my love single mother

By RIPhooman

429K 37K 1.8K

jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari menci... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55
56.
57.

39.

6.4K 637 61
By RIPhooman

Selesai meeting dengan klien, kini Bianca dan Aurel pun memilih singgah di salah satu restoran yang berada di Korea untuk makan siang.

"Rel, kayaknya aku gak bisa terus-menerus menetap di jepang dan pergi-pergi kayak gini," ucap Bianca disela-sela kegiatan makan mereka.

Aurel mengerutkan keningnya seraya meletakkan sendoknya di atas piring, memilih fokus dengan Bianca sang lawan Bicara. "Maksud, kakak?"

"Ada seseorang yang gak bisa aku tinggal lama-lama,"

Aurel menganggukkan kepalanya mengerti. Aurel tahu itu, karena beberapa kali Aurel mendapati Bianca tengah menghubungi seseorang yang Aurel tahu itu adalah kekasih dari Bianca sekarang. Karena nada bicara Bianca yang terdengar mesra dan gerak-gerik Bianca yang tampak senang ketika menghubungi seseorang tersebut. Walau sesudahnya, Bianca pasti akan terlihat murung setelah selesai menghubungi seseorang tersebut.

Dan Aurel juga tahu, kekasih dari Bianca itu selalu meminta agar Bianca untuk segera pulang. Aurel tahu, pasti tak nyaman untuk Bianca berjauhan dari kekasihnya seperti ini.

"Lalu langkah apa yang mau kamu ambil?"

Bianca terdiam sejenak, tampak berpikir. "... Kalo aku minta papah buat balik lagi ke perusahaan itu gak mungkin, keadaan papah sekarang gampang sakit."

Aurel menganggukkan kepalanya setuju.

"Aku berniat, mencari orang yang bisa aku percaya dan aku andalkan."

Atas ucapan dari Bianca tersebut, Aurel pun mengerutkan keningnya. "Siapa?" tanya Aurel penasaran.

Bianca menggelengkan kepalanya. "Belum tau," jawab Bianca lemas.

"Yah, gimana si kak," ucap Aurel yang kini juga ikut lemas. Ia pikir Bianca sudah tahu siapa orang yang akan ia beri kepercayaan, ternyata dirinya baru memikirkan itu tanpa tahu siapa orang yang akan ia beri kepercayaan itu nantinya.

"Siapa ya, Rel?"

"Siapapun orangnya, aku harap itu adalah orang yang benar-benar kamu percaya, kak. Atau kamu akan menyesal dengan langkah yang kamu ambil sendiri."

Bianca menganggukkan kepalanya. Ia tahu pasti akan itu, makanya ia tak akan mencari sembarangan orang untuk ia beri kepercayaan sebesar itu. Atau jika tidak dapat, sepertinya ia harus terpaksa terbiasa melakukan hal seperti ini, dan ia juga harus terbiasa berjauhan dari Alina terus-menerus. Dan satu yang menjadi permasalahan terbesar adalah, apakah Alina mau jika terus-menerus seperti ini? Pikirnya.

Ting!

Bunyi notifikasi chat masuk dari ponsel Bianca berbunyi.

MommynyaMiel

Aku udah di jepang

Satu pesan dari Alina mampu membuat Bianca membelalakkan matanya terkejut. Tanpa berlama-lama lagi, Bianca pun segera melakukan panggilan telpon dengan Alina yang langsung diangkat oleh Alina.

"Kamu dimana?" tanya Bianca saat panggilan telpon tersebut berhasil tersambung.

"Di bandara,"

"Oke, kamu jangan kemana-mana ya."

Setelah panggilan telpon tersebut terputus, Bianca pun kembali menelpon seseorang yang tak lain adalah papahnya.

"Halo, pah,"

"Iya, sayang. Ada apa?"

"Alina di bandara, tolong jemput ya. Bawa ke rumah dan jangan kasih Alina untuk kemana-mana sebelum aku datang."

"Kamu kan lagi di Korea,"

"Iya, aku pulang sekarang,"

"Oke, hati-hati,"

"Iya, makasih, pah." Setelahnya, Bianca pun memutuskan panggilan telpon tersebut dan kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Rel, tolong pesenin tiket ke jepang sekarang juga." perintah Bianca yang hanya dilakukan oleh Aurel detik itu juga tanpa adanya bantahan.

"Ada masalah, kak?"

Bianca menganggukkan kepalanya. "Pujaan hati aku ada di sana. Bisa ngamuk dia kalo aku gak ada. Aku mohon, Rel, cari penerbangan yang kalo bisa cuma satu detik perjalanan,"

Aurel memutar bola matanya malas. "Bilang aja si kamu lagi kerja,"

"Iya. Tapi masalahnya dia cemburu sama kamu."

Sesaat setelah mendengar penuturan dari Bianca, Aurel pun meledakkan tawanya. "Hahaha, cemburu? Kenapa? Aku ketemu pujaan hati kamu itu aja gak pernah, gimana bisa dia cemburu sama aku?"

