Rafa

Od jeochan_

775K 55.7K 2K

[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa ti... Viac

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

32

12.4K 1.1K 90
Od jeochan_












"Karena saat itu nyonya Elisa berada di rumah kami, dan kami mengambil kesempatan itu untuk meminta pertolongan pada mereka," balas Arya dengan hati-hati. Takut ada salah dalam penjelasannya yang dapat membuat keluarga Alarick tak senang.

"Jadi adikku berada di sana?" tanya Vano dengan raut muka emosi.

"Rasanya aku ingin menghancurkan mansion itu," ucap Elang dengan lirih. Dalam benaknya, Elang  merasa tak suka dengan kabar ini. Kenapa harus di sana, mereka jauh lebih bisa untuk menjaga Rafa.

Alan dan Dean tak ikut berkomentar. Mereka memilih diam. Namun dalam pikirannya, mereka sedang memikirkan rencana. Entah apa. Hanya mereka yang tau.

"Jika aku membawa Rafa ke sini? Tidak apa-apa?" tanya Vania pada orang tua Rafa. Merasa tak terima dengan pernyataan ini, tapi sudah terlanjur. Lebih baik mencari solusi agar Rafa bisa tinggal juga di mansion nya. Jika orang tua Rafa setuju, ia akan bernegosiasi dengan Elisa untuk membiarkan Rafa tinggal juga di mansion nya. Pokoknya Rafa harus bersama mereka!

"Ah itu terserah anda nyonya. Kami sangat berterimakasih karena anda telah membantu kami, terimakasih atas perhatian tuan dan nyonya," ucap Helia. Ia sangat bersyukur dikelilingi oleh orang-orang baik seperti keluarga Ganendra dan Alarick. Merasa terhormat bisa berada di antara dua keluarga ternama itu.

"Baik, kalian bisa berangkat," ucap Dirga pada orang tua Rafa. Takutnya mereka terburu-buru.

"Baik tuan, terimakasih," balas Arya.

Arya dan Helia mulai beranjak dari tempatnya. Berpamitan singkat, lalu mereka masuk ke dalam mobil. Bersiap untuk memulai perjalanan dari kota menuju ke desa. Tempat dimana keberadaan kakek nenek Rafa.

Setelah Arya dan Helia pergi. Di mansion Alarick, suasana begitu suram. Ini seperti saat Rafa pergi pulang kampung dalam tiga hari.

Vania melihat ke empat anaknya yang berdiri dengan kepala tertunduk. Mereka pasti sama tak terimanya dengan ia. Tapi mau bagaimana lagi, itu sudah keputusan orang tua Rafa.

"Tidak apa-apa, hari ini biarlah Rafa bersama mereka. Besok kita ke mansion Ganendra," ucap Vania pada anak-anaknya.

Mereka semua mengangguk lirih. Meskipun mereka mengiyakan ucapan mommy mereka. Tapi tidak dengan isi kepala mereka. Terkhusus Vano. Besok sekolah,  ia memiliki rencana untuk mengajak Rafa pulang ke mansion nya. Senyum remeh tercetak jelas di bibirnya.

Banyak kesempatan bagi Vano untuk mewujudkan rencananya. Vano selalu beruntung, dan keinginan Vano selalu tercapai. Itu lah Vano. Di banding dengan ke tiga abangnya yang lain, Vano lebih lebih keras kepala dan yang paling posesif dari mereka. Karena yang pertama kali akrab diantara mereka berempat, dia yang pertama akrab dengan Rafa. Dan pasti Rafa merasa paling dekat dengan dirinya. Itu adalah salah satu keuntungan Vano.







………






Siang hari di mansion Ganendra.

Tepatnya di dapur. Terdapat 3 maid sedang melakukan tugasnya yakni mencuci piring. Mereka harus berhati-hati dalam mencuci piring-piring ini. Karena satu piringnya itu berharga fantastis. Tentu mereka tak ingin mengganti rugi jika sampai ada yang pecah.

Biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh Helia. Helia terlampau biasa menjalankan tugas mencuci piring ini. Jadi lama mengerjakannya tak selama 3 maid saat ini. Itu pun terkadang Helia mengerjakan sendiri. Ya, kalian tau sendiri kan sebagian maid tak suka dengan Helia.

