𝗜𝗥𝗘𝗡𝗘

By wittyst

128K 14.9K 1.3K

Bagaimana rasanya bereinkarnasi ke dalam sebuah cerita dark romance yang mampu membuatmu gila? Itulah yang di... More

🕊️ ✧.* ❝ P R O L O G ❞ ·˚ ༘
- ❝ o n e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w o ❞ ·˚ ༘
- ❝ t h r e e ❞ ·˚ ༘
- ❝ f o u r ❞ ·˚ ༘
- ❝ f i v e ❞ ·˚ ༘
- ❝ s i x ❞ ·˚ ༘
- ❝ s e v e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ e i g h t ❞ ·˚ ༘
- ❝ n i n e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ e l e v e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e l v e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t h i r t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ f o u r t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ s i x t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ s e v e n t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ e i g h t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ n i n e t e e n ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y o n e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y t w o ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y t h r e e ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y f o u r ❞ ·˚ ༘
- ❝ t w e n t y f i v e ❞ ·˚ ༘

- ❝ f i f t e e n ❞ ·˚ ༘

4.3K 532 70
By wittyst

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ini baru peringatan yang sopan, jika Matthias ingin, ia bisa saja melakukan hal yang lebih di depan Yohan. Namun ia mengurungkan niatnya, karena ia yakin Irene tidak akan suka mengenai hal itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Little Chat"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

[ WARNING : untuk yang belum membaca novel / yang menikmati cerita melalui manhwa dan sedang menunggu chapter terbaru update ]

❗Alur Chapter ini menggunakan alur dari novel dan di mix menggunakan alur buatan saya sendiri. Jadi untuk menghindari spoiler, mungkin chapter ini bisa diskip dahulu hingga chapter manhwa terbaru update❗

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Hmmmm~? Dengan wanita itu rupanya." Pikir seseorang dari balkon yang lumayan jauh dari balkon yang didiami oleh kedua insan tersebut.

Dirinya hanya berniat mencari angin di salah satu balkon, namun atensinya malah tertuju pada pasangan Duke Herhardt dan Duchess dari wilayah tetangga.

Rupanya mereka sedang bercumbu. Wanita itu agak terdiam sejujurnya, karena alur cerita yang ia baca tidak ada adegan seperti ini. Dan dia tahu, penyebab dari perubahan alur cerita berasal dari wanita itu. Yang tak lain adalah wanita yang berada dalam dekapan sang pemeran utama pria.

"Jika dia bisa merubah alurnya sampai semelenceng ini.... Bukankah aku berarti juga bisa melakukannya?" Tawanya pelan, seringai manis disembunyikan dibalik kipasnya, menatap kedua insan tersebut.

__ __ __ __ __ __

"Tuan Duke......."

Irene menatap pria yang di depannya, yang habis mengajaknya untuk melakukan sesuatu.

Matthias hanya menatapnya, mengelus pelan bibir merah yang sedikit membengkak. Memberikan beberapa sentuhan singkat lagi.

"Kembali ke pesta?" Tebak Matthias, lawan bicaranya mengangguk.

"Baiklah, mari." Jawab Matthias, mengajak Irene untuk kembali ke dalam gedung.

__________________ ׂׂૢ་༘࿐

"Rileks Claudine, kakakmu itu hanya pergi mencari angin sebentar." Ujar Riette memegang bahu Claudine.

Gadis itu sedari tadi mencari keberadaan Irene yang entah kemana, padahal inikan pestanya! Mengapa wanita itu malah menghilang bersama Duke Herhardt.

Ia sungguh bosan dengan percakapan antara keluarga Etman bersama keluarga Count Arundt. Apalagi tingkah laku sang Nyonya Etman, Linda membuatnya merasa tidak senang.

Wanita itu terang-terangan ingin menjodohkan anak bungsu keluarga sang Count dengan putra tunggalnya. Kyle Etman. Dasar wanita egois.