"Zee, dia ceritain soal kita. Padahal untuk apa cemburu coba, aku aja udah anggap kamu kayak adek sendiri,"

"Perlahan, aku juga udah anggap kamu kayak kakak aku sendiri. Walau diawal sedikit sulit sih, mengingat semua yang udah kita jalanin dulu. Tapi, masa lalu sudah menjadi kenangan. Sekarang semuanya udah berubah,"

Bianca menganggukkan kepalanya setuju.

"Tapi, kak, kalo pada saat itu aku gak memutuskan untuk pergi, apa sekarang kita masih bersama?"

"Kalo kita emang udah ditakdirkan untuk berpisah, dengan kamu gak jadi pergi waktu itu aja, mungkin semesta punya cara lain untuk memisahkan kita. Begitu pun sebaliknya."

~~~

Saat sudah sampai di kediaman keluarga Bianca, disepanjang perjalanan Alina terus-menerus dibuat bertanya-tanya dengan mengapa bukan Bianca yang menjemputnya, atau kemana Bianca? Pikirnya.

"Om, Bianca nya mana?" tanya Alina kepada Tama.

Kini Alina sudah berada di ruang tamu dikediaman keluarga Tama. Di ruang tamu tersebut juga ada istri dan anak dari Tama, yang kini tampak senang bermain dengan Miel.

"Dia lagi di Korea. Bianca gak bilang?"

Mendengar itu Alina pun benar-benar dibuat terkejut, ia juga merasa sangat marah sekarang. Mengapa Bianca tak bilang padanya? Pikirnya.

Sudah beberapa hari belakangan ini juga Bianca jarang sekali menghubunginya. Lalu sekarang Bianca malah pergi ke Korea tak bilang padanya. Alina benar-benar dibuat geram sekali dengan Bianca kini. Apa Bianca tak menganggapnya ada? Atau sebenarnya, dianggap apa dirinya oleh Bianca? Pikir Alina.

"Sama Aurel, om?" tanya Alina penasaran. Jika iya, mungkin Alina akan semakin bertambah marah.

"Iya. Aurel kan asisten pribadi Bianca, dia pasti ikut. Lagian Bianca maunya sama Aurel doang, gak mau sama yang lain. 3 hari yang lalu Aurel gak datang ke kantor aja, disamperin. Kekeh maunya sama Aurel juga."

Alina mencoba mengingat-ingat, 3 hari yang lalu? Itu adalah hari dimana ia dan Bianca bertengkar karena Bianca tak menghubunginya seharian, jadi alasan Bianca tak menghubunginya adalah karena Aurel? Pikirnya.

"Om, saya ijin istirahat dulu ya, capek." Alina butuh menenangkan dirinya sekarang. Mengetahui fakta-fakta yang baru ia ketahui sekarang ini, benar-benar membuat emosinya benar-benar naik.

"Iya, istirahat aja di kamar Bianca. Biar Miel main disini, lagian dia anteng tuh main." ucap Tama sambil memperhatikan Miel yang tengah asik main dengan istri serta anaknya. Tama sangat merasa senang dengan kehadiran Miel, karena itu memberikan warna baru tersendiri untuk keluarganya.

Miel sendiri tampak mudah berbaur dengan sekitar. Tentu saja, karena tipikal Miel adalah anak kecil yang mudah disogok. Diberikan mainan saja, Miel bisa langsung akrab dan merasa senang.

"Bianca gak bolehin kamu kemana-mana dulu sebelum dia datang." ucap Tama memberitahu.

Mendengar itu, Alina pun malah dibuat semakin emosi mendengarnya. Egois. Batin Alina.

"Miel, mommy ke kamar dulu ya. Mommy mau istirahat," pamit Alina kepada Miel seraya membelai surai rambut Miel.

"Yes, mommy,"

"Jangan nakal ya," pesan Alina sebelum beranjak pergi.

Setelah berpamitan dengan yang lain, Alina pun beranjak pergi ke kamar Bianca, dengan perasaan yang sudah benar-benar marah. Kini ia pun hanya mampu menangis, dan sepertinya ia akan memutuskan untuk mengurung dirinya di kamar Bianca seharian.

Seperti katanya minggu lalu bahwa ia akan pergi ke jepang saat Miel liburan sekolah. Kini Alina pun memutuskan untuk pergi ke jepang karena ingin mengunjungi Bianca, dan ingin liburan disini bersama dengan Bianca. Namun moodnya kemudian benar-benar dibuat hancur seketika karena Bianca sendiri.

~~~

Malam dini hari, Bianca baru sampai. Ia pun langsung memasuki rumah dengan kondisi rumah yang sudah sangat sepi, dengan terburu-buru langkah kakinya pun membawanya menuju ke arah kamarnya.

Ia langsung menuju ke kamarnya, karena ia ingin langsung menemui Alina. Yang ia tahu dari papahnya, bahwa seharian Alina berada di kamarnya.

Saat baru saja membuka pintu kamarnya, suara isak tangis dapat Bianca dengar memenuhi setiap sudut ruang di kamarnya.

