AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]

Av nazieranff

3.9M 304K 314K

AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungk... Mer

ASKARAZEY ~ PROLOG
(1.) Agaskar Junior
(2.) Cuddle, Babe!
(3.) U're Mine!
(4.) Vakenzo's Family
(5.) Zeya Ngidam?!
(6.) Happy Wedding, Javas!
(7.) Obsessed or Love?!
(8.) Broken Home and Harmonious
(9.) Agaskar with Kuceh?!
(10.) Zeya Cemburu?
(11.) Salting?!
(12.) Wapresma VS Maba
(13.) Viral Bareng?!
(14.) Let's Deep Talk
(15.) Moment di Lautan Buku
(16.) Status yang Terancam?!
(17.) Idaman
(18.) Special Day
(19.) Sebuah Kesalahan
(20.) Salju yang Hangat
(21.) Private Talk
(22.) Menuju Reuni
(23.) Bermain-Main
(24.) Kondisi Baby
(25.) Terjebak Birthday Party
(26.) Siapa yang Kecewa?
(27.) Ada yang Ngambek!
(28.) Godaan Maut
(29.) Bujukan Non-Stop!
(30.) Aman atau Ancaman?!
(31.) Rival Misterius
(32.) Insiden Sirkuit Balapan
(33.) Car at Midnight
(34.) Malam yang Gila
(36.) Berusaha yang Terbaik
(37.) Pesona Suami Royal
(38.) Permintaan Berubah
(39.) Kamar Penantian
(40.) Dies Natalies
(41.) Nisan tanpa Nama
(42.) Mendadak Asing
(43.) Rindu dibalik Maaf
(44.) Cinta dibalik Gengsi
(45.) Hukuman atas Kesalahan
(46.) Membaik atau Memburuk?
(47.) Agaskar, Arazey, dan Althea
(48.) Kenangan 1 Minggu Kita
(49.) Ditinggal Sementara

(35.) Dark Family Dinner

59K 5.4K 5.5K
Av nazieranff

Harga penulis melalui feedback berupa vote serta comment. Jika ingin ceritanya lekas terus di updated, jangan lupa tembuskan targetnya, xixixi. WARN! ADA SEKITAR 1000+ KATA, SEMOGA TIDAK BOSAN.


Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis🖤🖤🖤

TARGET--3,2 RIBU VOTE DAN 5 RIBU COMMENT UNTUK NEXT?!

ABSENN DULUU, APA WARNA SPREI KALIAN SAAT INI?!😁😎☝️

HAWOO PASREMOYY SEMUAA😻MAAFF BGTTT YAA AGAK LAMA UPDATE DARI BIASANYA, MINGGU INI AKU LAGI PROSES PENYELESAIAN NASKAH XIXI. JANGAN LUPA NABUNGGG SEGERA TERBIT DI PERTENGAHANN TAHUN...🥹🩷
••••••••••••••••

"Memang fase terberat dalam kehidupan adalah suatu kehilangan, dan itu adalah hal yang tidak pernah manusia inginkan."
-Agaskar Vakenzo Delvan-
••••••••••••••

Sayup-sayup mata perlahan terbuka, saat sang surya yang masuk ke dalam ventilasi kamar. Indera pendengarannya menangkap banyak suara yang saling bertumpuk, dirinya sendiri belum bisa memastikan apakah ini nyata atau sekadar halusinasi.

Irish pun bangkit membangunkan posisi, ia menunduk ke bawah memperhatikan tubuhnya yang tidak memakai sehelai benang pun. Benar-benar hanya tertutup dengan selimut, sprei kasurnya berantakan, banyak bercak darah terdapat disana.

Gadis itu rupanya tidur dalam keadaan yang kacau, sangat-sangat kacau jika diingatkan apa yang terjadi pada dirinya dan Liam tadi malam. Laki-laki psikopat sekaligus iblis yang sangat-sangat Irish benci.

Ia memperhatikan betul bagaimana mimik wajahnya yang lesu, kepalanya masih terasa pusing akibat benturan yang dilakukan Liam ke headboard ranjang. Bahkan ketika Irish memegangi kepalanya, masih ada darah yang setetes dan mulai membeku.

"Liam anjing lo...." cibir Irish dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. "Gue benci lo, Liam!"

Menangis, tidak. Cairan bening itu hanya menggantung di ujung mata, seolah sudah menjadi cairan terakhir yang terus-menerus keluar tiada henti dari matanya. Detik berikutnya, Irish pun bangkit dari ranjang dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selang beberapa menit usai membersihkan diri, Irish pun juga mengganti sprei miliknya, ia memperbaiki barang-barang di kamarnya yang berantakan akibat ulah Liam.