Belum lagi ia sudah setengah jam yang lalu meminta asisten pribadi sang wanita untuk memanggil Irene. Siapa sih namanya? Claudine lupa. Johan? Lohan? Mohan? Entahlah.

"Terserah anda." Dengus Claudine dengan kesal. Entah kenapa dia merasa sensitif jika pria itu mendekatinya.

"Claudine!" Panggil orang yang dia tunggu. Senyum sumringah terpatri di bibir indah Claudine.

"Irene." Senangnya, Claudine langsung menggeser Matthias dan menggandeng Irene. Menghiraukan tatapan dari sang Duke.

"Yo, adik manis." Sapa Riette melambaikan tangannya. Namun Irene hanya memberikan tatapan tajam, membuat pria itu langsung menelan ludahnya.

'Bocah ini! Jangan dekat-dekat! Aku masih dendam kepadamu yang mengatakan Claudine adalah adikmu! Tidak mau kubantu lagi kau pdkt dengan Claudine!' Dengus Irene.

Mereka berdua berjalan meninggalkan Riette bersama dengan Matthias. Riette yang masih tersenyum seperti patung, rupanya masih memproses apa yang terjadi.

"Hahh...... Perempuan itu susah dimengerti....." Riette menghela napas.

"Kau sepertinya melakukan kesalahan." Komen Matthias. Pria itu meminum winenya pelan.

Biasanya Irene akan menghiraukannya atau bersikap galak kepadanya jika ia melakukan hal yang salah. Mungkin itu juga yang terjadi pada Claudine.

"Wah~ kau tidak biasanya memahami perasaan wanita." Goda Riette membuat Matthias mendengus dan pergi meninggalkan sepupunya itu.

"Oi! Kenapa aku ditinggalkan semua orang?!" Kesal Riette berdiri sendiri lalu pria itu memutuskan untuk mengejar Matthias.

Awas saja, lainkali Riette yang akan meninggalkan mereka lebih dahulu. Ekhem.

Sementara itu, di tempat lain. Terlihatlah Layla yang sedang menunggu Kyle. Ini sudah sejam lebih ketika lelaki itu memintanya untuk menunggu?

Apa dia mendingan kembali ke rumahnya? Layla merasa bimbang. Ia berjalan memasuki aula besar itu, mencari sosok yang ia cari.

Pandangannya terhenti ketika melihat Kyle berbaur dengan salah satu keluarga bangsawan. Salah satu nona muda mengajak Kyle untuk berbincang, lelaki itu hanya menanggapi ala kadarnya saja.

Seketika Layla merasakan dinding tebal di antara dirinya dengan sahabatnya itu. Membuat perasaanya menjadi campur aduk, dengan berat hati gadis itu pergi meninggalkan Kyle.

Layla tidak berniat untuk pergi begitu saja tanpa sepatah kata, namun ia merasa sedang tidak baik-baik saja. Jadi ia menitipkan pesan kepada salah satu pelayan bahwa ia kembali awalan karena merasa tidak enak badan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hei Matthias, apakah kau tidak bisa segera keluar dari kemiliteran dan fokus pada bisnis keluargamu?"

Riette merebahkan dirinya di atas sofa, meletakkan koran yang baru ia baca. Menatap Matthias yang duduk sembari membaca buku.

"Menghabiskan beberapa tahun di Divisi Militer itu bukanlah hal buruk." Matthias tetap tenang duduk dan membalik halaman buku yang ia baca.

"Yah, itu merupakan tradisi Keluarga Herhardt." Cibirnya.

"Matthias von Herhardt akan menjadi Duke yang sempurna melampaui para leluhurnya."

"Dan perempuan yang bersanding di sampingnya adalah Irenea von Delaney. Sungguh kombinasi yang kuat." Goda Riette pada Irene yang duduk di sampingnya.

Wanita itu sedang bersantai di samping Claudine yang sedang menyulam sebuah pola yang indah. Burung biru yang Matthias simpan di kamarnya terlihat dengan manisnya berinteraksi dengan sang Duchess.

