumam kecil akan asa,

"Aku ingin pulang."

• • •

Terlihat jejak air mata di ujung matanya yang tengah terlelap itu, ia menangis semalam sebab memikirkan nasibnya kedepannya. Membayangkan bantuan namun itu sepertinya nihil, mengharapkan pack Aracia sepertinya pun juga mustahil. Sepertinya ia hanya bisa menunggu harinya'.

Samar suara kunci yang terbuka mengusik lelap tak sengaja Kara, matanya berat sehabis menangis, rasa kantuk pun tak jauh beda beratnya.

"Bangun."

Kara mengerjapkan matanya beberapa kali, terlalu pedau untuk mencerna suara siapa gerangan itu.

"Kukatakan sekali lagi, bangun. Atau tidak ku belah perutmu."

Mata Kara spontan terbuka sempurna, langsung ia mengingat siapa kemungkinan pemilik suara. Kelabakan ia langsung menunduk seakan sedang sujud ampun pada seorang yang tiba itu.

"Kumohon jangan lakukan itu, ampuni aku." Suaranya gemetaran, air matanya hampir jatuh menetes ke tanah kotor.

Mohonan Kara tak digubris, namun detik itu pinggir baju di tengkuknya diangkat sampai Omega bertubuh kecil itu sedikit menggantung diudara dengan kakinya yang menjinjit.

Ia tak bisa melihat jelas bagaimana rupa seseorang itu sebab ia membelakangi cahaya remang dari lilin. Bibirnya pun terkatup rapat takut mengeluarkan suara.

"Tangan."

Kara bereaksi cepat, ia langsung menadahkan kedua tangannya memberikan telapaknya.

"AKH!" Kara nyaring meringis kala merasa telapak tangan kanannya terasa dibelah, dan itu pun tak luput dari luka yang mengeluarkan cairan merah kental.

Tak sadar ia meneteskan buliran bening, ingin ia tarik tanganya dan segera menghentikan pendarahannya. Namun, pergelangan tangannya lebih dulu dicekal membuatnya meringis untuk kedua kalinya.

"Sakit..." Adunya dibenak. Ia tak tahu persis bagaimana ia mendapat luka itu.

Kara merasa tangannya yang dicekal lalu, ditarik mendekat ke arah seseorang itu. Kara spontan menutup erat matanya kala merasa tanganya yang terluka disapu dengan lidah hangat yang mencoba menyicipi darahnya.

"Habislah aku..."

Ia tersentak ketika tiba-tiba saja tangannya ditarik kearah atas yang membuatnya spontan mendekat, ia melebarkan matanya karena terkejut dari itu. Darahnya mengalir menodai pergelangan tangannya, satu tangannya yang lain reflek menyentuh seseorang dihadapannya.

"Manis, tak ada amis anjing didarahmu. Anjing jenis apa lagi kau?"

Tubuh Kara meremang, suaranya terdengar amat dekat karena memang posisi mereka. Rasanya seperti ada hawa menusuk yang menghampirinya. Kara tak mengerti dengan tuturan pria itu, ia pun tak berani melihat wajah si empu walaupun ini kesempatannya untuk melihat rupa iblis seram itu.

"Hssh..." Mendesis Kara lakukan ketika rasa darahnya yang mengalir tipis di pergelangannya di sesap dengan seorang asing itu. Ia membuang wajah ke samping merasakan geli pada lengannya itu.

Beberapa saat ia merasakan lumatan pada telapak tangannya sebelum ia merasakan hening dan membuatnya kebingungan. Ia coba untuk memeriksanya, tangannya masih pada posisinya yaitu melayang di udara, tapi seseorang tadi sudah tak ada wujudnya, hanya meninggalkannya seorang diri dengan posisi yang aneh.

"Eh?"

• • •

Riebel melangkahi anak tangga yang jauh menuju ke bawah tanah sana, ditanganya pun membawa penerangan berupa lampu minyak. Ia lewati dinding bata yang masih acak adul itu, menuju salah satu jeruji besi disana.

Ia perhatikan Omega Aracia itu tengah duduk menghadap dinding disana, lalu ia lempar kain putih ke punggung sempit itu.

"Berbahagialah, kau satu-satunya werewolf yang masih hidup setelah bertemu tuan." Tuturnya bersamaan Kara yang berbalik menatap dirinya.

Kara mengambil kain putih itu, langsung ia baluti tangannya yang terluka beberapa saat lalu. Ia memeperhatikan sejenak wajah Riebel, "Bi-sakah ka-u beritahu aku, saat ini pa-gi atau malam?" Tanyanya dengan gagu.

Riebel mengakat satu alisnya, merasa heran dengan tabiat Kara yang bicaranya gagu seperti itu. "Pagi."

Kara mengangguk pelan. Jika Kara mau mencurahkan isi hatinya maka ia akan mengeluh bahwa tempatnya dikurung itu sangat gelap. Bahkan sama sekali tak ada celah cahaya dari dunia luar sana, maka dari itu ia bertanya akan hal tadi kepada Riebel.





»»——— 𝓞𝓭𝓭 𝓔𝓵 𝓓𝓮𝓼𝓽í ———««
— TBC —





🔓 Visual Chara 🔓

The Daimon

Visualnya pas jamuan buana



🔓🔓🔓

Name : Riebel
Werewolf

((Memberi ketcupan 100x pd riebel))








©️naloocy
060324

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

201K 26.1K 33
Teori klasik dari benci, kekuasaan, permusuhan, balas dendam, kebebasan, dan cinta. Tapi tidak ada yang percaya pada syair terakhirnya. HEEJAKE FANFI...
44.1K 5.5K 19
Hazel selalu ingatkan dirinya agar ia tidak berurusan dengan circle elit yang berisi orang-orang terpandang dikampusnya jika ia ingin kehidupan perku...
RENJANA Od for_everyhoon8

Tínedžerská beletria

1.2K 139 6
'if you like a coffee hot'
68.3K 7.8K 25
[END] - Story Remake of 'BEAUTIFUL BODYGUARD | CHANBAEK by @Icha_Kim Berawal dari kejadian kaburnya dari rumah karena menolak perjodohan dari orang...