Benar-benar dirinya sepenuhnya yang membersihkan itu semua, seolah tak ingin mengingat apapun tentang tadi malam.

Irish juga mengobati lukanya sendiri dengan persedian kotak P3K yang ia sediakan sendiri, karena di rumahnya memang tidak memiliki pembantu satu pun.

Kemudian berniat memesan makanan cepat saji melalui online, saat memesan, Irish mendengar banyak orang yang berada di depan rumahnya.

"Ada apa sih, kok rame-rame?" gumam Irish yang kemudian mengintip dari atas balkon yang tak ia buka.

Ada beberapa mobil beruntun menyambangi rumahnya, Irish semulanya terkejut, apalagi mendapati disana ada mobil polisi dan mobil ambulance saling beriringan hingga satu persatu karyawan keluar dari mobilnya.

Mulut Irish terbuka, ia tercengang beberapa detik setelah beberapa tim medis mengevakuasi jasad Kang Toni yang merupakan security di rumahnya, kemudian disusul pihak kepolisian yang mulai memastikan kronologi.

Sontak gadis itu langsung turun beranjak ke bawah untuk mengetahui kejadian sebenarnya, karena ia tahu siapa yang membunuh Kang Toni. Saat menuruni setengah anak tangga, langkah Irish mendadak lunglai begitu melihat ada seorang pria paruh baya dan wanita yang jauh lebih muda berdiri di ambang pintu.

"Papi?" panggil Irish membuat pria paruh baya yang tengah merangkul seorang wanita itu pun menoleh secara bersamaan.

"Heyy sayang, Irish anak Papi." Demiar pun berbalik badan, dan merentangkan tangan untuk memeluk Irish. "Kamu luka kenapa, sayang? Kok dahi kamu ada perban gitu?"

Irish menggeleng spontan. "Nggak papa, Pi. Cuman luka biasa, kok."

"Serius?"

"Apa pedulinya emang Papi sama aku? Papi kan kalau nggak sibuk sama kerjaan ya sibuk sama pacar-pacar Papi di luar sana," tukas Irish membuat Demiar bungkam seribu bahasa.

Wanita itu pun mengerjapkan matanya beberapa kali, sedikit terkejut dengan jawaban anak dari kekasihnya, ia pun mencoba mendekat dan membangun interaksi bersama Irish. "Irish, kita—"

"Lo pacar baru Papi, kan? Nggak usah sok baik, bersikap aja sesuai sifat dan sikap asli lo," imbuh Irish memutarkan bola matanya malas dan langsung beranjak melangkah ke depan untuk melihat pemandangan yang sudah tidak asing dalam hidupnya.

Dengan mata kepala Irish sendiri, ia melihat jelas bagaimana jenazah Kang Toni diangkat menuju ambulance dengan bersimbah darah. Pasalnya pria paruh baya yang menjadi security nya itu diduga polisi tewas tergorok oleh pisau belati.

"Permisi, Pak," sapa seorang pria yang merupakan pihak kepolisian AKBP. "Apa benar anda dengan Pak Demiar? Kami butuh keterangan lebih lanjut terkait kasus ini."

"Iya, Pak Hugo. Saya sendiri, silahkan Bapak cek seluruh rumah saya. Hanya ada anak perempuan saya ini, karena saya tadi malam masih di luar kota. Begitu tiba pagi hari, saya juga kaget karena sudah menemukan security saya tidak bernyawa."

Hugo pun mengangguk-anggukkan kepalanya. "Apa Bapak yakin? Lalu mengapa CCTV dimatikan?"

"Tidak dimatikan, Pak. Tiga hari lalu saya pergi, CCTV masih bisa digunakan. Dan pagi hari saat saya ingin memeriksanya juga ternyata sudah rusak dan tidak bisa di akses lagi," sahut Demiar karena dirinya memang tidak mengetahui apapun.

Pandangan Hugo pun kemudian beralih pada Irish, pria paruh baya itu memicingkan pandangannya dan menghampiri Irish. "Apa kamu tahu siapa yang membunuh security mu? Karena hanya kamu yang ada di rumah ini tadi malam."

Jantung Irish sontak berdegup kencang dengan irama yang tidak karuan, saat membalas pandangan Hugo, Irish pun kembali memfokuskan tatapannya pada satu titik, tepat di seberang balkon rumah tetangganya, gadis itu sampai meneguk salivanya kasar.

Rupanya, dari kejauhan terlihat Liam sudah memberikan pengancaman pada Irish dengan pisau belatinya. Lelaki itu mengisyaratkan Irish untuk mengunci mulutnya rapat-rapat jika tidak ingin kejadian tadi malam terulang kali.