3 maid itu salah satunya adalah Dahlia. Mendengar Helia mengambil cuti. Terpaksa Dahlia dan 2 maid lainnya melaksanakan  tugas Helia.

"Anak si Helia itu, tinggal di sini ya?" ucap salah satu maid.

"Hm, dititipkan di sini. Enak ya. Si Helia itu bisa saja memanfaatkan keadaan," cibir maid satunya lagi. Biasalah, orang iri. Mereka mana berani seperti Helia.

"Rafa, enak sekali hidupnya. Andai anakku bernasib sama dengannya, hidupku pasti enak juga," ucap maid yang mengawali percakapan tadi.

Obrolan mereka di dengar langsung oleh Dahlia. Tangannya seketika berhenti melakukan pekerjaannya. Mendengar itu Dahlia merasa marah. Merasa kalah telak dengan Helia. Batinnya terus-terusan mengumpat pada Helia yang berani-beraninya menitipkan anaknya ke majikannya sendiri. Tak tau malu. Jika begini terus, bisa-bisa ia tak memiliki celah untuk mengganti posisi Rafa yang nantinya akan tergantikan oleh anaknya.

Bagaimana cara yang ampuh untuk membuat Rafa dibenci oleh keluarga ini? Mengandalkan anaknya pun rasanya tak cukup. Mungkin harus ia sendiri yang turun tangan. Dahlia membenci Rafa beserta ibunya.

Untuk saat ini ia akan menyuruh anaknya untuk mencari perhatian pada keluarga itu. Jika bisa, Lea harus bisa menggantikan posisi Rafa.

Dari sekian banyak maid yang merasa iri dengan Helia. Hanya Dahlia saja yang sangat berambisi. Bahkan bertekad membalikkan keadaan.

Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya dan segera menemui anaknya yang saat ini berada di gedung khusus maid beristirahat. Tepatnya di belakang mansion ini.

Memang sekarang anaknya hanya bisa berada di gedung belakang. Tapi jika rencananya berhasil, anaknya pasti akan tinggal di mansion besar ini. Dan saat itu juga ia akan memanfaatkan keadaan itu. Hahahaha.










…….









Seorang anak yang tadinya menangis, kini tertawa keras karena merasa senang saat tengah bermain dengan abang-abangnya. Siapa lagi jika bukan Rafa.

Untuk menghibur Rafa yang ditinggal oleh orang tuanya, keluarga Ganendra mengajak Rafa untuk bermain basket yang berada di area taman mansion Ganendra yang luas ini.

Kebetulan di taman yang luas ini terdapat lapangan basket di dalamnya. Benar-benar luas. Adanya lapangan basket itu pun atas permintaan Refan. Karena Refan suka bermain basket.

Maka di sini lah mereka berempat. Di lapangan basket. Elisa dan James tidak ikut ke sana. Mereka lebih memilih meneduh di gazebo yang berada di taman itu juga. Elisa merasakan ketenangan. Melihat pemandangan di depan matanya, sungguh menentramkan hati. Anak-anaknya tak pernah bermain bersama. Kini mereka bermain bersama untuk menghibur adiknya yang sedang bersedih.

Di samping Elisa ada suaminya yang sedang berkutat dengan laptop. Meskipun ia sudah melarang suaminya untuk pergi bekerja. Tetap saja suaminya bekerja meskipun dari mansion. Katanya hanya memantau pekerjaannya.

Kini kembali ke Rafa dan abang-abangnya.

Rafa tertawa keras ketika mendapati dirinya selalu gagal dalam memasukkan bola basket ke dalam ring basket. Menjadi hiburan tersendiri baginya.

Tiga abangnya Rafa ikut tersenyum simpul. Bahagianya Rafa itu sederhana ya. Tawanya benar-benar menggemaskan. Matanya yang menyipit dan pipinya yang mengembang dengan mulut yang terbuka lebar. Suara tawa Rafa benar-benar menggemaskan jika didengar.

"Sini, abang ajarin." Refan menawarkan diri untuk mengajari Rafa. Tangannya terulur untuk mengambil bola di tangan Rafa. Tapi Rafa mendekap bola tersebut dengan erat. Gelengan kepala Rafa berikan pada abangnya itu.

Di sisi lain, Cakra berdiri agak jauh dari ketiga adiknya karena sedang menerima telepon. Posisinya membelakangi adik-adiknya yang sedang berebut bola.