Sementara Martin ungu kesayangan Matthias dengan tenang bertengger di pundaknya. Sungguh pemandangan langka melihat pemburu burung handal seperti Matthias merawat dua burung kecil itu. Anehnya masih hidup.

"Kau benar. Seandainya itu bisa terjadi pasti akan sempurna." Celetuk Irene menyetujui perkataan Riette. Dengan santainya mengucapkan hal itu, kata-kata yang membuat suhu atmosfer menurun beberapa derajat.

Pandangan Matthias yang semuanya berada di buku berpindah menatap Irene dengan intens. Gerakan membalik lembaran buku yang ia baca pun terhenti.

"Ekhem...." Riette berdeham, mengodekan kepada Irene untuk menyadari perkataannya.

Irene tersentak ketika Riette menggerakan kepalanya, menunjuk ke arah Matthias. Irene berdeham pelan.

"Maksud saya itu sungguh hal yang bagus, dan saya berharap itu bisa terjadi secepat mungkin! Ya-! Itu benar! Ahahahahaha......" Panik Irene menjelaskan, dengan diakhiri tawa canggung. Menghindari tatapan tajam tunangannya.

Sementara Claudine dengan senyuman anggunnya menganggukkan kepalanya sebentar, menikmati situasi seperti ini. Salah acara favorit Claudine adalah melihat perdebatan kesalahpahaman antara Irene dengan Matthias. Benar-benar pasangan yang unik.

Yah sejujurnya, jika Irene tidak bertunangan dengan Matthias masih ada lagi satu kandindat. Putri kesayangan sang Kaisar Berg. Sudah rahasia umum bahwa sang Kaisar sangat menginginkan Matthias menjadi menantunya.

Belum lagi sang putri merupakan 'Bunga bagi para kaum sosialita'. Namun, keputusan sang Duchess Herhardt terdahulu jatuh kepada Irene. Setidaknya opsi yang lebih baik.

Berurusan dengan Keluarga Kekaisaran saja sudah memiliki banyak resiko, apalagi jika menikahkan anak mereka dengan salah satu penerusnya. Seperti melayangkan bendera kematian saja.

Nyonya Elysee pasti berpikir hal itu. Selain melayani keluarga Kekaisaran turun-temurun dan harus setia kepada mereka, mereka juga harus tunduk dengan semua perintah dan peraturan layaknya anjing pada majikannya.

Mending menikahkan anaknya dengan bangsawan dari wilayah sebelah toh. Keluarga Herhardt sendiri memiliki sejarah, kekayaan, dan kekuasaan yang tak kalah dengan Kekaisaran.

"Aku tidak percaya pertunangan resmi kalian berdua sudah dekat. Ini memberikan sensasi menggelitik dalam diriku." Ujar Riette memecahkan kesenjangan interaksi di antara mereka.

'Riette...... Aku berhutang budi kepadamu.....' Hari Irene menatap pria itu, dendam sebelumnya pun sirna.

"Anda benar, awalnya tidak kusangka Kak Irene akan bertunangan dengan Duke Herhardt." Celetuk Claudine menghentikan sulamannya dan tersenyum dengan senyuman khasnya.

'Claudine....!' Kaget Irene dan Riette. Gadis itu sangat blak-blakkan menyampaikan fakta itu di situasi ini! Irene dan Riette saling menatap satu sama lain dengan perasaan tidak enak.

"Padahal jika dilihat-lihat asisten kakak yang memakai kacamata itu, lumayan cocok juga jika bersanding bersama dirimu."

"Dia sopan, tampan, perhatian kepadamu, lalu menjagamu selama di Eirwen bukan? Cerdas, berwibawa, mapan, lalu-"

CTAK......

Matthias menutup buku yang ia baca dan menatap lurus ke arah Irene yang langsung membuang wajahnya, Riette yang senyumnya menghilang dan menatap Claudine dan memintanya untuk melanjutkan perkataannya.