"Al," panggil Bianca seraya mendekati Alina dengan langkah takut-takut.

"Apa susahnya si untuk bilang ke aku?" omel Alina tiba-tiba membuat Bianca seketika tersentak terkejut. Meski ia sudah tahu bahwa ia akan dimarahi oleh Alina, tapi ia masih terkejut dibuatnya. Karena sampai kapanpun, ia tak akan pernah siap melihat kemarahan dari Alina. Karena sejujurnya, ia tak pernah benar-benar ingin membuat Alina marah padanya.

"Maaf," ucap Bianca penuh penyesalan dengan kepala yang kini sudah menunduk takut.

"Aku udah bilang aku gak suka dibohongin."

"Aku gak bohong, aku hanya lupa bilang ke kamu kalo aku pergi ke Korea."

"Kamu bohong soal 3 hari yang lalu kamu bilang sibuk kerja. Padahal kamu sibuk sama Aurel."

Deg.

Darimana Alina tahu? Hah, habis sudah dirinya. Pikir Bianca.

Skak. Bianca sudah kalah telak. Ia tak akan mencoba membela dirinya lagi.

"Maaf," lagi-lagi Bianca hanya bisa meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.

"Kita akhiri aja hubungannya. Aku gak bisa dengan hubungan yang dilandasi oleh kebohongan gini."

Bianca menggelengkan kepalanya. "Gak." ucapannya. Jujur saja, saat mendengar penuturan dari Alina tersebut, itu benar-benar membuat dunianya seakan runtuh seketika. Hatinya kini pun sudah berdenyut sakit, sakit sekali. Ia tak mau mendengar kata-kata itu dari Alina, atau ia tak mau kata-kata itu ada dalam hubungan mereka.

"Aku gak peduli. Aku mau kita putus."

"Gak, Al. Kamu cuma lagi emosi aja, tenang dulu ya," ucap Bianca sambil berusaha mengenggam tangan Alina, yang terus dihindari oleh Alina.

Plakk

Satu tamparan mendarat kencang tepat di salah satu pipi Bianca.

"Kamu ngomong gampang. Gimana aku bisa tenang? Dengan apa yang sudah kamu lakuin?" omel Alina setelahnya.

Bianca pun kini hanya diam saja. Ia masih benar-benar syok dengan Alina yang menamparnya kencang. Belum lagi rasa panas yang mengalir tak hanya disekitar pipinya, namun juga dihatinya.

Meski ini bukan kali pertama Alina menamparnya, tapi mungkin Bianca tak akan pernah terbiasa oleh itu.

"Jawab!" bentak Alina menuntut jawaban setelah melihat keterdiaman Bianca lama.

"Maaf," Bianca tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, dan kata apa yang pantas ia ucapkan selain kata maaf. Ia kini benar-benar menyesal dengan apa yang ia perbuat, namun rasanya nasi sudah menjadi bubur. Alina kini sudah benar-benar marah padanya.

"Gak guna! Aku benci kata maaf kamu!"

Mendengar itu, hati Bianca pun kini lagi-lagi dibuat berdenyut sakit setelah mendengar penuturan dari Alina.

Bianca lalu tergerak memeluk Alina, guna menahan Alina yang terlihat akan beranjak pergi.

"Lepas! Gue mau pergi! Gue muak sama lo!" teriak Alina dengan terus memberontak dalam pelukan Bianca.

"Gak ada, Al. Gak ada yang boleh pergi." ucap Bianca lembut sambil memeluk Alina erat dengan air mata yang kini sudah sama-sama luruh.

"Lepas!" bentak Alina sambil menghempas tubuh Bianca kencang.

Seketika Bianca pun melepaskan pelukannya. Bianca lalu kini hanya bisa menghela napasnya dalam. "Ini udah tengah malam. Kamu istirahat aja, biar aku yang pergi. Kita tenangin diri masing-masing dulu. Besok kita omongin lagi. Apapun keputusan kamu tentang hubungan kita akan aku terima besok. Asal, kamu mengambil keputusan dengan tidak dalam keadaan emosi seperti ini."

Setelahnya Bianca pun beranjak pergi, meninggalkan Alina yang masih diliputi emosi.




TBC.
Dah, last part sebelum puasa.

Continue Reading

You'll Also Like

62.1K 4.7K 24
Bagaimana jadi nya jika Wendy yang berkepribadian dingin dan cuek terpikat oleh pesona seorang janda anak satu. Dan lebih parah nya janda itu adalah...
11.1K 775 37
(lanjutan cerita kim taehyung x y/n) kim Y/n istri dari pria tampan yang bernama kim taehyung dikaruniai anak yang pintar dan tampan yang bernama ki...
1K 198 29
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] ⚠️CERITA INI MENGANDUNG BANYAK GULA! AWAS MLEYOT ⚠️UPDATE SETIAP HARI SABTU DAN MINGGU *** "Bu ayo berhenti. Pura-pura nya...
2.7K 115 13
cerita ini mengandung kekerasan dan adegan dewasa. harap kalian yg masih di bawah umur untuk tidak membacanya atau di marahin emmak!!