Rafa berlari ke belakang tubuh Arka. Bersembunyi di belakang tubuh kekar abangnya itu.

"Ayo tangkap Rafa hihii," ejek Rafa dengan wajah jahilnya. Tubuhnya dengan lincah bergerak ke kanan ke kiri di belakang tubuh Arka untuk mengecoh Refan.

Refan mengikuti permainan adiknya. Dengan gesit, tangan Refan terulur untuk menggapai bola tersebut dengan melewati tubuh Arka.

"Aaaaaaa abang Arka, lindungi Rafa," histeris Rafa ketika melihat Refan yang menjadi-jadi. Merasakan ancaman yang mendekat padanya. Rafa meminta Arka untuk melindunginya.

Mendengar perintah dari Rafa. Tentu Arka menyetujuinya. Dengan sekali dorongan. Refan langsung terjatuh.

"Bang," sentak Refan pada Arka. Menanyakan maksud abangnya yang tiba-tiba mendorong dirinya sampai jatuh.

"Sesuai perintah adikku," balas Arka dengan seringai tipis.

Sedangkan Rafa membekap mulutnya sendiri karena tak bisa menahan tawanya. Cukup kasihan sebenarnya melihat abangnya yang terjatuh, tapi rasa ingin tertawanya lebih mendominasi.






"Apa yang sedang mereka lakukan, terlihat sangat menyenangkan," ucap Elisa. Sepertinya di sana kelihatannya menyenangkan. Pancaran kebahagiaan Rafa kentara sekali. Itu membuat Elisa ikut bahagia juga.

"Silahkan tuan, nyonya," ucap Dahlia sembari meletakkan minuman dingin yang tadi ia bawa dengan nampan. Meletakkan satu persatu dengan hati-hati agar tidak tumpah.

Senyum Elisa pudar. Kini tergantikan dengan ekspresi biasa. "Ya," jawab Elisa.

Tiba-tiba terdengar suara anak kecil di antara keheningan yang sempat melanda.

"Ibu, Lea juga ingin bermain bersama mereka," ucap Lea yang berdiri di belakang tubuh ibunya sembari tangannya memegang ujung baju ibunya. Melihat Rafa dan yang lain tengah bermain bersama. Lea juga ingin.

Tatapan James dan Elisa kini teralihkan pada sosok anak kecil yang berada di belakang tubuh Dahlia. Tatapan datar seketika Elisa layangkan saat tatapannya dengan Lea bertemu.

Mengetahui arah pandang majikannya, Dahlia segera menjelaskan sesuatu. "Maaf tuan, nyonya. Saya terpaksa membawa Lea karena Lea tidak ingin sendirian untuk saat ini." Dahlia menjelaskan alasan kenapa Lea mengikutinya. Faktanya, itu hanya alasan dari Dahlia saja. Siapa tau tuan dan nyonya Ganendra bersedia mengajak anaknya sebentar seperti apa yang mereka lakukan pada Rafa.

"Kalau begitu, kenapa kau tidak menyuruh maid yang lain saja untuk mengantarkan minuman," tanya Elisa mulai menyeruput minumannya.

"Maaf nyonya," balas Dahlia mati kutu. Tak tau ingin menjawab apa lagi.

Lea yang sangat ingin sekali bermain dengan yang lain, tanpa persetujuan dari ibunya, ia langsung berlari mendekat pada Rafa dan abang-abangnya.

"Lea mau main juga," ucap Lea tepat berada di depan yang lain.

Mata Lea menatap bola yang dibawa oleh Rafa. Tanpa rasa takut, ia menunjuk bola itu sambil berucap, "Berikan pada Lea,"

Cakra mulai mendekat pada adik-adiknya. Dengan tatapan menyelidik, Cakra bertanya dengan ekspresi dingin, "Siapa?"

"Lea? Lea anaknya ibu Dahlia,"  ucap Lea dengan wajah polos.

"Kamu, berikan itu pada Lea," pinta Lea tetap pada pendiriannya.

Rafa yang mengetahui maksud Lea, segera memberikannya. Tapi sebelum bola itu tersentuh dengan tangan Lea. Tangan Refan terlebih dulu mengambil bola itu dan membawanya.

"Aku tak sudi orang lain memegang bola basket ku," ucap Refan dengan dingin. Ia tak suka jika ada orang lain yang memegang barang-barang miliknya.