Menyadari pertanyaannya belum terjawab, Hugo sempat keheranan dan langsung melirik ke arah dimana Irish memfokuskan pandangannya. Irish panik, telapak tangannya sudah dibanjiri keringat gelisah dan penuh ketakutan.

"Siapa yang kamu cari? Security mu yang sudah mati?" tanya Hugo karena tak menemukan apa-apa yang dipandang oleh Irish.

Irish menggeleng pelan. "S-saya nggak tahu apa-apa, Pak," jawab Irish.

Bukan Hugo namanya jika langsung percaya, ayah kandung Agaskar itu melirik perban yang ada di jidat Irish. "Terus kenapa dahi kamu luka? Lukanya sejak kapan? Kamu juga memakai make up cukup tebal, apa untuk menutupi luka lebam di wajah mu?"

"Pak," panggil Demiar setelah menurunkan ponselnya. "Saya siap dipanggil ke kantor polisi untuk kesaksian, tapi tolong jangan seret anak saya. Dia memang tidak mengetahui apa pun, untuk keluarga security saya anaknya cuman minta semacam kompensasi atau sumbangan sebanyak 1M, saya bisa memenuhi itu. Jadinya kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan."

"Benar itu, Pak. Kami memang tidak mengetahui apapun tentang situasi ini," ujar wanita di samping Demiar menambahkan.

Mendengar itu pun Hugo hanya bisa mendenguskan napas berat, tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia langsung berbalik badan beranjak dari sana, namun meninggalkan tatapan curiga pada Irish, terbukti saat Hugo yang sudah melangkah jauh masih menatap intens ke arah gadis itu.

Please... tenang Rish, jangan sampai polisi itu tahu kalau lo sebenarnya rahasia in siapa pelaku dibalik semuanya, batin Irish.

Langkah Hugo diikuti oleh Demiar dan Ghea—kekasih barunya, yang memang hanya Irish mengetahui sisi gelap sang ayah suka bergonta-ganti pasangan. Entah wanita itu adalah wanita ke berapa yang dibawa ayahnya ke rumah.

Rumah kembali sepi, saat satu-persatu orang disana mulai pergi dengan mobil untuk menuntaskan kasus lebih lanjut. Saat Irish ingin menutup pintu rumahnya, tiba-tiba seseorang datang berteriak.

"Dari online food!" ucapnya.

Irish pun langsung menyambangi driver online food yang ia pesan sebelumnya. "Oke, makasih ya, Mas."

"Sama-sama, sayang." Jawaban itu membuat langkah Irish yang tadinya sudah berbalik badan dan ingin beranjak masuk ke dalam, terhenti seketika. "Kok berhenti, udah tau, ya?"

"L-Liam..." Detak jantung Irish lagi-lagi dipermainkan, saat ia menyadari bahwa yang mengantarkan makanannya adalah Liam, bukan driver food online yang sebenarnya.

•••••••••••••

"KAK AGASKARRR!!! KITA TELATT, YA?!"

Suara bernada tinggi itu terdengar panik seolah bergegas ingin segera menyambanginya, Agaskar spontan menoleh melihat sang istri yang baru saja keluar dari lift. "KAK AGASKAR AYO SEKARANG BERANGKAT!"

Bukannya menyahut atau merespon ajakan istrinya, Agaskar justru terpaku sejenak memperhatikan outfit yang Zeya pakai dari ujung kaki hingga atas kepala. Senyum miringnya pun tercetak jelas disana.

Zeya keluar dengan crop top tangan panjang ditemani rok panjang yang menjadi one set, bedanya perut Zeya sekarang sudah tidak rata lagi seperti biasanya. Ada isi yang membuat perutnya tersebut membuncit.

PUKKKKKKKKKK!!!!

"HUHUYYY!!" seru Agaskar menaik turunkan alisnya.

"Aw...." rintih Zeya terkejut begitu Agaskar memukul pelan bokongnya, itu membuat Zeya tertegun beberapa saat dengan mulut yang terbuka. "Apa-apaan sih lo, Kak! Apa maksudnya coba nampar-nampar pantat gue Sakit!"

Agaskar menggigit bibir bawahnya, menatap nakal ke arah Zeya. Sebelum menjawab, ia terlebih dahulu menghisap batang rokoknya yang terakhir karena sudah mengecil itu kemudian membuangnya.

"Kok lo makin seksi, sih? Padahal perut lo mau buncit, tapi kok gue—"

"SSSSTTTTT!!!" Jari telunjuk Zeya langsung berhampir di permukaan bibir Agaskar. "Diem lo, Kak. Gue tau apa yang mau lo bilang, gue pake baju ini terpaksa karena dress yang gue pake biasanya udah nggak muat."