'Claudine! Kenapa kau mencari masalah sih?!!!!! Arghh!!!!' Erangan frustasi Irene.

Suasana ruangan pribadi Matthias pun sunyi, suhu udara yang kembali merendah. Dua perempuan itu terdiam dan tidak ingin melakukan apapun.

"Ada apa Lady Brandt? Kenapa anda berhenti? Lanjutkan perkataan anda." Pinta Riette dengan senyuman lebar yang membuat matanya tertutup. Senyuman yang sangat manis. Tapi menyeramkan.

"Saya penasaran bagaimana kelanjutan mengenai sosok asisten Lady Delaney yang anda bilang cocok untuk dibandingkan dengan Matthias." Senyumnya.

"......................"

"......................"

"Yohan itu sudah ku anggap sebagai adik. Tidak ada yang mampu mengalahkan kesempurnaan Tuan Duke." Terang Irene sedikit terbata.

"Kak Irene benar.... Lagipula Sir Yohan hanyalah rakyat biasa, tidak cocok dibandingkan dengan Duke yang merupakan bangsawan terpandang dan berpangkat tinggi." Lanjut Claudine.

Melihat jawaban mereka, Riette kembali dengan senyuman manisnya yang tidak semengerikan tadi.

Oke, Claudine sudah cukup mendapatkan pelajaran dari perilakunya yang ingin membuat Matthias cemburu. Ia berusaha untuk tidak mengulanginya kembali.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yah sejak kejadian itu, Matthias mendiamkan Irene. Wanita itu jadi gelisah karenanya. Apalagi Riette dan Claudine sudah meninggalkan mereka berdua. Kini Irene berada di Annex, menemani sang Duke.

Jika sudah bersamanya, Irene tidak bisa kemana-mana. Kembali kemasa ia dikurung untuk bersama dengan pria itu. Kemanapun Matthias pergi, Irene setidaknya ada di sekitarnya.

Suara khas gerakan pena di atas kertas menjadi musik untuk menemani kesunyian mereka.

Irene hanya duduk di sofa dengan diam, tidak ingin memancing kemarahan Matthias yang sudah ada sedari percakapannya mengenai pertunangan.

Walau ia harus kebosanan menatap isi Annex yang sudah ia hafal. Memainkan bantalan sofa.

Makan malam akan dimulai sekitar dua jam lagi. Jadi setidaknya Irene harus menunggu beberapa saat lagi.

"Kemari." Panggil Matthias membuat Irene menoleh. Pria itu rupanya sudah menyelesaikan tugasnya.

'Okay, jangan membuatnya marah kembali. Turuti gagak hitam kesayanganmu itu.' Batin Irene.

Berjalan ke meja kerjanya, Matthias bergerak ke samping agar bisa dengan leluasa bergerak.

"Ada yang-"

Grap!

Matthias menarik tubuh itu, dan mendudukannya di atas pangkuannya.

"Duke! Apa-apaan an-?!"

"Cari asisten lain." Potong Matthias, menatap Irene dengan tegas. Irene mengerutkan keningnya.

"Duke, anda tidak bisa sesuka hati memberhentikan seseorang dan memperkerjakan orang lain." Tolak Irene.

"Tidak peduli. Aku tidak menyukai asistenmu itu. Dia seperti parasit." Desisnya membuat Irene menghela napas.

"Terserah." Pasrah Irene. Ia bergerak ingin turun dari pria itu. Namun pria itu tidak membiarkannya bergerak.

Entah kenapa sejak beberapa hari yang lalu, pria itu sensian sekali dengan Yohan.

Melainkan mengeratkan genggamannya di pinggang dan memberikan ciuman singkat di lehernya.

"Duke cabul." Cibir Irene membuat Matthias menaikkan alisnya.

"Tapi kau tidak menolak." Bantah Matthias.