"Siapa kau, berani sekali memerintah adikku," timpal Arka dengan ekspresi dingin.

Rafa celingukan melihat abang-abangnya yang sama sama  memasang muka dinginnya. Kenapa bisa berubah drastis seperti ini. Perasaan tadi baik-baik saja. Saat akan menimpali percakapan ini. Dahlia datang dan membawa pergi anaknya. Sebelum itu, Dahlia sempat meminta maa pada tuan mudanya karena telah menganggu mereka.

Dahlia menjemput Lea itu pun atas suruhan Elisa. Sebenarnya Dahlia mendukung anaknya untuk pergi ke sana. Hitung-hitung pendekatan pada calon abang-abangnya. Tapi Elisa menyuruhnya untuk menjemput Lea dan membawanya pergi. Dan terpaksa Dahlia membawa pergi anaknya. Dahlia berharap dengan momen singkat itu, keturunan Ganendra terpikat dengan anaknya.

Siapa tau, yang sekarang masih bersikap dingin, lambat laun pasti tidak. Seyakin itu Dahlia dengan rencananya.









……..





Jam tiga dini hari. Pintu kamar seseorang terbuka. Seseorang itu adalah Rafa. Dengan tangan yang masih mengucek-ucek matanya yang gatal, ia berjalan menuju tangga dan mulai menuruni tangga.

Niatnya ia akan membantu maid membersihkan mansion ini. Ya, bisa dibilang ia di sini akan menggantikan pekerjaan ibunya. Masa ia hanya tinggal di sini saja, lebih baik ia mengerjakan pekerjaan ibunya.

Ingin menyapu, tapi tak tau sapu-sapu itu diletakkan di mana. Alhasil, Rafa mencari maid yang bertugas pada jam sekarang untuk bertanya dimana sapu itu berada.

"Bi,"panggil Rafa pada salah satu maid yang ia temui.

"Eh, Rafa, ada apa?" tanya maid itu sembari memegang kantong sampah.

"Sapu, dimana sapu?" tanya Rafa.

"Sapu? Untuk apa?" tanya maid itu dengan heran.

"Ya untuk menyapu bibi," balas Rafa yang merasa gemas dengan pertanyaan maid itu.

"Siapa yang akan menyapu?" tanya maid itu sekali lagi.

"Rafa," jawab Rafa dengan polos.

Maid itu menggelengkan kepalanya. Rafa seharusnya tinggal menikmati kemewahan mansion ini, ia malah ingin bekerja menggantikan ibunya yang sedang cuti.

"Nanti kamu pasti dimarahi," ucap maid itu memperingati Rafa.

"Sebentar saja bibi, Rafa hanya menggantikan tugas ibu saja," bujuk Rafa dengan raut muka melas.

Setelah membujuk maid dengan berbagai rayuan. Akhirnya Rafa diberitahu dimana sapu-sapu itu berada. Dan akhirnya Rafa menyapu. Dengan semangat ia mulai menyapu setiap ruangan. Tak banyak maid yang datang, biasanya nanti jam empat pagi mereka mulai berdatangan.

Menyapu seperti ini sudah biasa bagi Rafa. Saat orang tuanya lelah bekerja, ia yang membersihkan rumah.

Pergerakan Rafa terhenti karena mendengar perkataan penuh penekanan dari seseorang yang berada di belakangnya. Dan mampu membuat Rafa terdiam membeku.

"Apa yang kau lakukan, Rafa."












......



Maaf jika ada typo

Akhirnya update 😭🙏
Kalian seneng gaaaaa, kalo aku seneng laaa akhirnya bisa update Rafa😭💗








Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

446K 25.6K 25
→HABIS BACA JANGAN LUPA VOTE← Note: BUAT PARA PLAGIAT!!! WOI! KALAU PUNYA OTAK YA LO HARUS MIKIR SENDIRI :v JANGAN SEENAK JIDAT NGEJIPLAK MILIK ORANG...
248K 5.9K 14
Percaya atau nggak? Hidup Robby Alfian berubah dalam semalam? kenapa bisa? Bisa dong, apalagi di dunia ini gak ada yang mustahil jika memang sudah ta...
104K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
36K 4.4K 19
"papa!" "mama!" gimana sih kalo seungyoun dan yohan jadi orang tua? season 2 of little thing. dk1317's present bloom starring: cho seungyoun x kim...