Mendengar itu, entah mengapa senyum Agaskar pun mengembang seketika. "Anjai? Nggak muat? Itu berarti—"

"Ya kan karena tema dinner keluarga lo baju putih, ya mau nggak mau gue pake baju ini karena ini satu-satunya baju gue yang masih muat, Kak," potong Zeya lagi.

"Kenapa lo nggak bilang sayang, hm?" sanggah Agaskar menangkup dagu Zeya dan menggoyangkannya dengan satu tangan. "Tau gitu tadi siang gue beliin soalnya gue nggak ada ngapa-ngapain juga tadi siang."

"Hah? Nggak ada ngapa-ngapain?"

"Iya, orang gue di rumah santai aja di kamar main game, soalnya nggak kuliah."

"Loh? Bukannya tadi pagi lo nganterin gue kuliah dan katanya lo juga mau pergi kuliah ya, Kak?" balas Zeya seketika merasa bingung dengan jawaban suaminya.

DAMN! Disinilah Agaskar baru sadar jika dirinya melupakan suatu hal, ia belum jujur dengan Zeya terkait dirinya yang kena skorsing dari kampus selama 2 minggu kedepan. Lelaki itu menghela napasnya panjang dan memegangi tengkuk lehernya.

"Ohhh... itu, dosennya nggak jadi ngajar, sayang. Jadinya ya... gue pulang lah, nggak ada rapat juga di kampus ngapain lama-lama diem diri disana," kilah Agaskar.

Zeya tak langsung menyahut, melainkan memperhatikan gerak-gerik Agaskar terle ih dahulu, seolah mencurigai sesuatu. Terjadi keheningan dalam persekian detik, karena saat ditatap penuh interogasi, jantung Agaskar rasanya sudah ingin meledak.

"Oalah gitu, kirain tadi siang kuliah..." Zeya pun manggut-manggut percaya yang pada akhirnya bisa membuat Agaskar menghembuskan napas lega.

Bukan tanpa alasan lelaki itu tidak ingin jujur pada Zeya, ia hanya sekadar tak ingin membuat Zeya kepikiran dengan apa yang sedang menimpanya. Meskipun, aksi Agaskar tempo hari lalu untuk menjaga istrinya melawan sang dosen kampus.

"Iya sayang, yaudah sekarang kita berangkat, ya, soalnya udah ditunggu sama Mamoy Papoy juga tadi nge-chat gue." Agaskar lalu merangkul istrinya.

Tak lama kepala Zeya mendongak ke atas, menatap Agaskar. "Kak, gue tadi kan nggak ikut ngejemput Oma sama Opa di bandara, nggak papa?"

Agaskar menggeleng pelan. "Nggak papa, santai aja, lah. Kan lo kuliah tadi pagi, masa mau dipaksain. Tenang aja, ntar gue yang bilang sama mereka kalau lo nggak bisa ikut serta ngejemput karena apa, soalnya gue juga dikabarin sama Papoy dadakan tadi pagi."

"Papoy ikut?" tanya Zeya, Agaskar pun menggelengkan kepalanya.

"Papoy kalau nggak salah tadi pagi, lagi nanganin kasus pembunuhan kalau nggak salah. Jadinya gue lah yang disuruh ngejemput sebagai perwakilan, karena Papoy bener-bener nggak bisa izin soalnya dapat tugas," jawab Agaskar.

"Ohh gitu....." balas Arazey. "Yaudah yok, kita berangkat, Kak."

••••••••••

Mereka kini tiba di rumah bagaikan istana yang menjadi tempat utama dimana makan malam keluarga besar akan berlangsung. Ini adalah rumah keluarga besar Vakenzo dan Pragista bergabung, lebih tepatnya milik Opa Pras dan Oma Enza.

Siapa yang tidak insecure begitu menginjakkan kaki ke rumah sebesar ini? Baru tiba di parkiran saja Zeya sudah merasa gugup bukan main. Padahal posisinya adalah istri, bukan sekadar kekasih.

Bukan tanpa alasan Zeya merasakan demikian, pasalnya big family dinner ini dihadiri tidak hanya keluarga inti Agaskar saja, melainkan para orang tua pasangan alias ipar dan mertua juga ikut serta untuk menjalin silaturrahmi.

Agaskar langsung merangkul Zeya setelah memakirkan mobilnya dan mengiring langkah yang terlihat tak bersemangat, lelaki itu menyadarinya, namun di sisi lain pun ia berusaha menghibur Zeya agar tetap percaya diri di hadapan keluarganya.

"Tenang, sayang. Kan ada Mamoy Papoy juga disana, nggak usah takut atau minder, oke?" ujar Agaskar mengingatkan.