"Saya menolak, memberontak, tapi anda tidak melepaskan saya."

"Kapan kau berontak? Setiap kali kita seperti ini kau hanya pasrah dan membiarkanku memimpin semuanya."

"Saya sudah pernah mencubit pinggang anda, memukul tangan anda, mencakar anda. Apakah perlu saya ulangi?" Jengkel Irene membuat Matthias terkekeh.

Jika kalian selalu bilang Irene tidak pernah memberontak, itu benar, tetapi itu karena ia lelah memberontak. Sekali Irene mendorong Matthias, tubuh pria itu tidak akan bergerak maupun bergeser.

Matthias dan tubuh kekar dan tenaganya. Irene mendengus. Belum lagi gaun yang selalu ia pakai malah mendukung aksi bejat pria itu. Coba pakai celana, sudah Irene tendang titik kelemahannya.

"Lagipula Duke, saya rasa tubuh saya itu tidak menggairahkan. Lebih baik anda mencari wanita lain untuk anda tiduri." Usul Irene.

"Saya dengar wanita di rumah bordil di kawasan distrik merah Herhardt memiliki kualitas yang bagus. Mengapa anda tidak mencobanya?" Senyum Irene membuat Matthias mendengus.

"Aku lebih baik menjadi perjaka tua daripada bersenggama dengan para wanita kotor itu."

"Lagipula tubuh mu itu sangat pas, lekukan yang indah, apalagi bagian-"

PLAK!

Tamparan manis Irene layangkan menuju kepala dari pria itu. Dasar, minimal mulutnya di filter sedikit.

Matthias meringis pelan, lagipula apa salahnya. Ia hanya mengatakan fakta. Tubuh wanitanya itu menggoda, Matthias pernah melihatnya. Saat mengambil topi norak milik anak asuh Remmer. Gaun yang Irene gunakan itu basah, jadi tembus pandang dan gaunnya mencetak jelas lakukan tubuhnya.

"Dasar mesum." Kesal Irene.

Irene mengira robot sejenis Matthias itu tidak pernah terpancing akan hawa nafsu. Ternyata ia salah. Pria tetap pria.

Irene meragukan julukan pria itu. Si blackflag / redflag di novel. Namun sifat redflag nya belum muncul. Malahan sifat dan tindakan vulgar pria itu yang selalu Irene lihat.

"Itupun hanya denganmu." Ujar Matthias membawa mereka kedalam pangutan panas.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

End of Chapter Fifteen

^jujurly gak tahu mau nulis adegan apa di bagian akhir, karena di novelnya pas bagian alur sehabis ngobrol sama Claudine dan Riette itu kan Matthias diam di Annex dan keluar buat cari angin.

Nah, ketemukan sama Layla dan terjadilah adegan Matthias sama Layla lagi bergulat mesra di bawah pohon. Jadi sebagai pengganti adegan itu, saya tulis begitu saja 👁👄👁

Jadi ya sorry agak cringe.

Dan kenapa saya melanjutkan ceritanya tapi makai alur novel? Kenapa gak nunggu manhwanya update? Jawabannya ya karena gabut :v

Soalnya saya liburan dua minggu karena ada hari raya. Untuk mengisi waktu luang sedikit, saya lanjutin ceritanya Irene.

Karena kalau nunggu VAN JI update chapter yang baru udah keburu saya ujian kelulusan sama uprak 😭

Oh iya.

Rahajeng Rahina Galungan bagi yang merayakan 😇🙏

Continue Reading

You'll Also Like

222K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
436K 8.2K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
25.6K 3.3K 17
Bertransmigrasi di tubuh orang yang di takdirkan gagal adalah suatu kesialan yang Dinda dapatkan Ditambah lagi di novel ini banyak karakter yang kele...
427 144 10
Rin cantik, dia dan otaknya sempurna. Namun ia memilih terus sendiri bahkan seolah tak tahu ada lelaki yang hidup di bumi ini, kecuali satu. Reynand...