Zeya meneguk salivanya kasar, ia mengangguk lalu menunduk lesu dan mengikuti langkah Agaskar hingga akhirnya mereka tiba di lantai atas.

Dimana seluruh anggota keluarga besar rupanya sudah ramai dan berkumpul disana.
Lantai atas itu merupakan sebuah rooftop yang memang dijadikan tempat pertemuan berkumpulnya seluruh anggota keluarga.

"WEYYYYY AGASKARRRR!!!" seru Erland menyapa dan menghampiri Agaskar dan Zeya lebih dulu.

"Bawa siapa lo ke sini, Land?" tanya Agaskar.

"Pacar gue, lah. Kan gue belum nikah," sahut Erland.

"Iya, kan beda agama," balas Agaskar lagi yang membuat senyum lebar Erland sontak lenyap begitu saja dari wajahnya.

Agaskar dan Zeya pun terkekeh bersamaan, menggoda Erland sepertinya termasuk salah satu hobi mereka, karena memang sepupu Agaskar itu tengah menjalin hubungan berbeda keyakinan dengan kekasihnya, Ersya.

"Mana Oma sama Opa?" Agaskar kembali bertanya sembari meneliti dari banyaknya keluarga yang hadir.

"Ada noh disana, lagi ngobrol juga kayaknya sama Kakek Nenek gue dari Nyokap," jawab Erland menunjuk ke salah satu sudut.

"Hallo teteh Zeya, saya Ersya..." ujar seorang gadis yang terlihat sangat polos, sangat cantik dengan kulit putihnya, Zeya sampai terpukau dengan kecantikan Ersya.

"Hai... Zeya, salam kenal ya, Ersya. Btw kamu cantik banget," puji Zeya.

Ersya terkekeh. "Hatur nuhun atuh teh, Tetehnya lebih cantik banget loh."

"Tete?" ulang Agaskar memperhatikan percakapan itu yang membuat Erland mendecak kasar.

"TETEH GOBLOKKK!!!" cecar Erland langsung di hadapan wajah Agaskar dengan jarak dekat.

Agaskar sampai harus memejamkan matanya. "Santai, kan gue nanya anjing."

"Banyak juga ya, Land, yang hadir. Kayak... ternyata sebanyak ini," ucap Zeya, ia bahkan menyapu bersih pandangannya ke seluruh penjuru.

Erland pun tertawa mengangguk, membenarkan penuturan Zeya. "Yaiyalah, Zey. Ini kan nggak cuma keluarga Oma Enza sama Opa Pras aja, tapi ada keluarga Nyokap. Jadi Oma sama Opat uh konsepnya pengin silaturrahmi sama para keluarga menantu gitu, lah."

Agaskar mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Keren sih, Oma pulang ke Indonesia langsung buat gebrakan silaturrahmi kayak gini."

"ZEYAYYY!!!" Suara itu mengejutkan Agaskar, Zeya, dan juga Erland yang masih berdiam di tempat. "OMG! Menantu kesayangan Mamoyy!!"

Selina langsung merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Zeya dengan erat, mendapati itu tentunya Zeya membalas hangat pelukan sang mertua. "Mamoy...."

"Tante, bisa nggak sih suara Tante tuh jangan ngagetin? Udah kayak terompet aja bikin jantungan, nih kalau jantung Erland nggak tahan bisa dag-dig-dug serrr tau, nggak," keluh Erland.

"Heleh, lebay kamu, Erland. Urusin dulu keyakinan kamu sama pacar kamu mau gimana kedepannya nanti, hah?" sahut Selina membuat Erland mati kutu seketika.

"Buset, langsung di ulti anjir."

"Sabar ya, Land, semoga dikasih jalan yang terbaik," ujar Agaskar menepuk pundak sepupunya itu, ia dan Zeya benar-benar tidak bisa menahan gelakan tawa.

Selina kemudian menggiring langkah Zeya untuk menuju meja makan, dimana nantinya akan diberlangsungkan acara makan malam bersama. Deretan kursi yang tersusun pada meja persegi yang cukup panjang itu sudah siap diduduki.

"Mana Ale, Mamoy?" tanya Zeya, karena sedariawal ia datang, Zeya belum melihat keberadaan adik iparnya tersebut.

"Ada tuhh, sama Oma nya. Biasalah, karena udah lama nggak ketemu jadi miss miss an," sahut Selina.

"Mimisan?" ulang Agaskar, lelaki itu hanya mengekor di belakang Selina dan Zeya.

Selina pun mendecak pelan dengan tatapan sinis. "Nggak usah ikut campur deh, kamu."

Agaskar hanya menghela napasnya panjang, dirinya yang ingin bertanya hal lain pun langsung mengurungkan niat. Karena Selina dan Zeya jika sudah bertemu, ia sebagai anak kandung pasti terlupakan.

"HOIIII ANAK KUDANILLL!!!" Sudah dapat ditebak itu suara siapa, yang secara tiba-tiba muncul dari belakang Agaskar. "Akhirnya kamu datang juga."

"Tuhh tuhh tuhh Oma sama Opa." Hugo menunjuk pada sepasang suami istri paruh baya yang tengah menuntun Alezya, adik perempuannya.

"Opaa!!" sapa Agaskar yang langsung menyalami dan berpeluk erat penuh rindu pada Kakeknya itu. "Omaa...."

Begitu Alezya kembali ke tangan Hugo dan digendongnya, Agaskar pun bergantian untuk memeluk rindu pada Oma Enza. "Oh Agaskar, Oma misses you very much," ucap Enza menangkup kedua pipi Agaskar.

Agaskar tersenyum tipis. "Me too, Oma. Oma udah tahu suatu kabar yang membahagiakan?"

Enza menautkan keningnya sejenak. "What's that?"

"Istri Agas lagi hamil, Oma bakal punya buyut," tutur Agaskar, tangannya mengarah dimana Zeya berada yang tepatnya berdiri di samping Selina.

Pandangan Pras dan juga Enza pun langsung teralih padanya, sontak jantung Zeya berdegup kencang. Padahal ini bukan kali pertama dirinya mengetahui sosok kakek dan nenek Agaskar, namun entah mengapa ia seperti orang yang baru berada di tengah-tengah keluarga begitu asing.

"Senang bertemu lagi sama Opa dan Oma," ujar Zeya langsung datang ikut menghampiri, perempuan itu dengan manis menyalami kakek dan nenek dari suaminya.

Berbeda dengan Pras yang menyambut baik salaman Zeya bahkan memeluk istri dari cucunya itu, Enza justru seakan enggan untuk melakukan hal yang sama dilakukan suaminya.

"Kamu ini, yang Bapakmu masuk penjara itu, kan?"

DAMN! Pertanyaan yang tak hanya membuat Zeya terkejut mendengarnya, melainkan Agaskar, beserta Hugo dan Selina pun ikut merasakan hal yang sama.

"Bapak kamu masih di penjara, ya?" tanya Enza lagi yang membuat Zeya tadinya memilih untuk bungkam sejenak.

Dengan senyum hambar pun Zeya hanya dapat mengangguk sebagai sebuah jawaban. "I-iya, Oma. Ayah masih jalanin masa hukuman, t-tapi Ayah juga akan keluar akhir tahun depan, kok."

Enza langsung memutarkan bola matanya malas. "Haduhh, masih lama. And then, where's your Mother? I haven't seen it yet."

Selina langsung mengambil langkah mendekati Zeya dan merangkul menantunya tersebut. "Ehmm, Mom, I think that's a sensitive question. Because, Zeya didn't bring her parents, she only came here with Agaskar."

"Tapi, kenapa tadi waktu di bandara cuman ada Agaskar sendirian? Kok kayak bujang nggak punya istri aja sendirian pergi tanpa istri?" sanggah Enza menatap lekat pada Arazey, lalu mengangkat sudut bibirnya. "Atau memang dia yang tidak mau menyambut kedatangan saya ke Indonesia."

Zeya pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ng-nggak, Oma. Tadi pagi Zeya kuliah, dan Kak Agaskar ngabarin dadakan jadinya nggak dapet izin karena ada ujian."

"Ujian kan bisa susulan, menyambut saya dan suami saya tidak akan bisa susulan. Kamu seperti kurang menghargai saya," celetuk Enza.

Memang, Enza berubah semenjak mengetahui ayah kandung Zeya menjadi seorang narapidana. Padahal jika memori yang dulunya terputar, Zeya masih ingat jelas pertunangannya denga Agaskar, disaksikan langsung dengan Oma Enza yang menerimanya dengan baik.

Berbeda untuk saat ini, semuanya berubah yang membuat Zeya menjadi segan.

"Bener, Oma. Papoy kan nggak bisa dateng karena kerjaan, jadinya Agaskar aja yang dateng karena kebetulan nggak kuliah hari ini, kalau Zeya dia kuliah jadinya nggak ikut," tutur Agaskar ikut menjelaskan.

"Tetap saja, memang apa salahnya izin dengan dosen?" Enza bersikeras dengan pendapatnya yang merasa tak dihargai.

Selina pun kembali menengahi. "Mom, then forgive Zeya's absence today. The important thing is, Mom grandson, Agaskar, came to pick u up. Dan kita semua juga hadir tadi pagi menjemput Oma sama Opa."

"Stop defending an insolent daughter in law like her, Selina. Kamu itu sama saja, sama-sama dari anak narapidana," balas Oma Enza.

DAMN! Agaskar dan Hugo pun sama-sama menyimak pembahasan tersebut, meskipun keduanya juga sama-sama tidak terlalu mengerti apa yang sedang dibicarakan dalam bahasa inggris tersebut.

"ENZA!" tegur Pras dengan tatapan tajam, mengisyaratkan agar cibiran Enza dapat dihentikannya.

Acara makan malam keluarga besar tetap berlanjut sebagaimana mestinya, meskipun tadi sempat terjadi ketegangan.

"Sayang, ayo makan jangan cuma di aduk-aduk aja. Mau gue suapin, hm?" tawar Agaskar yang sedaritadi memperhatikan gerak-gerik sang istri yang hanya memandangi makanan di atas piring.

Zeya yang tengah melamun itu pun langsung sadar dan menoleh. "E-enggak, Kak. Nggak usah, gue bisa sendiri, kok, agak kenyang aja."

"Nggak selera atau nggak bisa makan makanan orang kaya?" Suara itu menyambung pembicaraan Agaskar dan juga Zeya, posisinya sangat tepat berada di seberang keduanya.

"Susah sekali mengajak orang kampungan sepertimu, yang mungkin hanya tahu makanan di pinggir jalan, makanan kaki lima yang nggak ada gizinya sama sekali," tutur Enza. "Oh My God, I really hate food like that."

"Enza, kita ini lagi mengadakan big family dinner. Sudahlah, nanti saja membahas hal seperti itu. Fokus pada acara lebih dulu," ujar Pras menyahut.

Enza pun tersenyum kecil, ia dengan santai menanggapi ucapan suaminya. "I'm always focused, my husband. This women hasn't focused since the event started."

"Mom," panggil Selina. "I'm sorry but how can Zeya focuse if the first meeting after a long time with you, she already gets question like that."

"What's wrong with my question?" sahut Oma Enza tak terima. "Itu adalah fakta bukan?" Pandangannya kemudian beralih pada Hugo sang anak. "Hugo, mengapa kamu suka sekali membentuk sebuah keluarga dari orang yang problematik? Kamu tau, kan, kalau di keluarga kita anti dengan kontroversial apalagi kriminal."

Hugo yang baru saja menyeruput minum di gelas itu pun mengangguk sekilas. "Mom, yang problematik itu keluarganya, bukan dari dirinya."

"Tetap saja, keluarganya yang kriminal dan problematik itu orang tuanya, bukan? Alias mertua kamu?" balas Oma Enza. "Mom already can accept your wife, malah ada penerusnya lagi yang menantu mu ini."

"Oma..." Itu adalah suara Agaskar yang mulai angkat bicara. "Namanya jodoh juga nggak bisa gimana-gimana, kan? Ini udah takdir, lagian nggak selamanya juga orang itu jadi narapidana, semua cuma titipan, kan?"

"Tetap saja, itu memalukan, Agaskar. Dan ini adalah aib yang harus ditutupi, apalagi Hugo adalah seorang polisi, apa kata orang-orang sampai tau dia punya besan napi?"

BRAKKKKKKKK!!!!

Gebrakan meja itu pun refleks Zeya lakukan yang membuat seluruh pasang mata menyorot ke arahnya, tak terkecuali mertua dan suaminya sendiri. Dengan kedua pundak yang turun naik, Zeya sudah berusaha menahan cairan bening yang kini telah tiba di ujung matanya.

"Gue pulang duluan, Kak. Kayaknya gue nggak bisa hadir lama di dinner keluarga malam ini, makasih." Usai mengucapkan kalimat itu, Zeya pun langsung beranjak dari tempat dan berlari dari sana.

"ZEY? ZEYAAA?!" pekik Agaskar.

Seluruh keluarga besar menyaksikan bagaimana Zeya berlari keluar dengan tangis yang sudah pecah. Detik berikutnya, Agaskar bergegas menyusul kepergian Zeya yang berlari entah kemana, dilanjutkan oleh Hugo dan Selina yang juga ikut serta mengejar Zeya.

Keluar dari rumah yang bak istana itu, Agaskar sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan kemana Zeya melangkah, setelah menangkapnya, ia pun segera melanjutkan larinya. "ZEYAAAAA?! SAYANGGG TUNGGU!!!"

"WOI!!! HADANG DIA, JANGAN MALAH DIEM AJA!!" titah Agaskar pada banyaknya penjaga yang sedang berjaga ketat di sekitar kawasan area rumah itu.

Namun karena diri Zeya sudah ditandai sebagai inti keluarga besar royal family, jadinya kepergian Zeya tidak dihadang ataupun dihalang. Begitu mendengar teriakan Agaskar lah mereka baru bergerak ikut mengejar.

Langkah Zeya terbilang cukup besar, satu tangannya memegangi bagian perut diiringi isak tangis yang tak terbendung. Ia menyadari dikejar oleh banyak orang, langkah Zeya pun terhenti di tepi jalan, dan berniat untuk menyeberang jalan daripada harus dihadang.

Saat melangkahkan kaki ke tengah, tanpa disadarinya ada sebuah mobil dalam kecepatan cukup tinggi melaju ke arahnya, perempuan itu baru sadar kala lampu sorot mobil itu semakin dekat semakin terang.

"AGASKAR SEGERAA SELAMATKANN ISTRIMUU!!!" teriak Hugo meminta pergerakan Agaskar lebih cepat, mereka sudah cukup jauh dari rumah karena telah bertemu jalan raya.

"ZEYAAA! ZEYAAA SAYANGG AWASSS!!" Selina pun ikut histeris.

BRUKKKKKKKKKKKK!!!!

"ZEYAAAAAAAA???!!!!" Jeritan  panjang yang paling keras keluar dari mulut Agaskar ketika mendengar teriakan sang istri.

Matanya melotot sempurna dengan tatapan yang syok karena posisinya sendiri baru tiba di tepi jalan yang berseberangan dimana posisi istrinya berada.

••••••••••••

GIMANA MENURUT MU TENTANG BAB KALI INI???

SEDIH APA SENANG???

LEBIH KASIHAN ADA DI POSISI IRISH ATAU ZEYA?

HAYOLOHHHH KIRA-KIRAA APA YANG TERJADI SAMA ZEYA? DANN SIAPAA YANG BISA DISALAHKAN ATASSS KEJADIANN ITU?

SPOILER BAB SELANJUTNYA? HANYA ADA DI agaskarstory.ofc dan @ofc.wolviper . Jangan lupa join broadcast channel nya juga di instagram biar dapat info selalu.

Apa yang mau disampaikan sama Agaskar?

Apa yang mau disampaikan sama Zeya?

Apa yang mau disampaikan sama Irish?

Apa yang mau disampaikan sama Liam?

Apa yang mau disampaikan sama tokoh lainnya?

SIAP UNTUK TAHU APA YANG TERJADI SAMA ZEYA?! SPAM "🫧" SEBANYAK-BANYAKNYA YAA. UPDATED BERGANTUNG DI TARGET...

TIDAK ADA AKUN INSTAGRAM LAIN SELAIN DI BAWAH INI:
@nazieranff
@agaskarstory.ofc
@wolviper.ofc
@pasmoy.ofc

ROLEPLAYER ACCOUNT ACTIVE:
•@agaskarvakenzo
••@arazeyhelthea
•@pangeranjavas
••@surganyaallah17
•@galenfaldevion
••@vandahavrielles
•@savionragasvara
••@ansleyarcellin
•@arhezalkanders
••@soniafabiannexy

•••@waveravedson
••@aessyrazelina
•••@vanoriswilder
••@irishzeverly

[[ JANGAN LUPA REKOMENDASIKAN JUGA CERITA INI KE TEMAN, KELUARGA, KERABAT DAN SAHABAT MU. VOTE, COMMENT AND SHARE CERITA INI SEBANYAK-BANYAKNYA❤️‍🔥]]

~~Minggu, 10 Maret 2024 (3940 kata)

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

966K 50.1K 38
FOLLOW DULU BARU BACA🔪 Follow IG: @astrisd_official FB: Author Astrisd *** "Ternyata lo masih perawan. Gue pikir perempuan seperti lo seperti sampah...
Layak Diingat Av Valerie Patkar

Allmän skönlitteratur

568K 77.6K 26
(SELESAI) Karena ada yang layak diingat, meski banyak yang patah di sebuah rumah. Bagian dari Loversation untuk Ardan.
MARSELANA Av kiaa

Tonårsromaner

905K 49.9K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.9K 313 14
𝚐𝚎𝚖𝚒𝚗𝚒 :𝙻𝙾 𝙱𝙸𝚂𝙰 𝙳𝙸𝙴𝙼 𝙶𝙺 𝚂𝙸𝙷 𝚂𝙴𝙷𝙰𝚁𝙸 𝙸𝙽𝙸 𝙰𝙹𝙰?! 𝚏𝚘𝚞𝚛𝚝𝚑: 𝚎-𝚎𝚑 𝚖𝚊𝚊𝚏 𝚐𝚎𝚖 𝚐𝚎𝚖𝚒𝚗𝚒: 𝚌𝚔, 𝚐𝚠 𝚑𝚊𝚛�...